Bab 1 : perjalanan banyak drama

108 13 3
                                    

Suasana dalam mobil begitu panas kali ini, apalagi dengan cuaca yang sama panasnya. Terlihat Reine yang tergeletak lemas di jok belakang dengan Risu dan Anya yang menduduki perutnya.

"Ris, kamu kalo bukan anaknya kakak udah kulempar keluar, serius" ucap gadis itu pasrah

Sedari tadi bocah itu tak mau diam. Kadang mengajak bermain Kobo yang duduk di jok depan. Kobo yang mudah terpancing jelas mengikuti alur saja, tak tau jika para orang dewasa sudah dibuat jengkel dengan kelakuan mereka

"Jahat banget, Tante. Emang aku ngapain?" Risu mengerutkan kening tak terima

Reine tertawa remeh "ngapain kamu bilang?" Apa bocah itu tak sadar jika Reine hampir dibuat gila oleh kelakuannya

Pandangannya menatap Risu yang kembali berdiri lalu melihat keluar jendela. Memang tidak bisa diam. Tapi tak apa selagi tidak mengacau

"Tante, aku mau deh kesana. Lain kali kita kesana, ya?" Risu kembali berucap. Jari telunjuknya menunjuk bangunan putih dengan dekorasi yang indah dipandang

Reine mengikuti arah telunjuk keponakannya itu. Lalu sesaat kemudian matanya membelalak kaget. Itu adalah rumah duka, terlihat dari tulisan yang terpampang jelas di atasnya

"Hiiih gak mau. Maneh we sendiri" katanya bergidik ngeri

"Iihh! Tante rei gak seru!" Ketus Risu.

"Sttt, jangan keras-keras. Adek lagi tidur" kali ini moona angkat suara. Membuat si surai coklat kicep dan langsung duduk anteng.

"Gini kek, daritadi"

Sementara di jok depan. Iofi memijat pangkal hidungnya pening. Ia mulai jenuh mengemudi, dan rasa kantuk mulai menghampirinya.

Pandangannya melirik ke kiri. Terlihat Kobo yang sedari tadi berkutat serius dengan minuman botolan. Sepertinya bocah itu kesulitan membuka botol.

"Sini ibu bantu" kata moona mengambil alih botol yang dipegang Kobo.

"Oke!"

"Nih" setelah berhasil membukanya, moona kembali memberikan botol itu pada anak bungsunya

"Terima kasih, ibu" ucap Kobo riang. Lantas meminumnya hingga tersisa setengah. Haus sekali tampaknya

"Sama-sama" moona membelai lembut rambut putrinya itu. Sepertinya cuaca yang panas membuat gadis berkeringat banyak.

"Panas, ya? Mau ibu nyalain AC?" Tanya moona lagi

Bocah dengan surai biru itu mengangguk antusias "mau!" Serunya semangat

Moona tersenyum gemas. Seperti biasa ketika kembarannya terlelap aura bungsu Kobo pasti keluar. Entah kenapa

"Tuan putrinya ayah pada lapar nggak?" Iofi bertanya, ia ingat jika ada restoran yang akan mereka lewati di depan sana

"Lapar!" Kobo dan risu kompak menjawab

"Nggak" jawab Anya jujur. Ia masih kenyang sebab Sedari tadi ia menghabiskan cemilan kakaknya yang tersisa banyak.

"Jadi kita mampir apa lanjut aja?" Iofi menoleh pada sang istri

"Masih jauh nggak?" Moona balik bertanya, yang ia maksud adalah rumah baru mereka

"Lumayan. Mampir aja, ya?"

"Iya deh, kasihan udah pada lapar. Reine juga kayaknya udah mabok berat" melihat adiknya yang sudah pasrah dari kaca mobil, ia jadi tak tega

"Laksanakan!"

Lenggang sejenak. Kobo menaruh minumannya yang tersisa setengah pada dashboard mobil. Botolnya yang tak tertutup rapat membuat moona was-was

"Jangan disimpen disa-"

family HoloidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang