Sajak Keempat: Rubah Putih

3 2 0
                                    

Nyata.
Hewan itu nyata!

Dia berlari mengikuti jejak air mata,
Bersama air-air bening dan rembulan,
Bersama sedikit rona warna,
Juga setitik kerinduan.

Bulunya putih tanpa dosa,
Elok anggun memesona,
Ekor lebat yang sempurna,
Dan hampir tiada cela.

Tapi kakinya pincang, patah.
Sehingga tak bisa berlari kencang lagi.
Ia terlalu dingin, basah.
Sehingga tak kuat menjauh lagi.

Entah mengapa bulir tangis memaksanya bergerak, sungguh aku tidak tahu.

Alhasil, si rubah putih tak bisa berjalan lagi,
Tak bisa berdiri lagi,
Hanya bisa merintih,
Dan matanya menatap rembulan pedih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sajak yang BerwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang