2

1.6K 434 57
                                    

Halo-halo semuanya!
Apa kabar?
Sehat? Harus sehat ya!

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Zhie membuka matanya dan mendapati dirinya terbaring di atas ranjang sempit.

"Zhie, kamu akhirnya bangun! Kamu menakutiku!"

"Aku... kenapa?" Zhie mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Kamu mimisan lalu tiba-tiba saja hilang kesadaran." Kiel menggenggam tangan Zhie dengan agak kuat tapi tidak terlalu erat.

"Ah, begitukah. Kamu... tidak menghubungi orang rumah, kan?"

"Tidak."

"Syukurlah...."

"Tapi aku sudah menelpon kak Zoe!"

"Ap-apa?" Tubuh Zhie terlihat kaku setelah mendengar ucapan Kiel.

"Em." Kiel menganggukkan kepalanya. " Kak Zoe sekarang pasti sudah di jalan. Sebentar lagi pasti akan tiba."

"Seharusnya kamu tidak perlu menghubungi kak Zoe." Zhie menghela napas.

"Kenapa?" Kiel menatap bingung pada temannya.

Kenapa ia tidak boleh menghubungi kak Zoe?

Kiel tidak menyukai keluarga Maxim, jadi ia hanya mengabari kak Zoe untuk datang ketika Zhie tidak sadarkan diri.

"Kamu hanya akan membuatnya khawatir."

"Memang kenapa jika Kakak khawatir?" Zoe tiba-tiba saja memasuki ruang kesehatan.

"Kak Zoe," ucap Zhie sembari memperhatikan kakaknya yang berjalan semakin mendekat. Matanya agak memerah terlihat penuh kerinduan seperti sudah lama tidak berjumpa.

"Hei, kenapa? Apakah sakit? Bagian mana yang sakit? Ingin Kakak temani pergi ke rumah sakit?" Zoe mengelus wajah adiknya dengan sayang.

Zhie langsung memeluk tubuh sang kakak dengan erat.

Zoe sedikit terkejut dengan reaksi adiknya yang tiba-tiba saja memeluk tubuhnya dengan erat. Ia membalas pelukan sang adik yang masih duduk di atas ranjang. Tangannya beralih mengelus punggung adiknya, memberikan efek menenangkan sekaligus kenyamanan.

"Kakak tidak bertemu denganmu lebih dari seminggu dan Zhie sekarang lebih cengeng?"

"Zhie tidak cengeng!" elak Zhie sembari membenamkan wajahnya pada dada sang kakak.

Zoe terkekeh. "Baiklah, adik Kakak tidak cengeng. Zhie sangat kuat dan hebat."

"Em."

"Sangat rindu dengan Kakak?"

"Em."

"Baiklah, hari ini pulanglah bersama Kakak. Kita akan menghabiskan waktu bersama. Bagaimana?"

"Tapi sekolah belum usai." Nada Zhie terdengar lirih tapi masih didengar dengan jelas.

"Tenang saja. Aku akan meminta izin supaya kamu bisa pulang lebih cepat. Tidak perlu khawatir!" Kiel yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.

"Terima kasih, Kiel."

"Tidak perlu berterima kasih. Kita teman, oh bukan! Kita sahabat!" Kiel tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya.

"Em, kita sahabat." Melihat senyum sahabatnya, Zhie balas tersenyum ke arah Kiel. Kali ini, harus ada yang berubah.

"Baiklah. Terima kasih untuk kerja kerasnya, Kiel. Kak Zoe mempunyai sesuatu di sini untukmu." Zoe merogoh kantong saku celananya. Jika diperhatikan, memang ada sesuatu di balik saku Zoe.

WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang