02.

6 2 0
                                    

Cressssss... tak tak tak tak...

Pisau tajam pemotong daging, mencincang daging sapi yang akan segera di olah oleh Sang kepala chef alias Chef Byeon Euijoo dengan potongan rapi dan cara memotongnya yang elegan.

Suara gemertak pisau, suara nyaring minyak di atas kompor, suara gemerting peralatan makan juga suara beberapa mesin pengolah makanan adalah suara yang sangat merdu bagi telinga sang Euijoo.

Pasalnya, sejak dulu Euijoo memang sangat menyukai kegiatan masak-memasak. Dulu ia sangat sering di ajak oleh ibunya untuk memasak makanan di dapur, pada saat itulah Euijoo jatuh hati pada dapur.

Suasana dapur yang berisik tapi menenangkan membuatnya teringat sang mendiang ibunya.

"Pak, kita ke habisan strawberi, akhir-akhir ini banyak yang pesan milkshake strawberi, dan sekarang stoknya sudah habis"

Tak.

Euijoo meletakkan pisau dagingnya, si pegawai tadi sebenarnya cukup kaget, ia takut kalau-kalau.....

"KENAPA STOKNYA BISA HABIS HAH?! JAWAB!!!"

"I-Itu..."

Euijoo mengacungkan pisau dagingnya. Si pegawai tadi yang melihat itu langsung mundur mundur karena takut.

Euijoo tersenyum picik.

"Lo bakal abis di tangan gua!!"

"HAHAHAHAHHA......"

Pegawai itu menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir pikiran jahat yang membuatnya bergidig ngeri.

Euijoo membuka sarung tangannya, lalu berjalan menuju ruangannya yang berada di dekat dapur.

Pegawai tadi yang melihatnya langsung menghela nafas lega.

"Fiuh.. leher gua masi aman.."

"Lo kira dia siko apa?"

Pegawai tadi menoleh ke belakangnya yang ternyata sudah berdiri Sang Chef Nicholas yang tengah memukul-mukulkan serbet pada pahanya.

"A-anu.. saya permisi pak"

Nicholas menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berdecak lidah.
Si pegawai tadi dengan cepat pergi dari hadapan Nicholas sebelum ia terkena pukulan maut Nicholas menggunakan serbet pink kesayangannya itu.

"Lain kali leher lo gua buat ga aman aja kali ya?"

Nicholas bergumam sambil memperhatikan punggung si pegawai itu yang lambat laun menghilang dari pandangannya.

"Pak, bisa bawakan saya strawberi lagi?"

[Oh.. bisa bisa, mau pesan berapa karung mas? ]

"Se truk kecil aja"

[Y-ya? ]

"Saya tunggu.."

Euijoo melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.21.
Euijoo mengangguk-angguk lalu kembali berbicara pada panggilan suara tadi.

"Sampai jam 11.30"

[Se-setengah dua belas?? I-itu.. ]

"Saya bayar tiga kali lipat"

[O-ohh ya mas bisa, mohon di tunggu bentar ya.. ]

"Hm"

Tlut .

Euijoo menyudahi acara telpon-menelponnya, ia duduk di bangku putar yang tersedia di ruangannya sambil menghela nafas berat.

URIWE - &TEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang