Chaelisa, yang sangat protektif terhadap Jennie, tidak terima ibunya membuat kakaknya menangis. Lisa dengan ekspresi marah namun terlihat menggemaskan memarahi Jessica,
"Mommy tenapa malahin Nini, tita caja tidak malah Nini itut uyyu" ucapnya dengan wajah serius.
Chaeyoung menimpali, tak kalah marah, "Iya, ocie aja mau belbagi tenapa Mommy peyit, tan Nini jadi cedih"
Jessica, merasa bersalah, hanya bisa menghela napas dan menunduk. "Mianhae, Mommy gak sengaja" lirihnya, mengakui kesalahannya.
Setelah meluapkan kemarahan mereka, Chaelisa kembali memeluk Jennie, mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. Jisoo yang menyaksikan kejadian ini terkekeh, "Kenapa jadi kebalik ya? Sekarang Chaelisa kayak kakak buat Jennie"
Lisa kemudian berlari mengambil botol susu dari meja, lalu dengan penuh perhatian menyumpalkan botol itu ke mulut Jennie.
"Minum caja, Nini" ucapnya, membuat semua orang disana menahan tawa.
Chaeyoung tak mau kalah, menggembungkan pipinya dengan wajah marah, "Mommy anan malahin Nini ladi, tita tidak cuka"
Jessica tersenyum sedih melihat mereka, lalu menjawab lembut, "Iya-iya, Mommy gak marah lagi"
Ketika Jessica hendak mendekati Jennie untuk memeluknya, Chaelisa dengan tegas menghadang. Mereka tidak memperbolehkan sang ibu menyentuh Jennie.
"Anan centuh Nini!" seru Lisa marah, lalu menarik Jennie menjauh.
Semua orang di ruangan itu tertawa melihat aksi si kembar yang begitu protektif.
"Lucu banget sih" celetuk Jihyun sambil tertawa.
"Mereka kompak belain kakaknya" sahut Minyoung ikut terhibur melihat adegan tersebut.
Namun, tawa mereka tidak menghalangi ayah Jessica yang menatap putrinya dengan serius.
"Kamu juga salah, meskipun capek atau apapun, jangan ngomong begitu. Udah tau anaknya sensitif" tegurnya lembut, namun tegas.
Jessica tidak membela diri. Dia hanya bisa mengangguk, merasa bersalah atas ucapan kasarnya. Jisoo lalu menambahkan,
"Iya, Jennie tuh sering dibully di sekolah, jadi hatinya mudah rapuh kalau dibentak"
Jessica terkejut. "Dibully gimana?" tanyanya, terperanjat mengetahui hal ini baru sekarang.
Jisoo langsung terdiam, sadar bahwa dia telah mengungkapkan sesuatu yang tidak seharusnya. Dia sudah berjanji pada Jennie untuk tidak membocorkan masalah itu.
"Jawab, Ji" pinta Jessica dengan nada khawatir.
Jisoo menatap ibunya sejenak, ragu untuk berbicara. Namun, di bawah tatapan ibunya dan rasa tanggung jawab pada Jennie, akhirnya dia membuka suara pelan-pelan.
"Jennie sering dibully waktu sekolah, Mom. Banyak anak yang mengolok-olok dia anak haram dan gak pantas jadi bagian keluarga Kim. Bahkan ada yang menyuruh Jennie mati. Aku masih ingat waktu itu dia dilempari batu dan telur busuk pas masuk ke kelas. Mejanya dicoret-coret dengan kata-kata umpatan"
Jessica terdiam, hatinya tersayat mendengar penjelasan Jisoo. "Kenapa Jennie nggak pernah cerita sama Mommy?" bisiknya lirih, hampir menangis.
"Dia nggak mau nambahin beban Mommy, apalagi membuat Mommy khawatir dan waktu itu Mommy lagi sibuk sama kerjaan dan ya, dia pikir dia bisa kuat sendiri" lanjut Jisoo, menunduk.
Jessica merasakan penyesalan yang mendalam. Dia merasa gagal sebagai ibu karena tidak mengetahui apa yang dialami putrinya selama ini. "Mommy gak pernah bermaksud bikin Jennie merasa sendiri" ucapnya, suara bergetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/371816391-288-k23834.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker ✓
Fiksi PenggemarJennie dan Jisoo memiliki adik lagi diusia mereka yang sudah dua puluh tahun. Saat lahir adik kembar mereka suka membuat ulah dan menjadikan mereka sebagai korban kenakalannya. - Blackpink Siblings -