PROLOG

21 4 0
                                    

Angin-angin datang membawa luka,
Dengan daun kering yang tertiup jatuh,
Namun, pohon pinus hanya tersenyum lara,
Menunggu musim semi tanpa marah.

***

Angin membawa hujan menjatuhi tanah, dan membasuh jalan-jalan di jogja. Jalan Malioboro, tentang indahnya tempat-tempat kenangan di Jogja, tentang dinginnya angin malam, tentang enaknya makanan Jogja, dan tentang hujan yang selalu setia. Malam di Yogyakarta memang selalu indah dan menyenangkan.

Namun, tidak untuk Senjakala Wijaya. Seorang perempuan "spesial" yang kerjaanya hanya makan, tidur, mengerjakan tugas, menangis, bermain ponsel, lalu tidur lagi.

"Aduh, apa lagi ini? Lama-lama benci nih aku sama huruf x," ucap Senja. Dia sedang mengerjakan soal matematika, mata pelajaran yang paling dibencinya itu.

"Ah, apa lagi fungsinya ini? Mana aku tau ini." Senja bersungut-sungut sambil mengerucutkan bibirnya. Tau gini mending aku kerjain dari kemarin.

"Udah tidur belum, sayang?" Ibu Senja mengetuk pintu. Senja membukakan pintu lalu ibunya dan Senja duduk di kasur. Alinda, itulah nama ibunda tersayang Senja.

"Kenapa belum tidur, putri bulan?" Alinda menidurkan Senja di pangkuannya.

"Masih ngerjain tugas, ma."

"Udah selesai tugasnya?" Alinda mengusap-usap kepala Senja sambil tersenyum tipis.

"Udah selesai, mamanya Senja yang paling cantik sedunia," ucap Senja sambil mencium pipi ibunya itu. Mereka pun tertawa, lalu Senja bangkit dari pangkuan ibunya.

"Udah ya ma, Senja ngantuk, mau tidur." Senja menguap lalu tertawa.

"Yaudah, jangan pernah menyerah ya untuk sekolah, walaupun kamu cape ngerjain tugas-tugas dari sekolah, tapi kamu jangan sampai nyerah untuk mengejar ilmu. Oke sayang?"

"Oke mamanya Senja!" Senja dan Alinda tertawa.

"Yaudah, mama tutup ya."

"Oke mama, Senja tidur dulu ya," kata Senja sambil melambaikan tangan.

Namun, aneh. Sepertinya ada yang terlupa.
OH IYA, BUKUKU?

***

Jalan Menuju Pulang [Story&Poetry]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang