Chapter 1

112 86 14
                                    

28 Mei 2017

Di pagi yang cerah, sinar matahari mulai menyusup melalui celah-celah tirai yang masih tertutup. Suara burung berkicau di luar menambah kehangatan suasana. Dengan perlahan, seorang wanita berdiri dari kursinya, mengulurkan tangan menuju pegangan jendela.

Dengan satu tarikan napas dalam, dia membuka jendela lebar-lebar. Angin pagi yang segar menerpa wajahnya. Rambutnya melambai lembut, seolah-olah ikut menari bersama hembusan angin.

"Sayang peluk aku."

Itu suara kekasihnya, Melisa yang masih berdiri di depan jendela menengok sekilas untuk melihat seberapa berantakan kekasihnya yang baru saja bangun tidur.

"Kenapa natap aku kaya gitu? aku ganteng ya?" Malik tertawa dengan mata setengah terbuka, rambutnya berantakan membuat dirinya seperti anak lima tahun yang masih dikeloni oleh ibunya.

Melisa tertawa kecil, sebelum akhirnya ia berlari memeluk kekasihnya yang masih di ranjang. "Udah jam delapan, kamu mandi dulu ya, anak kecil" gemas, Melisa mencium bibir Malik berkali-kali sesekali mencubit pipinya.

"Mau mandi sama kamu."

"Ayo" Melisa merentangkan tangan saat Malik bediri, dengan semangat cowok itu membawanya ke gendongan.

Sudah siang hari, langit hari ini berwarna biru cerah Melisa sampai harus memakai topi dan kacamata anti uv sangking panasnya terkena paparan sinar matahari.

"Kamu bawa yang ini aja sayang" Malik merebut tas belanjaan Melisa yang lebih berat menukarkan dengan miliknya.

"Kamu belanjaan banyak banget gini isinya cuma makeup sama skincare?" Malik terheran-heran sebab ia tak mengikuti Melisa selama berbelanja.

"iyaa, kebetulan makeup sama skincare aku udah mulai habis" keluh Melisa sembari menyeret kakinya berjalan. kenapa juga Malik memarkirkan mobilnya jauh dari mall, padahal di dalam mall sendiri tersedia parkiran.

"Yakin cuma segini doang, ngga mau nambah?"

Enteng banget kalau ngomong.

"Cuma segitu aja totalnya udah 3 juta setengah, gaji aku bisa-bisa langsung ludes" ucap Melisa dramatis memegangi dadanya.

Malik tertawa mengusap pucuk kepala Melisa, "Yakan pakai uang aku."

Dasar Malik, mentang-mentang pacarnya ini anak konglomerat yang hartanya nggak akan habis seenaknya aja dia ngomong.

"Iya sayang nanti kamu beliin aku set makeup dari flowers know ya." ujar Melisa dengan nada dibuat-buat seperti anak kecil.

waktu berlalu begitu cepat, ketika akhirnya mereka sampai di mobil Malik dengan segera Melisa masuk dan melepas kaos panjang yang sedari tadi ia pakai, sungguh melegakan, pikirnya.

"Mau langsung ke apart atau mampir makan di restoran dulu?"

Melisa yang tadinya duduk menghadap jendela kini ia berbalik menatap Malik, "Ke apart, aku maunya makan masakan kamu."

"Ldr 1 bulan bikin kamu kangen banget pasti sama aku" Malik mengelus rambut Melisa yang berwarna hitam pekat.

Melisa mengangguk, ia mengantuk sekarang sekejap lagi pasti dirinya akan tertidur pulas. "Kalau tangan kiri kamu nganggur elus-elus kepala aku ya" pintanya yang diangguki oleh
Malik.

*******

Dalam keheningan malam yang hangat, Melisa dan Malik saling menatap, seolah dunia di luar kamar telah menghilang sepenuhnya. Detak jantung mereka berpadu dalam irama yang sama, menciptakan melodi cinta yang tak terucapkan.

Melisa menggigit bibir bawahnya, merasakan ketegangan di antara mereka. Malik menelan salivanya mengambil sesuatu dari saku, sebuah kain berwarna merah terang ia berikan kepada Melisa.

"You know we haven't fucked in ages" Malik memulai obrolan, jari-jarinya mengusap lembut pipi chubby milik gadisnya.

"I want you, Melisa."

Melisa mengangguk pelan, matanya tak lepas dari netra hazel malik. Dalam momen ini, hidupnya terasa sempurna. Malik mendekatkan wajahnya hingga dahi mereka bersentuhan, namun sebelum itu ia mengambil kain merah di tangan Melisa.

"Kamu mau cobain sensasi baru?" bisik Malik sensual.

Melisa tersenyum miring, "Make sure you give me your best fuck tonight, babe."

"I promise."

Saat itu juga Malik menutup matanya. Pria berumur 27 tahun itu benar-benar menepati janjinya. Bibir mereka bertemu, sebuah ciuman lembut yang penuh rasa.

Dalam ciuman itu mereka merasakan cinta yang tulus tak terhingga. Malik mengakhirinya dirasa nafas Melisa mulai tersengal-sengal, ia mengusap bibir gadisnya lembut.

Di momen ini Malik tiba-tiba saja merasa cemas Ia menyatukan kedua tangannya berdoa, hingga perasaannya mulai tenang. Dengan keberanian penuh ia berdiri mengambil sebuah kotak kecil dari tas kerjanya.

"Buka kainnya sayang" ucap Malik setelah duduk kembali ke ranjang.

Melisa membuka matanya perlahan, seketika pandangannya tertuju pada kotak kecil berwarna merah yang di pegang malik. Hatinya berdebar-debar, ia menutup mulutnya terkejut.

"Melisa" Malik menghela nafas pelan, "Aku tahu sebelum kita ldr karena aku ada pekerjaan di Aussie kamu sering kode aku supaya aku ngasih kamu kepastian sama hubungan ini. Aku sadar kok, cuma aku ga nunjukin" Malik tertawa canggung.

"Kamu sempurna mel, aku sampai mikir apa aku yang biasa-biasa ini pantas mendapatkan kamu? aku takut, aku takut buat kamu sedih, aku takut kamu ngga bahagia sama aku. Tapi aku sadar hubungan kita udah sejauh ini, aku ngga mau ninggalin kamu. Kamu segalanya buat aku, Melisa" Air mata Malik meluncur begitu saja tanpa bisa ia cegah.

Melisa terpaku, dia tak bisa berkata-kata hanya bisa tersenyum lebar saat malik memasangkan cincin itu di jari manisnya.

"Will you make me your life partner forever?"

Melisa mengangguk, dia memeluk Malik sangat erat. Saat itu, mereka tahu bahwa malam ini akan menjadi kenangan abadi dalam perjalanan cinta mereka.

Stuck In The Middle Of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang