Chapter 3

196 37 4
                                    

DON'T LIKE DON'T READ!

***

"Ekhm!"

Sakura terlonjak kaget mendapati keberadaan sang kakak di sampingnya. Gadis yang lebih tua 2 tahun darinya itu bersedekap dada menatapnya tajam dari balik kacamata merah.

"Oh, diantar calon suami, ya?" Penekanan kata 'calon suami' terdengar jelas dari bibir gadis itu. Sakura tidak membalas, gadis yang memiliki warna surai yang sama dengan kacamatanya itu berdecih. "Pantas saja jam segini baru pulang."

"Memang kenapa, Karin-nee? Masih jam 7 juga, kan?" Sakura akhirnya membalas sembari melirik jam. "Karin-nee bahkan pernah pulang jam 1 pagi saat keluar dengan Shuigetsu-nii."

Karin mendecakkan lidahnya. "Pintar membalas ya sekarang? Siapa yang mengajarimu? Calon suamimu itu?"

Sakura menggeleng. "Sasuke-kun tidak mengajariku apapun."

"Cih, Sasuke-kun. Dia sepertinya membawa pengaruh buruk buatmu."

"Sasuke-kun orangnya baik, kok."

"Sudahlah, jangan terima perjodohan itu. Lebih baik aku yang dijodohkan dengannya. Aku kan putri pertama, seharusnya aku yang menikah lebih dulu."

Sakura memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Loh, memang Karin-nee kan yang akan menikah lebih dulu dengan Shuigetsu-nii? Lalu, kenapa--"

"Ck! Menyebalkan sekali bicara denganmu! Lihat saja ya, aku pasti akan menggagalkan perjodohanmu!"

Sakura termenung di tempat. Menatap ke arah sang kakak yang menunjukkan sikap tidak senang atas perjodohan diantara dirinya dan Sasuke. Apa kakaknya itu menyukai Sasuke?

Jawabannya jelas iya.

Sakura sendiri yang melihat binar di mata sang kakak sewaktu mereka bertamu di kediaman keluarga Uchiha. Dasar kakaknya ini. Padahal jelas-jelas sang kakak sudah mempunyai kekasih yang telah menemani hampir sewindu.

Sedangkan Sakura? Sakura bahkan tak pernah mempunyai kekasih yang akhirnya membuat ayah dan ibunya khawatir sehingga mereka menjodohkannya dengan salah seorang putra sahabat mereka.

Dan, kini sang kakak ingin menggagalkannya?

Sakura mendesah pelan.

Ia terima jika perjodohan ini gagal, asalkan Sasuke sendiri yang menolak. Bukan karena sang kakak dengan niat jeleknya. Ya, semoga saja sang kakak tidak benar-benar serius dengan ucapannya.

***

"Pikirkan lagi baik-baik, Sasuke-kun. Seminggu lagi. Aku harap di hari itu aku dan Sasuke-kun sudah mempunyai keputusan masing-masing yang benar-benar matang."

Sasuke mengacak rambut frustasi. Seharusnya permasalahan ini sangat sederhana. Jika sesuai keputusan awal, ia akan menolak perjodohan ini lalu ia bisa menikah dengan Hinata karena gadis itu juga mencintainya. Tapi, kenapa kemarin mulutnya malah mengeluarkan kalimat penerimaan pada Sakura?

"Arggghh.."

Karena sejujurnya kini ia tak bisa menolak perjodohan itu juga.

"Serumit itukah?"

Sasuke melotot pada Sai.
"Menurut kau?"

Saat ini, Sasuke sedang bersama dua sahabatnya.

"Kau sendiri yang membuatnya rumit, Sasuke," ucap Sai yang mengundang dengusan Sasuke. "Tidak bisakah kau memberiku solusi?"

Shikamaru menepuk pundak Sasuke. "Hinata bukan yang kau cintai?"

Sasuke terdiam sebentar lalu mengangguk pelan.

"Kalau begitu tolak perjodohanmu. Daripada kau menikah karena rasa kasihan atau tidak tega, aku rasa akan lebih baik jika kau menikah dengan Hinata, yang sudah jelas-jelas kalian saling mencintai."

"Aku setuju denganmu, Shikamaru," sahut Sai sependapat.

Sasuke menunjukkan wajah ragu.
"Memang menikah harus saling mencintai?"

Shikamaru menghela napas. "Sasuke, pilihan inilah yang terbaik untukmu. Orangtuamu juga tidak memaksa keputusanmu, kan?"

"Kebahagiaan diri sendiri harus lebih diutamakan," timpal Sai.

"Tapi, gadis itu akan tersakiti..." gumam Sasuke sendu.

"Mana ada. Justru jika kau tetap meneruskan perjodohanmu, gadis itu akan lebih tersakiti saat tahu kau menikahinya karena rasa kasihan dan malah mencintai gadis lain," jawab Sai merasa gemas pada Sasuke.

"Tapi--"

"Aku perhatikan kau tampaknya peduli pada gadis pilihan orangtuamu," sela Shikamaru. "Apa kau tertarik pada gadis itu, hm?"

Sasuke tersentak.

"Biasanya kau hanya peduli pada sesuatu yang membuatmu tertarik. Dan, saat ini kau jelas tampak peduli pada Sakura. Kesimpulannya adalah.."

"Perasaan Sasuke kini telah terbagi. Begitukah, Shikamaru?" analisis Sai.

"Tepat sekali. Maka dari itu, kenapa masalah ini berubah menjadi rumit."

Sasuke hanya diam. Benarkah?

"Pastikan dulu perasaanmu lebih condong kemana."

Sai menjentikkan jari. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kau ajak jalan-jalan Hinata dan gadis bernama Sakura itu di tempat yang sama di hari yang berbeda? Lalu, rasakan bagaimana perasaanmu saat masing-masing bersama mereka."

Shikamaru mengangguk setuju. "Ide yang bagus. Kau bisa mengikuti ide dari Sai, Sasuke."

Sasuke masih terdiam lama. Sebelum akhirnya, ia mengangguk pelan. "Baiklah..."

***

Tok. Tok.

Sasuke yang sedang merenung di kamar menolehkan kepala ke arah pintu.

"Masuk."

Pintu terbuka menampilkan Uchiha Itachi. Kakak laki-laki Sasuke.

"Ada apa?"

Itachi tersenyum mendapatkan pertanyaan adiknya. "Aku ingin berbicara sebentar denganmu."

Mereka kini duduk bersisihan di ranjang Sasuke. "Boleh aku tahu bagaimana keputusanmu tentang perjodohanmu?" tanya Itachi.

Sasuke mendesah sesaat.
"Aku sedang memikirkannya."

"Apa saat ini kau sudah memiliki kekasih?"

Sasuke agak terkejut mendengarnya. "Bagaimana kau--?"

"Dulu, aku beberapa kali pernah melihatmu bersama gadis bersurai gelap. Apa dia kekasihmu?"

Sasuke menggeleng. "Bukan, kami hanya teman."

"Tanpa ada rasa suka satu sama lain?" Itachi memicingkan matanya saat Sasuke terdiam. "Tidak apa-apa, jujur saja. Kau berhak bahagia bersama gadis itu. Tak perlu memaksakan menerima perjodohan ini. Aku akan membantumu menjelaskannya pada otou-san dan okaa-san."

Keraguan terlihat jelas di wajah sang adik. "Kenapa? Tidak perlu takut."

"Bukan itu. Kau juga dijodohkan, kan, Itachi-nii? Tapi, kenapa kau mau menerimanya? Apa kau memang langsung suka pada Izumi-nee?"

Itachi tertawa malu. "Ya, kakak iparmu itu memikatku pada pandangan pertama. Begitupula sebaliknya."

Sasuke jadi menerawang dirinya sendiri. Apa ia juga begitu pada Sakura?

"Kenapa? Apa sebenarnya kau telah menyukai Sakura?"

"Memang bisa secepat itu?"

"Bisa," Itachi kembali tertawa, kali ini menertawakan adiknya yang tampak polos. "Aku saja bisa, kenapa adikku tidak bisa?"

Itachi menepuk pundak Sasuke memberi semangat. "Pikirkan lagi. Gadis bersurai gelap itu atau Sakura. Jangan ada kata penyesalan dan pengkhianatan nantinya."

"Mengerti, Sasuke?"

***

TBC

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang