Keesokan harinya, tim pemberdayaan sudah harus kembali ke kantor Badan Keamanan Negara Below. Ivana melaporkan semua yang terjadi semalam. Namun, gadis itu hanya memaparkan hal yang berhubungan dengan kasus KDRT yang didalami tim baru mereka.
Semalam, Ganesha dan Ivana sudah membuat kesepakatan bahwa ada hal yang tidak bisa mereka ceritakan ke orang lain, dan hal tersebut berhubungan dengan Koala Killer. Meski sudah ditangkap dan mereka dapat menghela napas sejenak, Ivana merasa bahwa masalah ini tidak akan berhenti di situ saja.
"Kenapa cuma Ivana yang boleh menginap, sih?" keluh Johan, salah satu anggota tim pemberdayaan. Yang lainnya berseru sambil menatap Johan pura-pura sinis.
Bertha terkekeh dari kursi kemudi. "Ivana diminta untuk berjaga, seandainya Jelita kumat di tengah malam. Baru hari ini anak itu dibawa untuk berobat."
Penyakit yang diderita Jelita sampai sekarang belum dapat dipastikan penyebab dan jenisnya. Apabila seseorang dapat menyembuhkan penyakit itu, atau setidaknya mengatasinya, maka orang itu pasti berpengalaman. Dan sejauh Ivana bepergian ke berbagai macam tempat, dia hanya pernah melihat satu kasus yang sama persis seperti itu. Koala Killer.
Mendengar jawaban dari ketua tim, seisi mobil langsung mengiyakan dan mengganti topik menjadi rasa makanan kucing yang ternyata hambar. Sebentar lagi mereka tiba di pusat kota di Below. Jalanan beraspal dan kendaraan mulai terlihat ramai sejak setengah jam yang lalu.
Ivana langsung menyusun rencananya hari ini. Dia akan mengunjungi ibu tirinya di rumah sakit, kemudian berangkat ke Above untuk menemui Nathan, si ahli forensik yang dia temui beberapa hari lalu. Sementara itu, Ganesha memutuskan menggunakan hari Senin paginya, yang bebas tugas setelah perjalanan dinas, untuk tidur sepanjang hari dan mengisi energi sosialnya.
Begitu tiba di kamar asrama, Ivana benar-benar tidak membuang-buang waktunya. Gadis itu dengan cepat membersihkan semua barang di tas beserta dirinya, kemudian melipir keluar asrama sambil membawa dua keranjang buah.
Sekarang, di hadapannya menjulang pintu putih bersih dengan bau antiseptik yang cukup kuat. Ditariknya napas dalam-dalam sebelum memutar kenop pintu dan melangkah masuk. Suasana hangat dan tenang seketika melingkupi dada Ivana saat melihat ibunya sedang membaca buku di ranjang rumah sakit.
"Ivana datang, Bu." Gadis itu mengecup punggung tangan seorang wanita tua berusia hampir setara dengan Pimpinan Jo. "Bagaimana kondisi Ibu?"
Sosok tua itu tersenyum hangat menatap putrinya. "Ibu sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Semuanya berjalan lancar." Diperhatikannya gadis belia yang saat ini duduk sembari mengupas apel di tepi dipan. Meski hanya ibu tiri, tetapi wanita itu sangat menyayangi putri kecilnya. Ivana sendiri sudah menganggapnya sebagai ibu kandung karena beliaulah membesarkannya sejak kecil. "Bagaimana pekerjaanmu? Ada kabar terbaru apa dari dunia luar?"
Mata Ivana masih fokus mengupas apel di pangkuannya. "Tidak banyak yang menarik ... belum banyak." Gadis itu tersenyum kecil, kemudian memberikan garpu dan piring berisi potongan apel. "Tunggu sebentar ya, Bu? Nathan sedang mengerjakan serumnya." Setelah mencuci tangan, dengan lincah Ivana naik ke dipan ibunya dan merangkak di belakang punggung wanita itu. Sembari menyisir rambut sang ibu, Ivana berkata, "Begitu serumnya selesai, kita bisa hidup seperti dulu lagi."
Mereka berdua membicarakan banyak hal sebelum Ivana harus benar-benar pergi dan mengunjungi Nathan. Terkadang Ivana amat sangat bersyukur memiliki teman seperti Nathan yang peduli dengan ibunya, dia juga bersyukur memiliki ibu tiri yang tidak seperti di dongeng-dongeng.
Hidup Ivana benar-benar baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koala Killer
Mystery / ThrillerTemuan mayat tanpa kepala sukses menggemparkan Nusantara, tetapi fakta bahwa pembunuhnya selalu meninggalkan sidik jari berbeda yang tak terdeteksi mampu membuat Ivana berpikir ratusan kali. Di antara semua jenis kekuatan yang dia pelajari, manusia...