00. Kapan ini berakhir?

492 29 0
                                    

⚠️⚠️⚠️
No romance
Bukan cerita bxb
Jangan berharap happy ending
Selamat membaca cintahh><
_____________________________

⚠️⚠️⚠️No romanceBukan cerita bxbJangan berharap happy endingSelamat membaca cintahh><_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ananta membuka pelan-pelan kelopak matanya ketika merasakan sentuhan lembut di punggung tangan. Cowok berusia 17 tahun itu mengangkat tipis kedua ujung bibirnya kala melihat sang Mama yang menggenggam erat tangannya sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang. Mungkin di sana Mama tidak menangis, tapi matanya berkaca-kaca. Sebelah tangan Mama terangkat, Ananta merasakan usapan halus di kepalanya. Sesekali cowok itu terpejam.

"Kuat ya, Ta? Dikit lagi selesai."

Ananta hanya bisa mengangguk lemah. Prosedur cuci darah memang selalu menyakiti Ananta. Membuat tubuhnya terkulai lemas seperti kehilangan seluruh tenaganya. Yang dilakukan Ananta sejak tadi cuma terlelap, meski tidak sepenuhnya, Ananta hanya memejamkan mata, merasakan segala rasa tak nyaman dalam tubuh kurusnya.

"Nanti jika sembuh, Mama janji, apaaa pun yang Nanta minta, pasti akan mama kasih."

"Memang bisa sembuh, Ma?" tanya Ananta lirih. Pelan sekali, nyaris seperti berbisik.

"Bisa. Nanta pasti bisa sembuh, Mama yakin."

Jika berbohong adalah pilihan yang terbaik, maka selamanya Mama akan melakukan itu. Namun Mama sepertinya lupa jika ia punya anak yang cerdas.

"Tapi Ma, kedua ginjal Nanta udah rusak. Cuci darah ini nggak bisa nyembuhin Nanta. Mesin-mesin ini hanya ngebantu Nanta untuk hidup lebih lama, Ma. Nanta udah gak bisa sembuh."

"Nanta ...." Air mata Mama sukses terjatuh detik itu juga.

Sungguh, jika Tuhan mengizinkan Ananta untuk mengulang hidupnya. Ananta berani berjanji untuk tidak menyia-nyiakan apa yang telah Tuhan kasih. Ananta berjanji untuk tidak merusak apa yang telah Tuhan beri. Kesehatan, Ananta telah mengabaikan hal paling istimewa yang Tuhan titipkan. Tubuh yang sehat itu kini sudah Ananta hancurkan. Ia menyesal, sungguh. Ananta ingin sekali kembali sehat seperti sebelumnya.

***

Setahun yang lalu

"ANANTA DIPTA! Sudah berapa kali Mama bilang, stop makan mie malam-malam Nanta! Kamu tuh, pagi makan mie, malam makan mie, mana sambil ngopi. Lambungmu itu loh, Ta!"

"Aaa ... aduh, ampun Ma, ampun!" Ananta sampai berjinjit-jinjit untuk menyeimbangi jeweran Mama pada telinganya.

"Iya janji, ini yang terkahir."

Mama melepaskan tangannya dari telinga Ananta, meninggalkan bekas merah menyala di sana. Kulit telinga Ananta yang putih kini sudah berubah jadi warna merah. Cowok itu menggosok-gosoknya karena sakit.

"Mama kejam!" hardik Ananta bercanda.

"Kejam, kejam, kalau udah sakit nanti baru tau rasa."

What is Life?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang