"Jadi kau bilang mereka juga melakukan percoban padamu? Tapi siapa mereka ini?"
Ivana mengangkat kedua bahunya sambil terus berjalan menyusuri jalanan sepi Below. "Sudah kubilang, aku pun tak tau mereka siapa. Lagian, itu cuma cerita ibuku, nggak mungkin kau percaya, 'kan?" Mata gelapnya nyalang menatap sekitar penuh waspada. Senternya dia arahkan ke sudut-sudut sempit, rumah para sampah tak terurai.
Lelaki di sebelahnya, berbekal senter yang sama, mengerutkan dahinya. "Tapi, bisa jadi ibumu serius, lho. Setelah sekian lama manusia berkekuatan muncul, baru kali ini ada kasus ganda—"
"Itu cuma kebetulan!"
"Kau udah lapor ke pemerintah Above?"
Gadis itu terdiam beberapa saat. Langkahnya ikut berhenti bersamaan dengan kepalanya yang mendongak menatap langit malam. Beberapa puluh meter di atas mereka, sebuah dataran mengambang dengan cahaya temaram yang indah. "Mereka nggak perlu tau soal itu, dari dulu cukup kau sama Nathan." Senternya kembali berpatroli menyusuri gang-gang sempit berudara lembap. "Mereka bahkan nggak peduli, kalo rakyat di bawah mereka hidup sengsara, mereka milih nutup mata dan pura-pura nggak tau tentang itu dari atas sana."
Ganesha mengusap ke belakang rambut cokelat tuanya sambil menghela napas, berusaha berpikir rasional. "Tapi bisa jadi kekuatan keduamu itu bahaya. Siapa sangka tiba-tiba kau punya tanduk? Atau tiba-tiba ginjalmu empat—"
Kekehan singkat keluar dari mulut Ivana. Patroli berpasangan dengan Ganesha tidak pernah membahas hal normal. "Bung, kalo bener begitu, pasti dari awal Nathan udah bilang, 'kan? Tenang aja, anak itu genius!" Ditepuknya pundak lelaki yang sudah lama menempel dengannya.
Melihat Ganesha dilingkupi keraguan, Ivana teringat akan pertemuan pertama mereka bertiga yang tidak disangka-sangka saat SMA. Itu sungguh kenangan yang buruk, tetapi karena itu pula mereka mengingatnya hingga saat ini. Tahun pertama di SMA khusus manusia berkekuatan, tiga remaja itu diseret dalam satu projek lomba nasional. Nathan jelas menjadi satu-satunya di antara ketiga manusia itu yang paham betul konsep mutasi genetik, sementara Ivana dan Ganesha sukses menjadi tim penyemangat dan baca doa.
Sejujurnya, saat itu mereka mengakui kebodohan mereka sendiri karena merekayasa genetik, dan para guru yang asal pilih kandidat untuk diikutkan lomba yang bisa dibilang cukup bergengsi di kalangan pelajar SMA. Nathan memang memiliki kekuatan yang mampu merubah struktur kimia suatu medium, tetapi kekuatan Ivana dan Ganesha tidak membantu sama sekali. Ivana hanya mampu melihat hantu, yang dia sendiri tidak yakin apakah itu termasuk kekuatan super atau indra keenam, sementara Ganesha memiliki kekuatan mempercepat waktu untuk dirinya sendiri.
Awalnya, semua berjalan normal. Sampai kelinci yang mereka gunakan sebagai subjek menjadi liar dan bermutasi dengan brutal saat penilaian tiba. Detik itu juga, seisi gimnasium perlombaan heboh. Polisi dari Above sampai turun tangan mengatasi kelinci mutan yang besarnya setengah kali gimnasium dan terus membesar seiring waktu. Amukan kelinci mutan itu menewaskan beberapa peserta dari Below, tetapi sama seperti sebagaimana harusnya, Above tidak peduli, dan ketiga remaja jantungan itu tidak dikenai denda apapun kecuali beban moral mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koala Killer
غموض / إثارةTemuan mayat tanpa kepala sukses menggemparkan Nusantara, tetapi fakta bahwa pembunuhnya selalu meninggalkan sidik jari berbeda yang tak terdeteksi mampu membuat Ivana berpikir ratusan kali. Di antara semua jenis kekuatan yang dia pelajari, manusia...