12. Intuisi sahabat?

506 65 0
                                    

Hai, apa kabar, happy ready yaaa!!!
______________________________________

"Mau ke mana, Ta?"

Gentala yang menyadari Ananta sedang membereskan alat tulis itu langsung bertanya. Ia yang duduk di depan sampai memutar badan, menatap intens Ananta yang mulai memakai jaket dan tasnya.

"Pulang, ada acara keluarga."

Mendengar kata pulang, Alvero yang duduk di seberang bangku Ananta jadi ikut menoleh. Cowok itu penasaran, tapi ia memilih diam daripada salah omong lagi.

"Acara keluarga? Acara keluarga apa?" tanya Raden.

Sedikit sudut hati Ananta menghangat. Ia rindu suara Raden, hingga tanpa sadar, ada senyum tipis yang tercipta di wajah tirusnya.

"Ada lah, gue juga gak tau apa."

"Dijemput, Ta? Gue tadi gak lihat motor lo soalnya di parkiran."

Ananta mengangguki pertanyaan Gentala. "Iya," jawabnya.

Setelah pamitan singkat dengan Gentala dan Raden, Ananta beranjak pergi. Dari tempatnya Alvero masih setia memperhatikan. Sempat terjadi kontak mata antara dirinya dan Ananta, tapi Alvero langsung memalingkan muka.

Kini, saat Ananta sudah keluar kelas dan tak lagi terlihat. Alvero langsung melompat pindah tempat duduk. Ia menempati kursinya semula, yang berada tepat di sebelah Ananta, yang satu meja dengan Ananta.

"Dia mau ke mana?" tanyanya pada kedua temannya.

Gentala spontan memicing, lalu geplakan pelan menggunakan pulpen ia layangkan ke kepala Alvero. "Mangkanya turunin gengsi lo!"

"Tau!" semprot Raden ikut-ikutan.

Alvero memutar kedua bola matanya malas. "Nanti aja. Jadi, Nanta mau ke mana?"

"Acara keluarga katanya. Tau deh, acara apa."

"Emmm, gue boleh ngomong ini gak sih?" tutur Alvero setelah sedikit lama berpikir.

Gentala dan Raden kompak menoleh saling bertukar pandangan.

"Apa?" tanya Gentala.

"Nanta rada kurusan gak sih? Dia juga jadi pakai jaket mulu sekarang. Maksud gue, dia gak lagi kenapa-kenapa kan, Gen?"

Gentala yang dituju untuk menjawab pertanyaan tersebut spontan menyatukan alis. "Ya mana gue tau."

"Kan selama ini Nanta ngobrolnya sama lo doang."

"Tapi anaknya gak pernah bilang apa-apa tuh. Gak pernah ngeluh dan nunjukin hal aneh juga kok."

"Gue ngerasain hal yang sama kayak Vero," kata Raden. "Ya emang bentukan badan Nanta itu kurus, tapi sekarang kayak lebih kurus aja. Entah mata gue yang salah atau emang gara-gara jarang kumpul dan ngobrol berdua gue gak tau. Yang pasti, sama kayak Vero, gue ngelihat Nanta berbeda. Bukan kayak Nanta yang biasanya."

"Gen, lo gak nyembunyiin apa-apa kan dari kita berdua? Karena gimana pun, gue sama Raden masih anggap Nanta temen. Kita masih 4Rangers."

Hari itu Gentala mengantungkan jawaban atas pertanyaan Alvero dan Raden. Karena mau dibalas dengan jawaban yang bagaimana? Gentala pun tidak tau menahu tentang apa yang terjadi kepada Ananta. Perasaan, di matanya, Ananta masih sama saja seperti Ananta yang sebelumnya.

"Masa sih Nanta lebih kurusan? Kayaknya enggak deh." Cowok itu bermonolog sambil berjalan menuju suatu tempat. Sore-sore begini, ia harus mengantarkan sebuah dagangan yang dijual ibunya.

Pada tangan kanan Gentala sudah terdapat tentengan kresek hitam dan paperbag coklat. Ia berdiri menunggu sampai lift terbuka, sambil sesekali mengecek pesan di ponsel. Tak butuh waktu lama untuk Gentala sampai di tempat janjian dengan customernya.

What is Life? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang