Takdir

18 1 0
                                    

Qiara bangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul 6 pagi, Qiara pun bersiap siap untuk berangkat Kuliah, dia mengenakan Kaos Pink dan Blue jeans dan juga sepatu skecth putih, Qiara terlihat begitu cantik dengan rambut panjang lurus yang berwarna cokelat itu

Qiara pun turun menuju ruang makan di Rumahnya, Rumahnya itu besar tetapi sayangnya tidak pernah ada kehangatan di dalamnya, bahkan Qiara sekarang sarapan seorang diri.
Papa & Mamanya itu sibuk, selalu memikirkan tentang bisnis dan perusahaannya.

Rencananya Qiara akan diantar oleh supirnya, tetapi kehadiran seorang laki laki mengalihkan perhatian Qiara.

"Qia" ucap lelaki itu, laki laki itu Alvin
"Alvin, lo kenapa ada disini?" ucap Qiara heran
"Gue disuruh sama Kakak gue buat anter lo ke kampus" ucap Alvin

Qiara terkejut mendengar jawaban Alvin. "Disuruh sama Alex? " tanyanya bingung. Qiara tidak mengerti kenapa Alex tiba-tiba peduli, apalagi setelah pertunangan mereka kemarin.

Alvin mengangkat bahu dengan santai, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kak Alex lagi males ngurusin lo. Katanya, gue yang harus jagain lo mulai sekarang," jawabnya santai tanpa beban.

Qiara menelan ludah, Tentu saja, Alex selalu bersikap dingin dan acuh padanya. Qiara tahu Alex membenci kenyataan bahwa mereka bertunangan.

"Gue bisa sendiri kok, Vin," balas Qiara singkat, mencoba menyembunyikan rasa sedihnya di balik senyuman kecil yang dipaksakan. "Lagipula, gue udah biasa naik mobil sama supir."

Alvin menatapnya sejenak, lalu menggelengkan kepala. "Gue udah janji sama Kak Alex, jadi gue yang anter lo hari ini."

Qiara menghela napas panjang. Alvin memang keras kepala, sama seperti kakaknya. Dia tahu perdebatan ini tidak akan membuahkan hasil, jadi dia memutuskan untuk menyerah. "Oke deh kalau itu maunya Alex," ucapnya sambil berjalan menuju pintu depan rumahnya

Alvin mengikuti Qiara keluar rumah, dan tak lama kemudian mereka sudah berada di dalam mobil. Perjalanan menuju kampus terasa hening. Qiara menatap keluar jendela, melihat jalanan yang penuh dengan kesibukan pagi, namun pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan.
Mengapa Alex menyerahkan tanggung jawab ini ke Alvin? Bukankah mereka seharusnya mulai belajar untuk saling mengerti satu sama lain, apalagi mengingat status mereka yang sekarang bertunangan?

"Gimana Kak Alex belakangan ini?" tanya Qiara tiba-tiba, mencoba memecah keheningan.

Alvin menatap Qiara melalui kaca spion  "Lo tau sendiri kan, Kak Alex engga berubah. Dia masih sama. Masih sibuk mikirin Ayra."

Hati Qiara menjadi dilema mendengar nama itu. Ayra-sahabatnya yang selama ini mencintai Alex. Qiara tahu betapa dalam perasaan Ayra terhadap Alex, tapi sayangnya, keadaan kini menjadi jauh lebih rumit. Qiara terjebak dalam pertunangan yang tidak pernah ia inginkan, dan Ayra pasti membencinya sekarang. Setiap hari, perasaan bersalah itu menghantui Qiara.

"Lo sendiri gimana? Apa lo bener-bener mau nikah sama Kak Alex?" tanya Alvin, menyela lamunan Qiara.

"Gue ga punya pilihan, Vin. Papa Mama gue  sama Papa Mama Alex yang atur semuanya."

Alvin mengangguk pelan. "Gue ngerti. Tapi gue yakin lo ga bahagia dengan semua ini. Apalagi kalo Kak Alex terus bersikap kayak gini."

Qiara tersenyum pahit. "Bahagia? Gue engga pernah ngerasain bahagia. Di rumah gue, yang penting cuma bisnis dan status. Perasaan gue atau Alex engga pernah penting buat mereka."

Alvin mendengar pernyataan Qiara dengan serius. Dia tahu betul bagaimana tekanan yang datang dari orang tua bisa menghancurkan kebahagiaan seseorang. Sebagai adik, Alvin tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti arus, tapi ia tahu bahwa Alex-meskipun keras kepala-pasti juga tertekan oleh situasi ini.

Bintang HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang