"Kakak" ucap seorang anak kecil dari arah belakang Archer. Archer tidak terkejut karena dari suaranya saja ia jelas tahu bahwa anak gadis itu sudah pasti adalah adiknya, Ariesha. "Ayo main. Riesha sudah selesai mencuci dan menjemur semuuaa baju baju kita semua."
Archer masih belum melihat ke arahnya, tanpa sepengetahuan Ariesha ia tersenyum karena gemas. Archer terlihat sedang mencuci piring yang berada di depan sambil berjongkok, "sebentar ya Riesha, kak Archer masih cuci piring. Tunggu sampai kakak selesai mencuci piring baru kita pergi main sama yang lainnya, ya," ucap Archer sambil tersenyum kearahnya. Semuanya terlihat baik-baik saja. Archer merasakan desiran hangat menjalar keseluruhan tubuhnya.
Archer sangat senang saat ini, tak pernah terpikirkan olehnya seberapa capeknya ia bekerja apabila ada Ariesha di sisinya. Dia seorang gadis cantik seusia dengan Archer, seorang adik kembarnya yang sangat ia sayangi karena memang hanya dia keluarga yang Archer miliki disini. Ia tidak punya orang tua, ia tidak pernah tahu mereka kemana. Saat ini usia mereka barulah berusia 4 tahun, dan mereka sekarang tinggal di sebuah panti asuhan pinggir kota. Bukan, ini bukan hanya di pinggir kota melainkan di pinggir hutan.
"Ahh,, gak mau! Ariesha maunya main sekarang!." Ucap Ariesha kembali. Archer jelas tahu kalau Ariesha pasti kesal, tapi apa boleh buat. Archer tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya jika ia mau makan malam.
"Gak bisa Ariesha" Archer bangkit dan mencuci tangannya yang penuh dengan sabun lantas mendekati Ariesha, "Ariesha, dengerin kakak ya. Riesha harus bisa mandiri. Riesha kan udah gede. Riesha mau ya nurut sama kakak."
Dapat terlihat olehnya bahwa Ariesha sangat kecewa. Bahkan ia hampir menangis saat ini. Karena tidak tega, Archer lantas memegang kedua pundaknya. "Kakak kan gak pernah bilang kalau kakak gak mau main. bukannya gak mau, Riesha. Kakak gak bisa main kalau sekarang, kamu kan tahu kalau kakak harus kerja dulu."
Walaupun Archer sudah memberikan pengertian pada Ariesha rupanya itu masih belum cukup memuaskan dan belum dapat di mengerti oleh gadis kecil itu. Perlahan sebulir air mata berhasil lolos dan membasahi pipi Ariesha. Aku sedikit panik karena sedetik kemudian Ariesha mulai menangis.
'Tidak, tidak bisa di biarkan. Kalau sampai madam tahu, pasti ia akan marah besar!' Archer tak kehilangan akal. Archer melihat ke luar pintu belakang panti ini.
'Bagus, ternyata ada Luna' Luna salah satu anak panti ini terlihat tengah berjalan mendekati ruangan dapur ini sambil membawa beberapa sayuran dengan menggunakan sebuah keranjang yang cukup besar hingga membuat dirinya kesusahan.
Luna merupakan seorang gadis kecil yang sekiranya seusia Ariesha. Gadis itu terlihat sangat lelah dengan keringat yang membasahi dahinya. Ia berjalan dengan tertatih karena membawa barang yang cukup berat. "Riesha, lihat Luna udah pulang dari kebun."
Ariesha menoleh ke arah yang Archer tunjukkan. Senyuman mulai mengembang diwajahnya, ia segera menghapus air matanya sendiri entah karena apa. "Luna kasihan ya. Riesha bisa bantu dia?"
Ariesha masih menatap Luna dengan nafas yang masih turun naik karena habis menangis. Ketika Archer mulai berbicara kembali, Ariesha mengalihkan pandangannya kembali ke arahku. "Riesha ingat apa yang di katakan oleh habib Umar kemarin?" Ariesha mengangguk.
"Bagus, itu artinya Ariesha harus bisa membantu semua orang yang sedang kesusahan kan?" Ariesha kembali mengangguk ketika Archer berkata demikian.
Ia lantas menatap kakaknya tercinta seolah meminta persetujuan. Archer mengangguk sebagai balasan. Tanpa bertanya lagi Ariesha langsung berlari kearah Luna dan melupakan semua kesedihannya tadi. Archer tersenyum ketika ia berlari sambil memanggil nama Luna. Bagi Archer dia terlihat sangat lucu saat ini. Ariesha benar benar gadis yang sangat menggemaskan.
Ariesha terus berlari tanpa menoleh ke arah belakang. Perlahan ia mulai menjauh, semakin jauh. Archer terus memperhatikannya sambil tersenyum.
Entah kenapa ketika melihat Ariesha terus berlari semakin jauh darinya membuat Archer sangat cemas. Entah kenapa pula Archer menjadi panik dan mulai melunturkan senyumannya.
Archer berjalan menuju pintu belakang yang sebenarnya masih bisa ia lihat dari dalam kamar mandi ini, tapi rupanya perasaannya menuntun ia untuk pergi ke arah itu untuk melihat Ariesha lebih dekat.
Benar saja, sesuai dugaan Archer. Ini aneh Ariesha terus berlari seolah olah tidak pernah sampai ke arah Luna, bahkan Luna juga semakin jauh. Karena panik Archer lantas berlari berusaha menyusul Ariesha, seberapa kuat pun ia berusaha berlari untuk menyusul Ariesha namun hasilnya nihil. Ariesha semakin menjauhinya.
Archer mengulurkan tangan, ketika ia merasa Ariesha sudah berada di jangkauannya, Archer berusaha untuk menyentuh Ariesha. Namun hasilnya sama, Ariesha tidak pernah bisa ia gapai.
Archer semakin panik, benar benar panik apa lagi ketika ia menyadari bahwa perlahan tapi pasti Ariesha secara tiba-tiba hilang, lenyap ditelan oleh cahaya putih. Archer langsung berteriak sekeras-kerasnya dengan wajah yang panik dan nafas yang terus bergemuruh.
"Jangan! Riesha gak boleh pergi! Riesha gak boleh tinggalin kakak sendirian!!"
*****
Di sebuah ruangan dengan nuansa putih khas rumah sakit terlihat seorang wanita setengah baya namun masih terlihat cantik dan awet muda yang tengah terduduk diam sambil terus memperhatikan seorang laki-laki remaja yang saat ini tengah terbaring lemas disebuah ranjang rumah sakit.
Dialah Aletha Dwi Ratna, ibunda Archer yang selalu menemaninya selama Archer di rumah sakit. Saat ini Archer masih tertidur dan belum menunjukan tanda tanda akan segera terbangun.
Dengan telaten Aletha mengambil kain basah di dalam sebuah baskom berisi air hangat. Setelah mengambilnya Aletha langsung mengusap wajah Archer yang penuh lebam dengan sangat hati hati karena takut kalau Archer akan terbangun.
Perlahan tapi pasti Aletha terus membasuh wajah anak laki laki satu-satunya hingga seluruh wajahnya ia rasa bersih. Selesai membersihkan wajah Archer, Aletha lantas berpindah untuk membersihkan tangan kanan Archer yang mudah terjangkau olehnya.
Saat Aletha tengah membersihkan tangan kanan Archer, secara tiba-tiba Aletha menyadari pergerakan aneh dari Archer. Archer tiba-tiba bergerak gelisah, keningnya penuh dengan keringat, dan bibirnya terus saja mengumamkan kata-kata yang tidak jelas.
Aletha terdiam, ia terkejut. Pada akhirnya Aletha berusaha membangunkan Archer dengan cara menepuk-nepuk pipinya namun Archer tetap tidak mau terbangun.
Aletha melihat Archer yang sedikit mengangkat tangannya ke atas seperti ingin menggapai sesuatu. Aletha menggenggam tangan tersebut. Air matanya sudah tidak dapat terbendung lagi, ia nangis sejadi jadinya karena khawatir apalagi ketika Aletha mendengar Archer meneriakkan sebuah nama yang ia tahu siapa yang dimaksud.
"Archer, bangun sayang. Jangan buat ibu khawatir." Lirihnya sambil terus menggenggam tangan Archer dan menciumnya.
"Ariesha.... Jangan... Jangan pergi Ariesha." Ucapan itu terus saja terlontarkan dari mulut Archer hingga pada akhirnya ia terbangun sambil meneriakkan sebuah nama dengan keras. "Ariesha!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET STORY {Revisi}
Mystery / ThrillerSepuluh tahun yang lalu, Archer terpaksa berpisah dengan adik kembarnya, Ariesha. Sebuah insiden kelam membuat Archer harus menyerahkan Ariesha kepada keluarga kaya raya asal Inggris, dengan satu syarat yang menyakitkan: ia tak diizinkan bertemu adi...