Sueny benar-benar kesal dengan tingkah bosnya itu barusan. Yang benar saja, bisa-bisanya Kevin memanfaatkan Sueny dan membuatnya tiba-tiba dikatai murahan oleh perempuan yang asal-usulnya saja baru Sueny ketahui sepuluh menit sebelumnya.
Hari ini—seperti kemarin—Sueny makan di pantry lantai dua puluh yang menghadap langsung ke jendela. Sueny menutup sedikit tirainya agar tidak terlalu terpapar matahari langsung karena Jakarta benar-benar terasa panas.
Untung saja Sueny sudah menemukan tempat nyaman untuk makan siang, di sini tidak ramai—tepatnya tidak ada orang sama sekali. Mungkin karena lantai dua puluh digunakan oleh lebih sedikit orang ketimbang lantai delapan belas dan sembilan belas. Pantry sepi ini adalah tempat sempurna untuk menghabiskan bekal makanan yang dimasak langsung oleh ibu Sueny, jadi dia tidak perlu sering-sering ke kantin yang sangat ramai dan makannya pun kurang cocok di lidah Sueny.
"Permisi."
Ternyata hari ini sedikit berbeda, Sueny tak lagi sendirian. Tiba-tiba seorang perempuan juga memasuki pantry.
"Oh iya, mari," kata Sueny sembari tersenyum.
"Ikut makan di sini boleh?" tanya wanita itu sembari menunjuk kepada sebuah kursi kosong di samping Sueny.
"iya, silahkan."
Wanita itu pun duduk. "Karyawan baru, kah? Kita belum pernah ketemu," ucapnya ramah.
Sueny buru-buru menghentikan kegiatan manannya dan mengulurkan tangannya sopan, "Iya perkenalkan saya sekretaris dirut yang baru, Sueny Anya."
"Wah sekretarisnya Pak Kevin? Keren banget, pasti kamu punya mental sekuat baja ya bisa lolos seleksi jadi sekretaris dirut. Kalau gitu kenalin aku Sherly Rania, supervisor marketing," kata wanita bernama Sherly sembari membalas uluran tangan Sueny.
"Oh satu divisi sama Kak Henny, ya?" tanya Sueny antusias.
"Iya, jadi kamu udah kenal Kak Henny, ya? Ayo dong kapan-kapan main juga ke lantai delapan belas sama sembilan belas biar kenal sama semua karyawan. Kebanyakan orang cuma dengar berita kalau sekdir yang baru itu cewek dan masih muda, makanya pada penasaran pengen lihat langsung."
"Oke ... umm gimana ya manggilnya? Kakak? Ibu? Atau bagaimana?"
"Mau kamu lebih muda atau lebih tua, panggil aku Sherly aja, jadi aku panggil kamu Sueny gak apa-apa kah? Lagian kita keliatannya seumuran, kok. Santai aja, Sueny. Kaku tahu, kecuali Pak Kevin, work-culture di sini itu santai, mungkin karena mayoritas diisi gen Z atau milenial juga ya."
Sueny tercengang sedikit. Memangnya tidak apa-apa ya langsung membicarakan Kevin seperti ini? Apakah tidak bahaya? Kevin kan orangnya galak.
"Oke, Sherly," kata Sueny masih sedikit canggung. "Salam kenal," ucap Sueny membalas dengan sangat pasaran dan kaku.
"Iya, pokoknya kalau ada waktu luang main-main deh ke lantai bawah biar kerasa vibes asli Sheonn's Companny. GM aja kita panggil kak. Kalau lagi senggang kita karyawan-karyawan sering bercanda, yah kecuali CFO aja karena itu satu generasi sama orang tuanya Pak Kevin."
Sueny manggut-manggut. Tapi tunggu, Sueny yakin ia tak salah dengar, Henny memanggil Bram dengan sebutan Pak. Apakah memang ada sesuatu khusus di antara mereka sampai secanggung itu. Sueny jadi penasaran seperti apa perusahaan ini di luar lingkup bosnya itu. Suasana di kantor selain di sekitar Kevin terdengar menyenangkan
"Pasti, nanti kalau ada kesempatan aku berkunjung kenalan sama karyawan lain. Tapi kamu temenin, ya," kata Sueny bersemangat.
"Siap siap. Oh iya kamu kalau makan siang di sini?" tanya Sherly.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS] Touch the Cold Boss [On Going New Version]
ChickLit"Aku ingin menyentuhnya. Menyentuh hatinya." Sueny Anya Saputro, anak konglomerat terpandang yang bersikeras ingin bekerja menjadi seorang sekretaris. Dalam bayangan Sueny, kehidupan barunya sebagai sekretaris nanti akan mulus-mulus saja. Bosan men...