Ini akan jadi part yang agak sedikit panjang. So, happy reading ya! Pelan-pelan aja bacanya, hehe
________________________________________
"Lo pada kenapa sih, jadi sok dingin gini ke gue?!"
Semprotan bernada tinggi tersebut keluar tiba-tiba dari bibir kering Ananta. Ia yang merasa jika teman-temannya sedikit berubah beberapa minggu ke belakang ini, akhirnya mengajukan protes.
Alvero, Gentala, dan Raden, ketiganya saling bertukar tatapan. Di cafe yang sebelumnya pernah Ananta kunjungi bersama Gentala kini mereka berada. Duduk santai, nge-game bareng sambil menonton live music dan makan kentang goreng.
"Siapa yang sok dingin? Orang biasa aja. Lo aja yang lebai," jawab Alvero sewot, masih dengan menatap intens layar HP miringnya.
"Tau, lo kali yang berubah jadi sok asik," balas Gentala sembari memasukkan sebiji kentang ke dalam mulut. "Per, deket lo Per, awas kena ulti!"
Ananta menghela napasnya panjang. Ia tidak lagi mood main game. Cowok itu keluar dari permainan begitu saja, langsung menekan menu home, menggeletakkan ponselnya secara kasar di atas meja. Tindakan tersebut tentu berhasil mengundang tatapan emosi dari ketiga temannya yang jadi satu tim.
"Kok afk sih, Ta?!" sentak Raden tersungut marah. "Rank loh ini, Ta."
"Males, gak mood." Ananta memalingkan muka.
"Ck, kapan sih lo mau berhenti jadi orang yang egois, Ta?"
Mendengar kalimat itu, Ananta sontak memicingkan mata. Duduk cowok itu jadi tegak, menatap Alvero heran dengan sebelah alis terangkat.
"Egois? Di mana letak egoisnya gue tanya?"
Lantas Alvero terkekeh. Sama dengan Ananta, mood main cowok dengan rahang tegas itu rusak. Ia ikut keluar dari dalam permainan, membuat Gentala spontan melotot hendak melayangkan amarah andai saja tangan Raden tidak menahannya.
"Tapi, Den?"
"Biarin aja, gamenya kita selesaikan berdua."
Alvero balas tatapan Ananta dengan tidak kalah tajam. Kedua cowok itu duduk berhadap-hadapan. Sedang Ananta yang merasa terintimidasi langsung kembali memalingkan muka. Ia menyesap ice americanonya dengan rakus.
"Lo sadar gak sih, Ta, sama apa yang lo omongin barusan? Lo itu egois Ta, sejak dulu!"
"Ya mangkanya gue nanya, di mana letak keegoisan gue?!" Ananta meletakkan gelas minumannya kasar, menciptakan bunyi seperti gebrakan di meja.
"Di cara lo yang gak pernah mau dengerin omongan kita. Lo egois karena lo hanya mentingin diri lo sendiri. Selalu, lo selalu mau seneng sendiri tanpa peduliin perssaan orang lain."
Ananta terkekeh pelan, terkesan meremehkan. "Ver, memangnya sejak kapan perasaan orang lain jadi urusan gue?" Ia lalu memutar duduknya, menatap Alvero lagi. "Gue pilih kayak gitu ya karena menurut gue, diri gue lebih penting dari pada apa pun! Gue seneng kayak gini, karena hanya dengan cara ini gue bisa bahagia, di mana, orang lain gak pernah bisa ngasih kesenengen yang sama ke gue. Mereka semua, termasuk lo, hanya membatasi kebahagiaan gue. Motong jatah bahagia gue. Ngekang gue. Paksa gue untuk melakukan hal yang gak gue suka."
"Ya kita kayak gitu karena cara lo bahagia itu gak bener, Nanta! Mikir panjang kek sekali-kali. Gunain otak lo yang katanya pinter itu buat mikir," bentak Alvero kelepasan meninggikan suaranya. "Oke kalau lo mau bahagia dengan cara lo sendiri, tapi di sisi lain, jangan pernah nyusahin orang di sekitar lo."
Ananta terdiam. Ucapan Alvero mendadak menancap begitu saja di kepalanya, membuat Ananta sontak kehilangan kata yang ingin ia lontarkan untuk membalas.
![](https://img.wattpad.com/cover/378604657-288-k691897.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Life? [SELESAI]
Fanfiction[unpublish soon] Bagi Ananta Dipta, hidup adalah tentang kesehatan. Tidak ada yang lain, Ananta hanya ingin kembali hidup sehat untuk waktu yang panjang. -- ⚠️⚠️⚠️ - no bxb - no romance - no happy ending -- Rank #7/41,6k - Jaemin (2 November 2024...