ᴇɴᴀᴍ

22 10 1
                                    

Tokk

Tokk

Tokk

Ketukan lembut di pintu membuyarkan konsentrasi Rama yang ada di ruangannya.

"Masuk" ucap Rama sambil memijat pelipisnya pusing.

Rupanya saat pintu terbuka, sosok Widya dengan senyuman khasnya terlihat ramah seperti bias.

"Ram, ganggu?" tanya Widya.

"Nggak. Ada apa?"

"Papa Mama ngajak kita makan malam nanti. Kamu bisa ? Kalau nggak bisa nggak apa-apa"

Rama mengangguk meski pikirannya terasa berat.

"Bisa. Jam berapa?"

"Jam tujuh. Jangan terlambat."

"Ya, oke."

Widya menatap Rama heran, Rama saat ini terlihat frustasi entah karena kerjaan atau hal lain, Widya juga tidak tahu. Yang ia tahu, Rama memang cuek, dan dingin selama ini. Jadi, ia enggan bertanya terkait hal itu.

Tanpa berkata-kata Widya menepuk pundak Rama sebelum keluar dari ruangan seolah menenangkan. Setelah pintu menutup, Rama menghela napas panjang. Pikirannya kembali pada konflik batin yang tak kunjung mereda.

Perasaan terhadap Sena yang sebenarnya sudah ada sejak awal Sena bekerja di kantor itu mulai mengusik hidupnya. Iya, selama ini sebenarnya Rama memang diam-diam menyukai Sena. Itulah kenapa selama ini Rama selalu mengandalkan Sena di setiap proyek. Selain Sena yang memang kompeten, itu juga menjadi salah satu cara agar dirinya bisa terus berinteraksi dengan Sena.

Sebagai kepala divisi, Rama pertama kali melihat Sena saat wawancara kerja. Saat itu, Sena dengan senyuman khas yang manis, pembawaan yang tenang dan jawaban yang penuh percaya diri, berhasil menarik perhatian Rama di antara kandidat lain. Ketika Sena diterima bekerja, Rama tak bisa mengabaikan kekaguman samar itu yang  semakin hari semakin tumbuh. Selama ini, ia selalu berusaha mengubur perasaan itu demi profesionalisme. Kini, situasi semakin rumit, setelah sang direktur utama malah menjodohkan dirinya dengan putrinya, Widya.

Meski Rama telah berusaha menghapus perasaan itu, tapi bayangan Sena selalu hadir menyelip di sela-sela pikirannya yang penuh akan pekerjaan sebagai kepala divisi. Rama tahu, apa yang ia rasakan hanya akan membawa masalah, tetapi ia tak tahu bagaimana menghentikannya. Terlebih momen baru dimana Sena pernah menghabiskan malam bersama dirinya, membuat Rama semakin sulit menghapus Sena dipikirannya.

—°'•*🌙*•'°—

Rama dan Widya tiba di sebuah restoran mewah tempat pertemuan keluarga Widya berlangsung. Widya tampak elegan dengan gaun merah, sementara Rama mengenakan kemeja rapi, meski wajahnya tampak lebih tegang daripada biasanya.

Di meja makan, Papa dan Mama Widya sudah menunggu. Keduanya menyambut mereka dengan hangat.

"Rama, akhirnya kita bisa makan malam bersama" ujar Papa Widya sambil menjabat tangan Rama erat.

Rama tersenyum kecil, mencoba terlihat tenang. "Saya senang bisa bergabung malam ini."

"Ram, kamu jadi kepala divisi di usia muda itu pasti banyak tantangannya ya? Saya dengar dari Widya, kamu baru aja menyelesaikan proyek besar di kantor. Hebat sekali."

"Makasih banyak, Pak. Sebenarnya tantangannya banyak, tapi saya beruntung punya tim yang solid. Proyek itu nggak akan berhasil tanpa kerja sama mereka."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Chanmin] SECRET OF SENA || Bangchan X SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang