01

18 3 0
                                    


°°°

Sial! Sial! Sial!

Nyatanya waktu di dunia ku dulu dan di sini sama, alhasil disinilah aku, ditengah-tengah hutan dengan langit gelap sebagai atapnya.

Aku bukan orang yang penakut, tapi kalau masalah mistis yah siapa yang tidak merinding. Ditambah lagi suara burung hantu yang membuat perjalananku semakin horor.

Aku mendudukkan diriku pada tanah dan bersandar di pohon besar. Aku terlalu lelah, entah seberapa
luas hutan ini, tapi ini benar-benar menghabiskan hampir seluruh tenagaku.


°°°



Hari sudah pagi ketika aku membuka mata dan menyadari bahwa aku tertidur.

Ngomong-ngomong hutan ini berbanding terbalik dengan keadaannya pada malam hari. Ini seperti dunia fantasi yang biasanya aku lihat dalam drama atau kartun! Cantik sekali.

"Siapa kau?"

Aku hampir melompat kaget karena suara yang tiba-tiba terdengar.


Aku menatap makhluk di depanku. Wajah cantik dengan bola mata emas, rambut pirang yang dibiarkan tergerai, gaun pendek biru juga...sayap?

"Aku? Aku tersesat di sini."

Oke, aku tahu jawabanku melencang dari pertanyaannya, tapi aku tidak tahu apakah dia baik atau tidak, dan menutupi identitas sepertinya pilihan yang paling tepat.

"Kasiannya. Maukah kau ikut denganku? Rumahku tak jauh dari sini."

Aku mengangguk saja, jujur aku sangat terkesima akan kecantikan makhluk di sampingku ini.

"Salam kenal, aku Auly."

"Aku, Nara."

Sumpah demi apapun, aku biasanya bukan orang yang gampang insecure (kecuali pada ayah) tapi orang ini benar-benar membuat aku sedikit minder.

"Kau sebenarnya apa?"

Aku sontak menengok kearahnya.

"Kulitmu putih pucat, tampak seperti bangsa drakula, tapi kau tidak tercium seperti mereka, juga terlalu pendek untuk seukuran seorang drakula."

Drakula itu vampir bukan? Berarti bisa jadi gadis yang kini menatap menyelidik padaku itu seorang peri.

"Aku...apakah tidak terlihat seperti mereka?"

Aku gugup ditatap intens oleh peri itu.

"Kita sudah sampai, masuklah."

Yang paling pertama kulihat dan langsung menarik perhatianku adalah tumpukkan buah yang di biarkan di depan rumah kecil Auly. Rumah yang unik. Rumah di depanku ini tidaklah tinggi, malah cukup pendek, namun tak membuat aku kesusahan saat masuk melawati pintu coklat. Jendela berbentuk lingkaran, serta tumbuhan merayap yang memenuhi dinding luar rumah membuat nuansa sejuk yang jelas.

"Apa kau lapar?" Aku sontak menoleh kearah Auly yang tersenyum ramah.

"Aku pikir begitu. Em.. Auly, apakah kau ada air? Aku cukup haus."

"Tentu, tunggu sebentar."

Auly kembali membawa galas yang aku yakin terbuat dari kayu. Aku mengucap terima kasih yang dibalas anggukan oleh peri cantik itu.

"Aku akan buatkan campuran buah."

Auly kembali pergi setelah mengucapkan sepenggal kalimat.

Aku yang masih terkesima akan uniknya rumah ini pun kembali melihat lihat, sampai mataku menangkap tongkat yang dipajang dengan indah di atas salah satu rak.

"Makanlah." Aku menengok kembali kearah Auly yang menyodorkan semangkuk makanan yang aku yakin campuran buat yang dia maksud itu adalah salad.

"Terima kasih, Auly. Ini sangat enak."

"Istirahatkan dirimu setelah selesai, aku akan kembali mencari kayu bakar."



°°°


Sesuai perintah yang diucapkan Auly, aku memilih mengistirahatkan tubuh di atas sofa setelah selesai makan.

Tapi mengapa tiba-tiba aku berada di sini?!

Ruangan tertutup tanpa barang apapun, cahaya juga hanya masuk melalui fentilasi yang tingginya jauh di atasku.

Aku yakin sangat yakin bahwa sekarang aku diculik. Memangnya karena apa lagi diriku yang sedang tidur nyenyak tiba-tiba berada di tempat antah-berantah?

Meminta pertolongan sangat tidak mungkin karena dari fentilasi udara saja aku melihat pohon menjulang yang mengelilingi bangunan ini. Walaupun fentilasinya sepertinya bisa dicopot pasang, namun aku juga sangat amat yakin kalau sekarang aku berada di lantai dua atau tiga, karena saat mencoba berjalan ada suara yang membuat ku yakin ada lantai lagi di bawah tampatku saat ini.

"Nona?"

Aku membalikkan badanku yang tadi membelakangi pintu.

"Siapa kau?"

"Bukankah seharusnya saya yang bertanya begitu? Mengapa ada gadis asing yang entah apa berada alam kawasan kami."

"Jawablah dahulu siapa kau?"

"Jika anda ingin tahu, maka ikutlah dengan saya."

"Cih, memangnya siapa kau menyuruh-nyuruhku?"

"Nona, menurutlah selagi saya masih bersabar."

"Tidak mau!"

Oh lihatlah lelaki mengesalkan yang sayangnya rupawan itu, mengapa dia ngotot sekali?!

"Ada apa?"

Kini mataku menatap lelaki yang datang tepat di belakang lelaki mengesalkan. Aku cukup heran mengapa mereka tinggi sekali?!

"Carrel? Sebelumnya, apa yang aku perintahkan?"

Aku lihat orang yang tadi dipanggil Carrel aka lelaki menyebalkan itu menundukkan kepalanya.

"Maaf tuan, saya akan kembali."

"Aku tidak menyangka akan benar-benar bertemu seorang manusia."

Jika dibandingkan dengan si Carrel Carrel itu, dan orang ini, aku jelas memilih Carrel. Kalian tau? Lelaki ini sungguh menyeramkan dengan kekehan bak terompet sangkakala dan seringai yang membuat nyaliku ciut seketika.

"Aku ada di mana?"

"Akhirnya kau membuka suara setelah menatap tanpa kedip padaku."

Okey, dia tidak begitu menyeramkan karena tingkat kepercayaan diri yang setinggi langit itu. Aku bukan menatapnya, tapi heran mengapa dia tinggi sekali? Apakah itu masih bagian dari menatap tanpa kedip? Ya aku akui aku memang tidak berkedip tadi.

"Apakah kau yang membawaku?"

"Tentu bukan. Walaupun bertemu manusia adalah hal yang langka, namun aku tak akan berepot-repot membawamu."

"Jangan bilang... Kau adalah bangsa drakula?!"

Teriakkan spontanku bukannya membuat lelaki di depanku kaget, malah membuatnya terkekeh kecil.

"Benar sekali, nona. Menurutlah, atau kau akan jadi santapan ku, karena sepertinya darahmu semanis wajahmu."





°°°

Publikasi: 13 Oktober 2024









What the hell?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang