POV : Gumilang

27 5 5
                                    

Happy reading

"Gumilang, Duniamu tidak berhenti saat Danar tiada."

.
.

Sebulan setelah pemakaman dilaksanakan dan keadaan rumah benar-benar tak nyaman. Gumilang seringkali menumpang tidur di kos-kosan temannya. Dimanapun tempatnya karena dia belum sanggup melihat wajah Alukna dan bayinya dan kenyataan Danar sudah tidak ada.

Seketika itu Gumilang diserang perasaan depresi yang sangat ia pendam. Dia tidak marah atau protes pada takdir seperti Clarina ataupun Elang. Gumilang hanya bisa menangisi.

Karena saat Edwin tiada, dia tidak paham kesedihannya tapi kali ini, ini kali pertamanya merasakan duka yang begitu dalam. Seperti ada alat bor yang mengacak-acak dan membolongi dadanya. Bayang-bayang akan saat sekarat Danar terus menghantui tidurnya.

Kematian memang adalah hal yang pasti tapi Gumilang tidak pernah membayangkan akan secepat ini. Gumilang membayangkan mereka berdelapan akan membangun keluarga yang sangat besar sampai mereka tua.

Dan menyadari selama ini dia mempertahankan pemikiran bodohnya yang bahwa sesuai urutan lahir seperti itu juga urutan kematian terjadi. Bahkan dengan kematiannya saja Danar masih bisa menyadarkannya, kesalahan berpikirnya.

"Gum! Ga ada jadwal kuliah kan besok? Ikut gua yuk, ke ulang tahunnya Larissa." Ucap teman yang kos nya sering ia minta numpang. Gumilang sedang belajar tadinya dan ingin istirahat sejenak. Gumilang memang melanjutkan pendidikannya lagi. Entah apakah cita-citanya akan tergapai tapi memikirkan Danar yang tahu dia ingin jadi Dokter terasa seperti sebuah janji yang terus menguatkannya pada jalan ini.

"Larissa.. siapa?"

"Ye mulai lagi kan amnesianya, Larissa Marys loh, kita pernah kenalan di acara kampus waktu itu. Dia anak FKG. Bahkan lu bilang lu pernah tertarik sama dia kan?"

Oh iya, benar, gadis itu. Gumilang lama terdiam membuat temannya geregetan dan memukul bahu Gumilang yang hanya menoleh santai.
"Diajakin malah diem aja, gimana? Mau ikut ga? Ayolah, istirahat sebentar dari belajar dan kesibukan ini."

"Iya deh.."

"Nah! Asik! Gua hubungin yang lain dulu"

Tapi Gumilang kembali pada buku-buku di depannya, saat memutuskan tadi dia sebenarnya tidak berpikir apa-apa. Pesta? Ini bahkan masih masa berduka baginya.


.


Di pesta itu, pesta yang diadakan di salah satu aula hotel mewah. Diantara gemerlap lampu dan kesenangan orang-orang di sekitarnya, Gumilang hanya duduk di ujung menyaksikan dengan mata yang sayu.

Ternyata dia sudah sampai ke titik ini ya, titik di mana dia tidak perlu izin dari Angga hanya untuk menghadiri pesta di malam hari. Gumilang membuka ponselnya dan membuka aplikasi chatt dan tanpa sadar membawanya ke kontak seseorang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Danar : Tentang caramu melihatku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang