Suara dentingan sendok mengisi makan malam yang sunyi ini. Tiga manusia dengan umur yang berbeda beda duduk dengan tenang menikmati makan malam dengan berbagai macam lauk di atas meja. Hingga sebuah suara dari sang kepala keluarga memecah keheningan makan malam yang damai ini.
"Besok Papa ada rapat pagi, nanti pak Arno yang ngantar" Ucap seseorang yang menyebut dirinya 'papa' pada sang anak Dengan muka yang terlihat serius.
Ting
Suara sendok yang berbenturan dengan piring sebagai tanda bahwa dirinya telah menyelesaikan makan malamnya. Gadis itu mengangguk pelan sebagai jawaban dari ucapan ayahnya. Tangannya yang anggun mengelap sisa sisa makanan yang berada di bibirnya dengan telaten bak seorang putri kerajaan.
Namira Keylovly. Atau nama pendek nya Nami. Gadis berwajah cantik nan imut dan bernetra indah ini adalah pemeran utama kita pada cerita ini. Tubuhnya yang tinggi ditambah otaknya yang teramat encer membuat nya di sukai banyak orang, apalagi Nami termasuk orang yang menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun dan nilai plusnya Nami dari keluarga yang cukup.
Berlagak seolah ada yang menelpon padahal dirinya benar benar di telepon, sang kepala keluarga meninggalkan tempat makan tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Kamu satu sekolah lagi sama Arsa?" Tanya seorang laki-laki baby face yang berumur 5 tahun lebih tua dari sang perempuan.
Yaresa Abhi Badra, atau biasa dipanggil Yares. Tetapi adiknya biasa memanggil dirinya 'bang ares'. Pria matang berumur 22 tahun ini memiliki wajah yang baby face, membuat orang orang yang melihat dirinya mengira bahwa ia masih anak SMA. Hidungnya yang mancung dan matanya yang indah adalah daya tariknya. Didukung dengan tinggi badan yares yang melebihi rata rata tinggi badan laki laki Indonesia.
Nami meletakan gelas berisi air putihnya, menatap sang kakak yang masih memakan makanannya. Padahal dirinya dan papa nya itu sudah menyelesaikan makanan mereka. Bahkan papanya sudah meninggal kan meja makan. Memang kakaknya ini sangat lama jika dalam urusan makan, kalau kata temannya 'terlalu menikmati'
"Iya, tapi Arsa ne gak reti" menggeleng pelan sebagai tanda tidak tau.
Hidup di jawa atau lebih tepatnya di Semarang selama 4 tahun, membuat Nami dan seluruh keluarganya cukup fasih berbahasa jawa. Bagaimana tidak fasih berbahasa jawa, jika seluruh orang orang disekitar mereka menggunakan bahasa jawa.
Mulai dari Nami yang selalu dihadapkan dengan mapel bahasa jawa. Bahkan dirinya pernah menangis karena mendapatkan nilai 30 untuk pertama kalinya, dan itu di mapel bahasa Jawa. Kakaknya juga sama. Ketika Yares berkuliah, dosennya terkadang bercanda dengan menggunakan bahasa jawa, teman temannya juga menggunakan bahasa Jawa. Bahkan Yares pernah di tipu oleh temannya ketika masih belajar bahasa Jawa.
"Arsa sama kamu cuma temenan kan?" Tanya Yares menatap Nami dengan tatapan menyelidik.
Nami membalas tatapan Yares aneh. Bukankah Nami sering bercerita padanya dan menyebut Arsa temannya? Kenapa sekarang abangnya ini seakan menuduh Nami dan Arsa memiliki hubungan yang spesial?
"Pake nanya!" Nami memutar bola matanya malas, melenggang pergi menuju dapur dengan membawa piring di tangannya.
Yares menyusul Nami, dirinya meletakkan piring nya di wastafel. Nami yang sedang menyuci piring nya, menatap Yares malas yang malah dengan santainya mencuci tangan. Nami mengambil piring Yares dan menyucinya. Tenang saja dirinya ikhlas kok, sudah biasa dengan kelakuan Yares yang minim akhlak ini.
"Yah, siapa tahu kamu kepincut sama Arsa"
"Lagian zaman sekarang mana ada cewe sama cowo temenan tanpa ada perasaan?" Lanjut nya setelah itu melenggang pergi meninggalkan Nami yang terdiam.
Nami memandang punggung Yares dengan sengit. Mana ada katanya? Mana ada? Hei! Jika tidak ada, hubungan Nami dan Arsa itu apa? Saling bertukar kabar, bertukar pikiran dan perasaan, dan saling menolong satu sama lain. Itu teman bukan? Atau sahabat? Yahh, jika Arsa menganggap dirinya sahabat. Jika tidak? Tetap saja maknanya mereka adalah teman.
Ting~
Nami mengambil handphonenya. Senyum manis terbit di bibirnya, melihat nama si pengirim pesan, Nami membuka room chat mereka. Membalas pesannya hingga pesan tersebut teralihkan menjadi panggilan telepon. Dengan panik Nami merapikan rambut dan bajunya, berdehem pelan setelah itu mengangkat panggilan telepon itu.
"Kenapa?" Tanya Nami pada orang di seberang sana.
"Engga papa" jawabnya tertawa pelan
Nami menutup mulutnya, menahan senyum yang sebentar lagi akan terbit dari bibirnya. "Gaje banget, udah ah gue mau tidur."
"Ehh bentar!" Seru laki laki yang berada di dalam telepon, menahan Nami yang akan mematikan sambungan telepon mereka.
"Apalagi!?" Geram Nami. Hei! Dirinya ingin segera menamatkan drama Korea yang sempat tertunda karena dipanggil untuk makan malam tadi. Dirinya sudah dibuat penasaran sekarang, bagaimana takdir kedua pemeran di Drama tersebut.
"Sleep well"
tutt
Nami menatap handphonenya lamat, Dirinya mendengus kesal melihat log panggilan yang ternyata hanya berlangsung beberapa detik.
"Beneran gaje ni anak" mengangkat satu alisnya heran, Nami mengedikkan bahunya acuh dan pergi menuju kamarnya, mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk esok hari.
Drtt ~ Drtt
Namira mengambil handphonenya yang berada di atas nakas dengan kesal. Mengangkat telepon tersebut tanpa melihat nama sang pemanggil.
"Apa lagi!?" Ucap nya ngegas. Dirinya sangat lelah sekarang, sudah malas untuk menghadapi manusia iseng dan menyebalkan seperti lelaki yang sialnya menjabat sebagai temannya itu.
"Kok gitu sih jawabnya?" Sahut seseorang di sebelah sana dengan nada memelas.
Namira menatap handphonenya, melihat nama di log panggilan tersebut. Meringis pelan, Namira menepuk dahinya."Eh, kamu toh ternyata. Kirain si iyan hehe" cengirnya.
"Kenapa kenapa? Sayangku cintaku, manisku, bubub bebeb ku, belahan jiwa ku, ada apa sayang?"
Terkekeh geli. Sosok lelaki yang berada di panggilan tersebut mengalihkan panggilan telepon menjadi panggilan video, yang tentunya langsung diangkat olehnya.
Wajah tampan itu memenuhi layar handphone Namira. Dirinya menutup kamera depan handphone miliknya menggunakan tangan kanannya. Yang membuat lelaki itu terkekeh lagi. Namira tersenyum, menyenderkan handphone miliknya pada tas yang sudah di isi buku buku untuk sekolah nya besok. Menopang dagunya dan menatap wajah tampan itu seolah berkata "kenapa"
Lelaki itu mengangguk pelan "Gue...
Dwarrr.. heloo ketemu lagi sama onaaa mwehehe, gimana gimana? udah tau kan siapa pemeran utama nya. Kira kira ada yang tau ngga ya, siapa yang nelpon Namira?
Terimakasih banyak, jangan lupa vote
dan komen. Sampai ketemu
di part selanjutnya.See you all
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Fiksi RemajaBanyak orang berkata jika pertemanan antara 2 gender yang berbeda yaitu cowo dan cewe tidak mungkin salah satu dari mereka tidak jatuh cinta. Tapi apakah Namira dan Arsa bisa berteman selamanya tanpa adanya rasa cinta? Apakah pertemanan antara merek...