two

217 49 25
                                    


Hari ini adalah hari pembukaan pameran, Minji sudah standby distan sejak jam 8 pagi. Karena harus mengantarkan papanya ke bandara untuk perlombaan baseball antar kota, Minji sedikit terlambat.

Perjanjian awalnya dengan Haerin adalah jam 7, tapi karena terlambat inilah, haerin meminta Minji untuk menggantikan menjaga stan karena Haerin akan berada di bagian menjelaskan makna makna foto stannya.

Minji sedari tadi hanya duduk menatap sekelilingnya yang sudah dipenuhi ratusan orang peminat seni foto, mata Minji mengamat masing masing stan yang ada didekatnya, sungguh membosankan. Minji suka fotografi, tapi tidak begitu mendalam. Jika hanya duduk berjaga seperti ini, bisa bisa ia menjadi patung.

karena bosan, Minji memilih untuk berjalan jalan sebentar. Tak peduli dengan Haerin yang sibuk menjelaskan didepan stan.

Si anak papa Dai, membaca makna makna yang ada di foto stan lain. Banyak sekali makna yang menurut Minji sangat mendalam disetiap hasil foto, mungkin bagi orang awam itu hanya foto biasa. Tapi untuk fotografer dan peminatnya, pasti akan memiliki makna.

Asik melihat lihat, Minji tak sadar dengan arah jalannya yang langsung menabrak tubuh seseorang.

"e-eh, maaf!"seru Minji gelagapan, ia meraih kamera yang terjatuh dari genggaman orang itu. Naasnya, lensa kamera itu pecah.

"yah pecah..."lirih orang itu menatap nanar lensa kameranya digenggaman Minji.

Sedangkan Minji terpaku menatapnya, itu wanita kemarin. Wanita yang duduk berdua bersama temannya di rerumputan alun alun, si wanita jurnalis (kata Haerin). Mata Minji beralih menatap nametag milik wanita itu

"H-Hanni?"panggil Minji memastikan, yang dipanggil sedikit mendongak untuk menatapnya.

"Lensa saya rusak"ujar Hanni dengan mata berkaca-kaca.

"m-maaf, saya ganti rugi kok!. Jangan nangis"balas Minji dengan cekatan, ia menoleh kebelakang untuk melihat keadaan stan, dan Haerin.

"tapi saya perlu dokumentasi sekarang"lirih Hanni mengambil alih kamera dari tangan Minji, berusaha mengotak atik. Tapi ternyata layar display kameranya juga retak.

Minji sendiri menggigit bibir bawahnya gusar, ia gugup, entah kenapa.

"kita pergi beli sekarang, mau?"tawar Minji langsung.

Hanni berdecak, air matanya menetes membuat minji semakin panik.

"maaf, saya ga sengaja."ujar Minji, tangannya melayang ingin menyentuh pundak Hanni, tapi rasanya terlalu gugup.

"gapapa"balas Hanni tersenyum tipis lalu berbalik pergi begitu saja, Minji ingin mengejar tapi sebelum itu ia berbalik dulu ke stan untuk meminta izin kepada Haerin.

"Kang, gue pergi sebentaran ya?"izin Minji sambil meraih tasnya dikursi.

Haerin berdecak"ckk, siapa yang jagain ini?"

Gantian Minji berdecak, si anak pemain baseball itu meraih handphonenya dan mengirimkan pesan pada seseorang.

"ada temen gue gantiin, gue pergi dulu! Penting!!!"

Setelah memperlihatkan isi roomchatnya, Minji langsung berlari keluar dari kerumunan alun alun. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan wanita jurnalis tadi, tapi nihil.

Minji pun memilih untuk langsung mengendarai sepeda listriknya menuju toko kamera yang ada tak jauh dari alun alun, bodohnya, sampai di toko kamera pun Minji tak tau harus menggantikan dengan kamera apa.

Langkahnya bergeser menyusuri seluruh etalase toko yang memperlihatkan kamera kamera terbaru, tapi Minji sendiri tak mengerti kamera yang bagus seperti apa.

With You In 7 Days• bbangsaz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang