Bab 2 - Piknik

305 46 3
                                    

Matahari sudah mulai turun, cahaya lembut menyusup lewat jendela dapur, menandakan jam sudah mendekati pukul tiga sore. Di meja makan, Shani, Chika, dan Azizi sudah selesai dengan kegiatan makan kue mereka. Keceriaan masih terpancar dari wajah ketiganya setelah berbagi tawa dan cerita bersama.

"Jadi, kita tetap jadi piknik sore ini, kan?" tanya Azizi, sambil menatap kedua kakaknya dengan mata berbinar-binar penuh antusias.

"Jadi dong, sayang! Udah dari kemarin cici sama kakak siapin semuanya" balas Shani setelah meneguk sisa tehnya.

"Yup, nggak mungkin batal!" imbuh Chika sambil menepuk pundak Azizi dengan santai.

"Lagian cuaca juga mendukung, nih. Nggak ada alasan buat nggak jadi" tambah Chika dengan senyum manisnya.

Azizi tersenyum lebar. Ia selalu senang setiap kali mereka bertiga punya waktu kumpul bersama. Meski sering harus berjaga di rumah sakit, Shani selalu berusaha menyempatkan waktu buat Azizi dan Chika. Chika yang kuliahnya kadang sibuk dengan tugas dan proyek juga tetap berusaha ada buat si bungsu.

"Eh, adek mau bawa apa buat piknik? Kan katanya kamu yang mau bawa snack," tanya Chika beranjak untuk merapikan piring-piring kotor di meja makan.

(Azizi berpikir sejenak)

"Hmm... mungkin bawa keripik kentang sama jus buah, gimana?" usul Zee yang langsung di angguki oleh cicinya.

"Sounds good!" balas Shani setuju dengan saran adiknya.

"Tapi kamu udah minum vitamin tadi, kan? Cuaca lagi panas, Cici nggak mau kamu sampai sakit" tambah Shani dengan nada lembut.

"Iya iya, Cici. Udah tadi pagi minum vitaminnya" ucap Azizi gemas karena Cici satu-satunya ini teramat posesif kepadanya, apalagi menyangkut kesehatannya dan juga Chika.

(Enaklah kamu zoy diposesifin sama dokter Shani yang sempurna. Udah kan, boleh gantian nggak?😃)

Setelah memastikan semua beres di meja makan, mereka bertiga mulai bersiap-siap untuk piknik. Shani mengambil tas piknik yang sudah dia siapkan sejak semalam, sementara Chika mengambil tikar lipat dari lemari. Kemudian mereka membawanya ke ruang tamu, sambil menunggu Azizi yang masih bersiap-siap di kamarnya.

"Adek, jangan lupa bawa topi! Panas loh di taman nanti," seru Shani saat melihat adik bungsunya turun tanpa memakai topi.

"Iya, Cici. Aku ambil sekarang," jawab Azizi, berlari kecil kembali lagi ke kamarnya.

Saat Azizi sedang mencari topi favoritnya, Chika berjalan ke dekat Shani.

"Cici, makanannya udah masuk ke tas semua kan? Jangan lupa adik cici yang satu itu kan doyan makan banget" bisik Chika disertai dengan kekehan kecil.

"Udah kak, semuanya udah masuk. Haha doyan makan tapi ngga gemuk-gemuk kalo adek mah, kak" balas Shani sambil sedikit tertawa.

Mereka pun berbincang-bincang sembari menunggu adik bungsunya itu turun. Saat mereka sedang mengobrol, suara nyaring dari tangga mengagetkan mereka. Ya.
Azizi akhirnya turun dengan topi baseball berwarna biru gelap dan senyum ceria.

"Kakak! Cici! Ayo, aku udah siap!" teriak Azizi yang turun tangga, di akhiri dengan senyuman tanpa bersalah yang menampakkan gigi putih tersusun rapi itu.

(Mereka pun berkumpul di ruang tamu)

Setelah semuanya siap, mereka bertiga menuju taman dekat rumah. Pak Joko yang sudah siap di depan dengan mobilnya, menawari untuk mengantar, tapi Shani menolaknya.

"Nggak usah, Pak Joko. Kita mau jalan kaki aja, biar lebih santai" tolak Shani dengan lembut.

Pak Joko tersenyum, "Baik, Non. Kalau begitu, hati-hati di jalan ya."

_

Taman yang mereka tuju nggak terlalu jauh dari rumah, hanya butuh lima menit berjalan kaki. Taman itu cukup luas dengan banyak pohon rindang, dan di sore hari, biasanya tidak terlalu ramai. Cocok untuk piknik kecil-kecilan.

Saat sampai di taman, Azizi langsung berlari kecil mencari tempat yang pas di bawah pohon besar.

"Di sini aja, Ci, Kak!" ajak Azizi antusias.

Chika dan Shani tertawa kecil melihat semangat Azizi, lalu mereka membentangkan tikar di tempat yang ditunjuk. Mereka duduk dengan santai, menikmati suasana taman yang tenang.

"Nah, sekarang saatnya menikmati snack!" seru Chika, membuka tas dan mengeluarkan keripik kentang, jus buah, dan beberapa camilan lain yang mereka bawa.

Azizi langsung mengambil keripik favoritnya sambil tersenyum lebar.

"Yummy! Ini nih yang aku tunggu-tunggu!" ucap Azizi tak sabar untuk menyantap camilan yang mereka bawa.

Shani yang duduk di sebelah adik bungsunya, memperhatikan wajahnya yang tampak ceria. Meski cuaca agak panas, Azizi terlihat baik-baik saja.

_

Setelah puas ngemil, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit mengelilingi taman. Udara semakin sejuk seiring matahari mulai turun, dan angin semilir membuat suasana semakin nyaman. Azizi berlari-lari kecil di depan mereka, dengan Chika dan Shani berjalan di belakang, sambil sesekali tertawa melihat tingkah laku adik mereka yang penuh energi.

"Sumpah, adek nggak pernah kehabisan energi ya" kata Chika sambil tertawa kecil.

"Iya, kak. Tapi tetep ingetin adek ya, jangan terlalu capek" Shani mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, Cici. Kalo bandel nanti aku tinggal aduin Cici aja hehe" balas Chika dengan gummy smilenya.

Saat mereka asyik ngobrol, tiba-tiba Azizi berhenti dan menoleh ke arah kakak-kakaknya.

"Eh, Cici, Kak Chika, lihat deh! Ada anak-anak lagi main layangan di sana!" seru Azizi.

Shani dan Chika menoleh ke arah yang ditunjuk Azizi. Di ujung taman, beberapa anak sedang berlari-lari sambil menerbangkan layang-layang warna-warni di langit sore yang mulai kemerahan.

"Wah! seru banget ya, adek mau coba main juga?" ucap Chika.

"Nggak deh, aku cuma pengen lihat aja" ucap Azizi menggeleng pelan.

Mereka bertiga akhirnya duduk di bangku taman, menikmati pemandangan langit sore yang mulai berwarna jingga. Suasana tenang, hanya terdengar suara angin dan tawa anak-anak yang masih asyik bermain di kejauhan.

"Sore ini seru banget, ya" gumam Azizi sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Shani.

"Iya, Cici seneng banget. Akhirnya kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi setelah sibuk dengan urusan masing-masing" jawab Shani lembut, mengusap pelan kepala adiknya.

"Bener banget. Sesekali kita harus sering-sering kayak gini, ya." imbuh Chika yang duduk di sebelah mereka.

Azizi hanya tersenyum sambil memejamkan mata, merasa nyaman dan aman bersama kedua kakaknya.

_

Hari itu, meski sederhana, menjadi salah satu momen berharga bagi mereka bertiga. Setelah semua kehilangan dan kesedihan yang pernah mereka alami, sore itu seakan menjadi pengingat bahwa selama mereka masih bersama, mereka bisa melewati apapun dengan senyuman.

Dan di tengah-tengah sore yang semakin meredup, mereka tahu bahwa kebahagiaan kecil seperti ini adalah hal yang paling berharga.


_TBC_

Makasih yaa yang udah mau baca dan vote cerita aku. Seneng deh kalau kalian suka sama ceritanya 🥰

See you next part ~


Simfoni Zarabel SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang