AWAL PERTEMUAN

3 1 1
                                    

Eve menatap lorong gelap di depannya, angin lembut berhembus dari dalam seakan memberi peringatan akan apa yang menunggu di sana. Bunyi gemuruh tadi sudah tidak terdengar lagi, namun kesunyian yang menggantung terasa lebih berat daripada kebisingan medan perang sebelumnya. Grail Squad 7, yang sekarang hanya tersisa Eve dan Jennie, memasuki terowongan dengan penuh kewaspadaan.

Jennie, yang selalu terlihat optimis dan bersemangat, kali ini terlihat lebih muram. Langkahnya agak tertahan, seolah-olah menimbang-nimbang setiap gerakan yang dia lakukan. Di sisi lain, Eve tetap menjaga sikapnya yang dingin dan fokus. Meskipun dalam hatinya ada kekhawatiran besar, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Tactical Vision miliknya berkedip-kedip, menganalisis setiap sudut dan retakan dinding di depan mereka. Namun, yang dia lihat hanyalah gelap pekat, tanpa ada tanda-tanda pergerakan atau kehidupan di dalam bunker ini.

"Apa kau merasa ada sesuatu yang mengawasi kita?" bisik Jennie tiba-tiba, menghentikan langkahnya sejenak.

Eve menggeleng pelan. "Bukan sesuatu. Seseorang," jawabnya dengan lirih, meski tidak ada sinyal dari Tactical Vision-nya yang mengindikasikan keberadaan musuh. Ada perasaan ganjil yang sudah menghinggapi sejak mereka melangkah ke dalam terowongan itu.

Mereka terus bergerak maju, menapaki lantai beton dingin yang setiap retakannya menimbulkan gema samar di lorong tersebut. Lampu neon di langit-langit bunker tampak sudah lama mati, menyisakan kilatan cahaya dari senter mereka yang terasa nyaris tak cukup untuk menembus kegelapan. Udara di dalam bunker terasa kering, tapi Eve dan Jennie bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tak terlihat, seolah ada mata yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

Sesekali, Jennie menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka, tapi pandangannya selalu disambut oleh kegelapan yang tebal. Dalam hati, dia berdoa agar Varient Paxyar tidak menemukan jejak mereka. Jika mereka harus bertarung di sini, di ruang sempit yang tertutup ini, peluang mereka bertahan akan sangat kecil.

"Kita harus temukan ruang kontrol atau sesuatu yang bisa memberi kita peta bunker ini," ujar Eve akhirnya, menghentikan mereka di sebuah persimpangan lorong. "Jika terus maju tanpa arah, kita hanya akan tersesat."

Jennie mengangguk. "Tapi masalahnya, kita bahkan tidak tahu apa yang sedang kita hadapi di sini. Bisa jadi jebakan, bisa jadi lebih buruk dari Paxyar."

"Lebih buruk?" Eve menatap Jennie sebentar, lalu memutar otaknya. "Jika ada sesuatu yang lebih buruk dari Paxyar, aku ingin tahu apa itu."

Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini dengan langkah yang lebih pelan. Lorong-lorong yang mereka lewati semakin terlihat kusam, dengan dinding yang mulai dipenuhi jamur dan karat. Seiring berjalannya waktu, suasana di dalam bunker semakin mencekam, bukan hanya karena kegelapan dan keheningan, tetapi juga karena energi tak kasat mata yang mulai terasa makin menekan.

Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah ruangan yang lebih besar, mungkin dulu digunakan sebagai pusat komando. Beberapa meja dan kursi sudah terbalik, monitor-monitor tua yang hancur berserakan di lantai, dan kabel listrik yang sudah putus menjuntai dari atap. Eve segera mendekati meja utama dan mencoba menghidupkan kembali terminal yang tampak masih utuh. Layar kecil di depannya menyala sejenak, tapi hanya menampilkan tampilan rusak, penuh dengan noise dan garis-garis vertikal.

"Kau bisa menyalakannya?" tanya Jennie dengan penuh harap, sementara dia berdiri di depan pintu, berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang mendekat.

Eve mendesah, "Aku bisa mencoba, tapi aku tidak yakin sistem ini masih berfungsi." Dia mulai mengetik di konsol, mencoba membypass sistem yang sudah usang itu. Tangannya yang terlatih bergerak cepat, tetapi layar tetap tidak merespons seperti yang dia harapkan. Setelah beberapa kali percobaan, dia berhasil membuka peta kasar bunker yang segera tampil di layar. Namun, peta itu tidak lengkap, hanya menunjukkan sebagian kecil dari jaringan lorong bawah tanah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEUS PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang