KERINGATKU SENYUMAN IBUKU

596 10 5
                                    

Hai 𝘦𝘷𝘦𝘳𝘺𝘰𝘯𝘦,

Namaku Reyna Al-Fhatiah Nur Huda Huswatun Hasanah, aku adalah anak perempuan yang tinggal di keluarga sederhana.

Hidup ku mengalami lumayan banyak masalah, pada tahun 2015 disaat umur ku beranjak 7 tahun aku melihat kedua orangtua ku bertengkar tepat di depanku.

Setelah beradu mulut, ayah ku memukul kepala ibuku menggunakan piring kaca hingga pecah.

Pecahan kaca tersebut berserakan di lantai dengan beriringan darah yang menetes dari kepala ibuku akibat pukulan pecahan kaca itu.

_______ 🍁

Pada tahun 2018 saat umurku 10 tahun. Ayah ku sering memukul ku ketika nilai ku di sekolah rendah, ayah ku bilang kalau aku adalah orang dengan otak terbodoh.

"Dasar tidak berguna, sia-sia ayah menyekolahkan kamu." Ucapan ayahku membuatku hancur dan trauma.

Semenjak kejadian itu, aku mulai menyakiti diri dengan membuat barcode menggunakan sebuah silet.

Aku merasa lega, namun itu membuatku harus dilarikan ke rumah sakit karena sudah kehilangan banyak darah akibat luka barcode.

Orang tuaku saling menyalahkan tindakan ku yang bodoh, hal itu membuat orang tua ku hanya mementingkan diri sendiri.

Aku melalui semua hal itu hingga pada tahun 2023, aku berusia 15 tahun saat aku menduduki kelas 9 aku di jauhi oleh teman kelas ku dari kelas 7.

Aku merasa seperti di kucilkan oleh semua orang dan hilang arah tanpa tujuan yang telah terdampar ke sebuah pulau tidak berpenghuni.

Impianku adalah membuat ibuku bangga karena prestasi yang aku raih.

Namun itu hanya angan-angan belaka. Aku sering dibully oleh siswa lain, karena itu aku tidak dapat belajar dengan baik.

Aku selalu mendapatkan trauma fisik saat dibully.

Seperti dipaksa meminum alkohol lalu dipukuli tanpa henti oleh siswa lain.

Aku sudah berulang kali memberi tahu ke ibuku, namun ibuku hanya mengatakan.

"Coba ubah sikapmu, nak. Mungkin sikapmu lah yang membuat teman-teman mu tidak menyukaimu dan membencimu."

Disitu aku pun berpikir, "apakah aku harus mengikuti ucapan mereka agar aku mendapat teman?" pikirku sambil merenungkan ucapan ibuku.

Disini pun aku sudah dimanfaatkan, mereka mulai memalak uang dariku dan memperlakukan ku layaknya pembantu.

Akhirnya aku berniat membantah dan melawan mereka, meski aku tahu jika akan tetap kalah dengan jumlah mereka yang begitu banyak.

Karena aku melakukan perlawanan, mereka memukul dengan sebuah kayu dan salah satu dari mereka berbicara dengan sombong.

"Tidak ada yang ingin berteman dengan orang sepertimu, kamu itu jelek dan cuma menjadi beban bagi dunia."

Setelah mereka puas memukuli ku dengan brutal, aku dilarikan ke rumah sakit untuk kedua kalinya.

Aku mendapat luka cedera pada kaki, memar di bahu, dan beberapa jahitan di kepala karena pukulan itu.

"Jika sakit jangan di pendam, ya? Luapkan lukamu pada seseorang yang membuatmu tenang." Ucap dokter itu padaku.

"Tapi kemana aku harus bercerita? Aku tidak punya teman maupun seseorang yang bisa menjadi rumah bagiku." jawabku singkat saat mendengar ucapan dokter tadi.

dokter itu tersenyum lalu menatap ku dengan intens. "Bersabarlah, nak. Takdir setiap manusia sudah ditentukan oleh yang maha kuasa." Ucap dokter tersebut.

KERINGATKU SENYUMAN IBUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang