—Emily—
Hal-hal aneh telah terjadi, mungkin terlihat tidak begitu aneh. Tapi menurutku, sesuatu hal telah terjadi. Walau aku biasa dilanda kesialan, ini tidak biasa bagiku. Setelah sebelumnya ada kejadian yang biasanya dianggap mitos oleh kedua teman sekolah yaitu doppelgänger.
Aku merasakan sesuatu hal aneh akan terjadi secara berulang-ulang.
Walau aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, keributan itu cukup mengganggu. Setelah kejadian sebelumnya, aku kembali melanjutkan pelajaranku di kelas. Dari sudut mataku, aku melihat kedua siswa itu masih saling membenci, meski guru sedang mengajar dengan penuh konsentrasi. Ini sebenarnya bukanlah kejadian pertama, tetapi kali ini terasa unik, karena melibatkan doppelgänger dalam pembicaraan.
Saat aku sedang merenung, tiba-tiba guru memanggil, "Emily Grace Levine, silakan membaca halaman 132, paragraf 2-4. Setelah membaca, silakan menyimpulkan apa yang telah kamu baca."
Aku mengalihkan perhatian ke buku di depanku, membuka halaman yang dimaksud. Kata-kata dalam teks mulai membentuk gambaran di benakku, meskipun pikiranku masih terjebak pada keributan sebelumnya. Doppelgänger, kata itu terus berputar di pikiranku, kata itu sudah cukup menjadi benang merah antara peristiwa yang terjadi di kelas ini dan cerita-cerita yang sering aku baca.
"Emily?" suara guru memecah konsentrasiku.
"Ya, pak," jawabku, sedikit terkejut.
Setelah membaca paragraf yang diminta, aku menutup buku dan mulai merangkai kata-kata dalam pikiranku. "Dalam teks ini, penulis membahas tentang bagaimana identitas bisa terpecah dan dibagi antara dua entitas yang terlihat sama tetapi memiliki sifat dan tujuan yang berbeda. Hal ini menciptakan konflik internal yang mendalam," ujarku, berusaha menyampaikan dengan jelas.
Guru mengangguk, "Bagus, Emily. Ini berkaitan dengan tema besar yang kita pelajari tentang dualitas dan identitas. Coba kamu pikirkan lebih dalam tentang hubungan antara karakter-karakter itu." Katanya dengan tersenyum.
Ketika bel berbunyi menandakan sudah ganti kelas, aku masih tenggelam dalam pikiran itu. Dengan cepat, aku mengemas buku dan catatan. Saat aku melangkah keluar dari kelas, aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku untuk mencari tahu lebih banyak tentang hubungan mereka. Apakah mereka benar-benar doppelgänger satu sama lain, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam di balik semua ini?
Aku pindah ke kelas seni, aku mencoba menggambar sesuai dengan model pajangan seni dihadapanku olesan kuas aku di setiap sudut kanvas. Model tersebut bernama patung Themis atau dewi keadilan, seorang dewi yang menjaga keseimbangan dan keadilan, tidak hanya berlaku pada manusia, tetapi juga para dewa. Tapi di dunia saat ini, banyak sekali peperangan terjadi karena manusia serakah dan hanya mengukuti ego sendiri.
Ya, tentunya. Mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan yang mereka mau bahkan mereka rela berbohong kepada orang-orang, Hipokritisme.
Seorang murid perempuan sedang asyik melukis sambil berbincang dengan gurunya.
Sering kali, kita tak pernah sepenuhnya memahami siapa seseorang, bukan? Tak ada yang benar-benar mampu menembus relung hati orang lain, terlebih jika mereka menyimpan segudang rahasia. Rahasia-rahasia itu jika terkuak, bisa menghancurkan segalanya, status, reputasi, bahkan kehidupan mereka sendiri.
______
Setelah pelajaran sekolah selesai, aku memutuskan pergi keluar dari asrama. London sore itu sibuk, meskipun langit kelabu mengancam hujan. Jalan-jalan sempit di sekitar Cheapside penuh dengan kereta kuda yang berderak melewati para pedagang yang menawarkan barang-barang mereka. Dengan langkah cepat, aku menyusuri jalanan berbatu, melewati deretan bangunan bata tinggi yang berdiri di kedua sisi, hingga aku tiba di sebuah toko bakery kecil yang sudah akrab bagiku, Langton's Bread & Patisserie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Lines At The End Of The Light
Mystère / ThrillerEmily, seorang remaja yang berjuang melawan stigma dan kebencian di sekolah elit setelah dibesarkan di panti asuhan. Meski cerdas dan berprestasi, hidupnya dipenuhi lelucon kejam dari teman-temannya. Segalanya berubah saat dia bertemu dengan seorang...