Hari Yang Baru

62 9 4
                                    

Happy reading

.
.

Pagi sekitar pukul tujuh, Alukna di kamar sehabis memakai bajunya. Mengikat tali baju ke belakang pinggangnya dan tak lupa juga menata rambutnya. Jujur saja ia gugup karena ini tetap jadi momen pertamanya bertemu keluarga Danar yang lain.

Suara ketukan pintu menyadarkannya dan segera datang membukakan yang di sebaliknya adalah Florence. Florence menatapnya dengan hangat karena ya mereka yang sudah lebih dulu akrab. "Cantiknya.. Apa kamu gugup ketemu mereka semua di meja makan?"

Alukna jelas mengangguk. Florence bisa memahami karena ya sulit memastikan di meja makan tidak menjadi perang kata-kata... untuk saat ini. Florence menarik tangan Alukna dan menggenggamnya. "Mereka semua akan senang menyambut anggota baru di meja makan rumah ini.." Alukna hanya mengikuti saja.

Mereka berdua menyusuri lorong-lorong bagian rumah dan tetap begitu terkesima dengan seluruhnya yang ia lihat. Berjalan menuju ruang makan sambil sesekali bercanda tawa. Lalu sampailah mereka di mana sudah ada Angga duduk di ujung sebagai posisi center meja. Ada Bada yang juga sudah makan bersama Vivienne yang masih riweh menaruh makanan untuk anak-anak termuda. Gumilang yang masih musuhan banget sama beberapa menu.

Vivienne melihatnya dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sayang.. Sini duduk di samping bangku Danar." Kursinya berada di tengah-tengah antara Danar dan Elang. Elang makan dengan cukup perlahan bahkan tidak mengobrol sama sekali. Cukup dekat juga dengan Karin dan anak-anaknya.

"Makan apa aja yang kamu mau.. Mama sama koki khusus masak banyak buat kamu hari ini." Ucap Karin, tersenyum untuknya. Begitu juga dengan Angga yang tidak bisa menahan senyumannya. Lalu datang Harissa yang membawakan seloyang pudding coklat dan menaruhnya.

"Iya iya aku tahu makan ini pagi-pagi kurang tepat, tapi kakak ipar baru ini suka jadi engga ada salahnya aku buatin." Mulutnya lebih cepat berbicara sebelum Vivienne menegurnya. Lalu Harissa duduk di samping Gumilang yang (aduh kasihan deh) berantakan banget. Dia tengah berjuang bertahan di kuliahnya.

"Bisa-bisanya kamu tampil jelek pagi-pagi gini apalagi ada Kak Luna di sini, bodoh.. "

Gumilang mendecak dan menatap sinis. "Engga bosen apa duduk sampingan terus, pindah sana samping Florence. Tambah pusing denger mulut cabe kamu.. "
Gumilang makin meringis kala Harissa diam-diam di bawah menginjak kakinya.

Alukna hanya menyimak, sudah dibilang Danar sudah menceritakan banyak soal saudara-saudaranya jadi dia tidak heran lagi. Lalu dia menatap ke hadapannya ada Bada yang duduk samping Vivienne tapi satu sisinya lagi kosong.

"Kak Nadhira gimana kabarnya Kak?"

"Pemulihannya cepat kok Lun, cuma aku yang minta dia untuk beberapa bulan sarapan di kamar aja. Padahal dia mau kecualikan hari ini soalnya mau sapa kamu.."

"Ah gitu, yaudah nanti habis ini aku izin ke kamarnya boleh kan?"

Bada mengangguk terasa sangat menyenangkan melihat itu. Karena setelah anaknya berusia lima bulan nanti dia dan Nadhira akan kembali ke rumah mereka sendiri. Dan saat itu juga entah kenapa Bada teringat akan ucapan Danar yang sangat lama itu. Bahwa mereka tetap satu-persatu akan pergi meninggalkan rumah. Meskipun Angga tak akan pernah mempermasalahkan adik-adiknya menatap tapi mereka tetap akan mempunyai jalan baru nanti.

Jadi tahu dan merasakan Clarina yang menangis tersedu-sedu saat harus meninggalkan rumah kelahirannya. Apalagi Vivienne nanti ya..

Tiba-tiba Danar datang, dia tahu Danar habis menelpon dengan pekerjaannya. Karena pagi-pagi sekali mereka berdiskusi dan bicara lagi secara serius bahwa Danar tidak harus melepaskan apapun. Danar tetap pada hak dan kewajibannya demi hidupnya bersama Alukna.

Dear Danar : Tentang caramu melihatku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang