Chapter. 4

251 53 4
                                    

Semoga Kalian semua bisa merasakan setiap emosi, ketegangan, dan momen manis di perjalanan mereka. Selamat membaca!
╔══╗....<3
╚╗╔╝..('\../')
╔╝╚╗..( •.• )
╚══╝..(,,)(,,)
╔╗╔═╦╦╦═╗ ╔╗╔╗
║╚╣║║║║╩╣ ║╚╝║
╚═╩═╩═╩═╝ ╚══╝

(Bab 4: Rahasia Perasaan dan Moment)


Malam itu, segalanya terasa begitu sunyi. Hanya ada desahan napas mereka yang terdengar, seolah dunia di luar lenyap dalam sekejap. Di tengah ruang tamu apartemen mewah itu, Jennie dan Lisa berdiri berhadapan, begitu dekat hingga bibir mereka hampir bersentuhan. Waktu terasa melambat, dan di antara mereka, ketegangan itu menggantung, berat, tetapi penuh kehangatan.

Lisa bisa merasakan jantungnya berdetak kencang, seakan-akan siap melompat keluar dari dadanya. Pandangannya bertemu dengan mata Jennie, yang tampak lembut namun penuh gairah, seolah mencari jawaban yang tidak pernah terucap. Lisa ingin mundur, namun tubuhnya tak mau bergerak. Seolah ada sesuatu yang menariknya, sesuatu yang tak bisa lagi dia lawan.

Lalu, Jennie menutup jarak di antara mereka. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh makna. Untuk sesaat, Lisa seolah lupa cara bernapas. Segala kekhawatiran, keraguan, dan ketakutannya larut dalam kelembutan itu. Ciuman pertama mereka terasa manis, bagaikan sebuah keajaiban yang selama ini tersembunyi di balik dinding-dinding yang telah mereka bangun.

Lisa menutup matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan yang selama ini dia coba tolak. Bibir Jennie terasa begitu lembut, begitu alami, seolah ciuman ini adalah sesuatu yang sudah lama seharusnya terjadi. Sentuhan itu begitu sederhana, namun menggema dalam hatinya dengan kuat, membawa sensasi yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Jennie melingkarkan tangannya di leher Lisa, menariknya lebih dekat, sementara Lisa dengan hati-hati meletakkan tangannya di pinggang Jennie, takut kalau dia terlalu cepat, terlalu keras. Ciuman mereka tidak tergesa-gesa, perlahan dan penuh dengan perasaan yang sudah lama terpendam. Setiap detik yang berlalu, perasaan mereka semakin terhubung, semakin dalam, semakin nyata.

Ketika ciuman itu akhirnya terhenti, Jennie dan Lisa tetap berada dalam jarak yang begitu dekat, seolah enggan melepaskan satu sama lain. Mereka berdua membuka mata secara perlahan, saling menatap dengan campuran perasaan yang begitu kompleks; kebingungan, kegembiraan, dan sedikit rasa malu yang tidak bisa disembunyikan.

Lisa adalah yang pertama kali menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan pikirannya kembali. Tapi saat dia mencoba berkata sesuatu, bibirnya malah terkatup, seolah kata-kata tidak bisa menemukan jalan keluar.

Jennie tersenyum kecil, canggung tapi manis. Dia menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya berkata dengan suara pelan, “Kamu... baik-baik saja?”

Lisa menelan ludah, mengangguk perlahan. "Iya, aku baik-baik saja... hanya saja... aku tidak tahu bagaimana harus merespon ini."

Jennie tertawa pelan, suara tawanya terdengar gugup namun hangat. “Aku juga tidak tahu, Lisa... Aku hanya... aku tidak bisa menahan diri.”

Mereka berdua tertawa kecil, seolah merasakan betapa absurdnya situasi ini. Setelah bertahun-tahun bekerja bersama, melindungi, dan menjaga batas profesional, kini mereka tiba-tiba berada di ambang sebuah hubungan yang sama sekali berbeda. Dan semuanya dimulai dari sebuah ciuman yang manis dan tak terduga.

Jennie melangkah mundur sedikit, menatap Lisa dengan serius. “Aku tahu ini bisa jadi rumit,” ujarnya pelan, “tapi... aku hanya ingin tahu, apakah kamu tidak keberatan dengan semua ini? Maksudku... perasaanku, dan apa yang baru saja terjadi?”

Diam Diam MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang