sᴀᴛᴜ

112 17 1
                                    

Di sudut ruangan yang sunyi, Sena terduduk sendirian di meja kerjanya. Sepotong roti isi, sisa belanjaan sore tadi, menjadi satu-satunya teman dalam kesunyiannya. Tatapannya kosong, seolah tenggelam dalam lautan pikiran yang tak berujung. Junita, rekan sedivisi yang peka, merasakan aura kesepian yang menyelimuti Sena. Dengan langkah pelan, ia mendekati Juniornya itu.

"Sen, dari tadi mbak liat muka kamu lesu banget. Emang belum selesai?"

Sena menghela napas.
"Masih belum mbak"

"Ya ampun. Kamu udah makan belum?"

"Ini lagi makan mbak"

"Duh, kasian banget rotinya udah kering gitu, Sen. Mau aku suruh OB beliin makanan lain aja ?"

"Ah, nggak usah repot-repot, Mbak. Ini masih bisa di makan kok, sayang banget kalau dibuang"

"Sabar ya, Sen. Pak Rama emang gitu orangnya, kayak nggak pernah puas. Tapi ya gimana ya, untung ganteng yakan ?"

"Hahaha, Mbak. Jangan gitu ah. Kasian Pak Rama. Kan beliau atasan kita, ya wajar kalau beliau mau yang perfectionist. Lagian emang bener sih, kalau kerja mah harus teliti."

"Iya, tapi aku lebih kasian sama kamu, Sen. Jangan nge-push diri terus, nanti sakit loh."

"Iya, Mbak. Makasih banget udah di ingetin. Capek sih, tapi ya gitu, mikirin adik sama Nenek di kampung. Nggak tega kalau nggak kerja"

"Semangat terus ya, Sen! Kamu tuh kuat banget, sabar lagi. Mbak yakin deh, kamu pasti bisa lewatin semua ini kok. Kan kamu anak ambisius!"

"Ah, Mbak Junita mah suka gitu. Iya sih, kadang kesel juga kalau Pak Rama kurang ngasih apresiasi. Tapi ya gimana lagi, kita harus tetap semangat kerja."

"Iya, bener banget! Baru nyadar juga sih aku. Mungkin kamu coba ajak ngobrol aja kali ya, Sen. Kasih tau aja gitu, 'Pak, kita kan juga butuh di-appreciate gitu loh, biar semangat kerjanya'. Terus, sekalian bilang aja kalau beban kerja kamu lagi agak berat."

"Duh, gimana ya Mbak, kalau aku ngeluh ke Pak Rama, takutnya dibilang enggak profesional."

"Siapa tau kan, mungkin aja beliau punya solusi yang pas buat kamu. Coba deh, siapa tahu berhasil."

"Hehe nggak berani ah mbak"

"Yaudah, karena udah malem, mbak pamit duluan ya. Anak mbak sendirian dirumah, gada yang jagain"

"Oh iya mbak, hati-hati di jalan"

Sejak kepergian Junita rekan kerjanya yang lebih tua 10 tahun itu. Ruang kantor jadi terasa sunyi dan senyap. Waktu seolah berhenti, jarum jam seakan membeku di angka dua belas malam. Sena masih terpaku di kursinya, menatap kosong layar laptop yang redup. Tumpukan berkas menjulang tinggi, seakan menjadi saksi bisu betapa berat beban yang harus ia tanggung. Lelah fisik dan mental menyatu, membuat Sena merasa terasingkan di tengah hiruk pikuk kota yang tak pernah tidur.

Secangkir kopi pahit terasa hambar di lidah Sena saat ia meneguknya. Dinginnya minuman itu seolah-olah mencerminkan sejuknya hati yang mulai mencair karena kesepian. Dengan tangan gemetar, ia membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah foto usang. Di sana, wajah ceria adiknya merekah, menjadi satu-satunya cahaya dalam kegelapan malamnya. Namun, senyum itu kini hanya menyisakan kerinduan yang mendalam, mengingat jarak yang memisahkan mereka.

"Udah lama banget nggak balik kampung. Pasti Jovan udah gede banget ya sekarang. Pengen banget deh main ke sana lagi." gumam Sena lirih.

Ponsel Sena tiba-tiba bergetar, memutus lamunannya yang sendu. Nama "Pak Rama" menyala di layar, bagai pengingat akan tanggung jawab yang tak kunjung usai. Dengan berat hati, ia mengangkat telepon.

"Halo, Pak"

"Kamu masih di kantor, Sen?"

"Iya, Pak."

"Laporan proyek yang kemarin Saya suruh sudah selesai belum ? Karena klien sudah menagih."

"Belum selesai, Pak. Masih ada beberapa data yang belum lengkap."

"Kalo bisa besok pagi sudah selesai ya."

"Baik, Pak."

Suara atasannya, yang terdengar begitu tegas namun pasti, menuntutnya untuk segera menyelesaikan pekerjaan. Sena hanya bisa pasrah, matanya menatap kosong pada tumpukan berkas yang menjulang tinggi di mejanya. Malam semakin larut, namun kegelapan tak mampu mengusir bayang-bayang deadline yang mendekat. Sena menepuk-nepuk kepala menyemangati dirinya sendiri.

"Semangat, Sena!"

-°'•*🌙*•'°-

Cahaya fajar menyingsing perlahan, menembus celah tirai kamar Sena. Sinar itu seakan menusuk hatinya, mengingatkannya pada tugas berat yang menanti. Dengan berat hati, ia bangkit dari tempat tidur. Tuntutan kepala divisi yang mendesak membuatnya harus mengorbankan waktu istirahatnya.

Setibanya di kantor, Sena meletakkan tasnya di meja. Pandangannya tertuju pada map berisi laporan yang telah diselesaikan semalaman. Setiap lembar kertas seolah menceritakan perjuangan dan kepenatannya. Dengan langkah gontai, ia merapikan penampilannya, seakan ingin menyembunyikan kelelahan yang terpancar dari wajahnya.

Koridor kantor tampak sunyi. Hanya derap langkahnya yang memecah keheningan. Sena berjalan menuju ruangan Rama, hatinya diliputi perasaan campur aduk. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Junita, rekan kerjanya yang selalu membantu.

"Sen, gimana laporan Pak Rama? Udah beres ?"

"Udah kok, Mbak. Aku mau ke ruangan beliau sekarang."

"Oke, oke. Semangat ya! Jangan grogi"

Setelah itu, tempat tujuan Sena sudah ada di depan mata. Pintu ruangan Kepala Divisi seakan menjadi penghalang antara harapan dan ketakutan. Dengan tangan gemetar, Sena mengetuk pelan. Setelah mendapat izin, ia melangkah masuk. Di dalam, Rama tengah asyik membaca dokumen, sosok yang begitu berwibawa. Dengan ragu, Sena mengulurkan map yang berisi laporan.

"Ini, Pak, laporan yang Bapak minta. Sudah selesai."

"Oke, Sena. Taruh saja di sini. Kamu boleh lanjutkan kerjaanmu."

"Baik, Pak."

Sena melangkah keluar ruangan, langkahnya terasa ringan namun pikirannya melayang. Dulu, sekadar berhadapan dengan Rama saja sudah membuatnya gugup setengah mati. Kini, karena sudah hampir satu tahun bekerja, rasa lega bercampur haru memenuhi dadanya. Namun, di balik rasa lega itu, ada sekelumit kekhawatiran. Apakah hasil laporannya sudah benar ? Ia berharap, semoga saja benar.

-°'•*🌙*•'°-

𝚂𝚎𝚐𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚓𝚊 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚢𝚊, 𝚗𝚎𝚡𝚝 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔 𝚑𝚎𝚑𝚎𝚑𝚎. 𝙺𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚋𝚊𝚌𝚊 ! 𝙰𝚔𝚞 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚜𝚎-𝚎𝚡𝚌𝚒𝚝𝚎𝚍 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚐𝚊 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚌𝚊?!!!𝚑𝚞𝚎𝚑𝚞𝚎𝚑𝚞𝚎𝚑𝚞𝚎. 𝙶𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚍𝚎𝚑 𝚒𝚗𝚒 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚔𝚊𝚕 𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊 𝚐𝚊 𝚢𝚊 𝚠𝚔𝚠𝚔 𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚗𝚢𝚊𝚗𝚝𝚘𝚕 𝚍𝚎𝚑 𝚢𝚊

[Chanmin] SECRET OF SENA || Bangchan X SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang