Happy reading!!!
______________________________Satu-satunya lawakan yang tidak berhasil membuat Ananta tertawa adalah ketika Raga bilang bahwa ia sudah positif mengalami gagal ginjal kronis, di mana kedua ginjal miliknya sudah gak lagi bisa digunakan. Ananta hanya mematung, diam tak bergerak sedikit pun, tidak berkedip, tak menggerakkan anggota tubuh, seluruh badannya otomatis membeku. Ananta ingin tidak mempercayai ungkapan itu, tapi wajah serius Raga serta isak tangis Mama yang terdengar dari luar kamar membuatnya ragu. Apakah ini sungguhan?
"Besok lo diminta datang ke rumah sakit untuk bikin jadwal Hemodialisa."
"Apa itu?"
"Cuci darah."
***
Apakah hidup itu adil?
Iya, hidup itu sangat-sangat adil. Tuhan benar-benar adil. Persis seperti apa yang hampir semua orang katakan tentangnya, Ananta egois, Ananta terlalu sombong, Ananta terlalu bebal, hingga penyakit sialan itu menghampiri hidupnya yang semula sehat. Tuhan adil karena telah memberi Ananta sakit yang jadi hukuman untuknya. Bisa jadi pembelajaran untuk orang lain bahwa meski hidup di dunia ini gratis, kita sebagai manusia tetap gak bisa seenaknya. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Ananta mengabaikan semuanya, ia hidup dengan sesuka hatinya. Berpegang pada keyakinan bahwa, "Hidup ini cuma sekali, jadi kalau gak sekarang, kapan lagi?"
Bodoh, ia akui dirinya bodoh. Menyesal juga sudah tidak ada gunanya, semua sudah terlambat. Yang bisa Ananta lakukan hanya nangis, meskipun ribuan tetes air mata tetap tidak akan bisa mengembalikan kesehatannya.
"Aaaargggggg!!!" Cowok itu melemparkan pulpennya ke tembok. Berteriak kencang lalu menjambak rambutnya sendiri kayak orang hilang akal.
Manusia-manusia seperti Ananta yang gak akan pernah berhenti kalau belum menemui karma, belum menemui akibat terhadap kelalainnya.
Bahu Ananta bergetar kuat. Remaja laki-laki yang sebulan lagi 17 tahun itu menekuk lehernya, menyembunyikan kepalanya pada lekukan kedua tangan yang memeluk lutut. Menangis tersedu-sedu dan memohon kepada Tuhan supaya ini semua yang terjadi hanyalah mimpi. Egois kan?
"Gue gak mau sakit ...." rintihnya seolah lupa siapa juga yang menarik penyakit itu untuk datang.
***
Ananta, Mama, dan Papa duduk bersebelahan, berhadapan dengan Dokter Gio, Nefrolog, Dokter yang hanya khusus untuk menangani masalah ginjal, termasuk milik Ananta.
Dokter Gio menjelaskan sambil membaca riwayat penyakit Ananta. Beberapa kali Dokter Gio menghela napasnya dengan berat. "Gagal ginjal kronis ini termasuk penyakit yang serius, Pak, Bu, dan sama sekali tidak bisa disembuhkan kecuali, dengan mengganti organ yang telah rusak dengan organ yang baru dan sehat. Itu pun tidak bisa cepat prosesnya. Jika dari pihak pasien tidak ada yang mendonorkan, maka pasien harus menunggu, hingga mendapatkan giliran dari pendonor meninggal."
"Dan selama proses menunggu tersebut, pasien juga harus benar-benar menjaga kesehatannya serta, wajib melakukan Hemodialisa rutin 2 sampai 3 kali seminggu tergantung keparahan ginjal dengan lama setiap sesi cuci darahnya bisa sampai 3 hingga 5 jam."
Ananta meremas jemarinya di yang ada di atas pangkuan. Telapak tangan Ananta basah oleh keringat dingin. Ia gelisah, takut, dan khawatir akan dirinya sendiri. Sampai kapan Ananta harus melakukan prosedur itu? Dan sampai kapan Ananta harus menunggu hingga dapat giliran untuk memperoleh donor.

KAMU SEDANG MEMBACA
What is Life? [SELESAI]
Fanfiction[unpublish soon] Bagi Ananta Dipta, hidup adalah tentang kesehatan. Tidak ada yang lain, Ananta hanya ingin kembali hidup sehat untuk waktu yang panjang. -- ⚠️⚠️⚠️ - no bxb - no romance - no happy ending -- Rank #7/41,6k - Jaemin (2 November 2024...