✭ 𝐡𝐞𝐲𝐲𝐨! 𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐨𝐧, 𝐬𝐮𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭 𝐦𝐞! 𝐠𝐢𝐯𝐞 𝐯𝐨𝐭𝐞-𝐜𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭-𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐢𝐟 𝐲𝐨𝐮 𝐰𝐚𝐧𝐭! ✭
❀
❀
❀
❀Siang ini Aluna berada di sekolahnya, entah mengapa ia sedikit bersemangat karena hari ini ada seseorang yang akan ia temui, walaupun semalam sempat merasa ilfeel karena sikapnya. Namun, ketika dipikirkan kembali mungkin laki-laki bernama Sean tersebut tidak sepayah yang ia kira. Percakapan mereka kemarin terputus karena Aluna yang terburu-buru mematikan ponselnya. Di tengah keramaian kelas Aluna tetap terlihat tenang dengan buku novel di genggamannya, matanya tertuju pada tulisan namun pikirannya bergentayangan. Cessia melihat temannya hanya diam sendirian di bangku, walaupun tahu Aluna sedang membaca buku favoritnya ia tetap menemaninya agar tidak merasa kesepian.
"Istirahatlah sejenak, Luna. Mari kita bergosip bersama yang lain!" ajak Cessia sembari cengengesan. Aluna tersenyum dan menggeleng. "Eumm.. Sepertinya tidak dulu. Kamu tahu aku hanya bisa istirahat ketika membaca novel." jawab Aluna menunjukkan bukunya. "Yaa terserah kamu saja kalau begitu, jika kamu bosan kemarilah! Kami punya banyak topik menarik." ujar Cessia lalu pergi.
Apa yang barusan dikatakan? Menggosip? Ini belum waktunya untuk menggosip, lagipula itu bukan hobinya. Aluna lebih memilih membaca setumpuk buku novel dibandingkan menggosip yang aneh-aneh. Ia paling malas jika diajak untuk menjelek-jelekkan orang lain, maka dari itu Aluna lebih memilih diam. Namun, sayang diamnya tetap saja dianggap salah oleh orang yang membencinya, siapa lagi kalau bukan Anggi and friends. Sekelompok siswi di angkatannya ini terkenal sebagai murid yang nakal karena selalu melanggar peraturan, bahkan sampai membuat OSIS hampir angkat tangan. Lebih parahnya lagi Anggi dan salah satu temannya pernah mendapat surat peringatan dari sekolah. Mengingat nama Anggi, semalam Aluna sempat berdebat dengannya karena membicarakan seorang siswi yang tidak bersalah.
Aluna membalikkan halaman berikutnya dan menyelipkan pembatas buku di sana, ia berdiri dan berjalan menuju toilet. Matanya terasa sedikit perih, mungkin karena terlalu sering melihat tulisan dalam jarak yang dekat. Ia berjalan sambil mengucek matanya yang kanan dan akhirnya sampai di depan pintu toilet, begitu berdiri di depan cermin Aluna terkejut di sampingnya ternyata ada Anggi. Baru saja ia mendengar nama siswi tersebut di kelas dan kini malah berjumpa dengannya. Anggi sadar di sampingnya ada seseorang, ia melirik dan menatap sinis Aluna lewat ekor matanya. Tatapannya benar-benar tersirat rasa benci, entah apa yang membuatnya begitu membenci Aluna.
"Santai saja, aku tidak akan menerkam makhluk sepertimu." ujar Aluna yang menyadari dirinya tengah ditatap.
Anggi mengelap kedua tangannya memakai sapu tangan miliknya dan berkata, "kenapa kamu di sini?!" Pertanyaannya membuat Aluna jengah karena terlalu malas mendengarnya. Orang ini terlalu banyak drama! Begitulah pikir Aluna.
"Kenapa kamu begitu perhatian dengan urusanku?" jawab Aluna dengan sarkas. "Apakah penting aku berada di mana?" ucapnya sekali lagi membuat Anggi kehabisan kata-kata pedasnya.
Aluna bergegas menyelesaikan urusannya dan pergi meninggalkan Anggi di sana dengan rasa kesal yang bergemuruh di dadanya. Malas sekali rasanya ia bertemu dengan jenis manusia seperti itu, benar-benar merepotkan sekaligus memancing emosi. Untungnya kesabaran Aluna setebal buku kamus KBBI miliknya. Ia tak pernah sekalipun berbicara kepada orang-orang dengan nada yang keras, tapi dengan santai dan seperlunya saja, tidak perlu berteriak seperti anjing yang kelaparan. Terkadang ia tak habis pikir dengan kelakuan Anggi and friends, mereka seakan-akan telah kehilangan kesibukannya sehingga memilih sibuk ikut campur dalam hidup Aluna. Apakah tidak ada hal lain seperti belajar hal baru, menekankan hobi, atau masih banyak hal lain selain terus mengintrogasi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naluna | On Going
Ficțiune adolescențiAluna si gadis lugu selalu memberikan kehangatan dan kasih sayangnya kepada setiap orang sekalipun terhadap seseorang yang pernah menyakitinya. Ia senantiasa bermurah hati walaupun di saat dirinya juga membutuhkan seseorang untuk dijadikan sandaran...