Chapterr. 5

153 41 0
                                    

Semoga Kalian semua bisa merasakan setiap emosi, ketegangan, dan momen manis di perjalanan mereka. Selamat membaca!
╔══╗....<3
╚╗╔╝..('\../')
╔╝╚╗..( •.• )
╚══╝..(,,)(,,)
╔╗╔═╦╦╦═╗ ╔╗╔╗
║╚╣║║║║╩╣ ║╚╝║
╚═╩═╩═╩═╝ ╚══╝

(Bab 5: Janji yang Tersirat)

Malam itu begitu sunyi, seolah alam pun memberikan mereka ruang untuk bicara tanpa gangguan. Jennie dan Lisa duduk berhadap-hadapan di balkon apartemen Jennie, di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang. Udara malam yang sejuk seakan memberikan rasa tenang, tapi ketegangan di antara mereka semakin terasa.

Jennie menatap Lisa dengan tatapan yang dalam, mata cokelatnya bersinar dengan keyakinan. Lisa tahu Jennie ingin mengatakan sesuatu yang penting, tapi dia tak menyangka seberapa besar perubahan ini akan mempengaruhi mereka berdua.

"Aku sudah berpikir," Jennie memulai, suaranya pelan namun tegas, "tentang kita."

Lisa mengangkat alis, berusaha tetap tenang meskipun jantungnya berdebar lebih kencang. "Kita?" Dia mencoba terdengar santai, tapi Jennie dapat merasakan kegelisahan di balik suara Lisa.

Jennie mengangguk pelan. "Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama, Lisa. Tentang apa yang sebenarnya kurasakan. Tentang kamu." Dia menahan napas sejenak, seolah mengumpulkan keberanian. "Aku ingin kita menjadi sesuatu yang lebih."

Kata-kata itu keluar begitu langsung, tak terelakkan, dan Lisa merasa seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya. Dia menatap Jennie dengan mata yang sedikit melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jennie yang selama ini dia lindungi, jaga, dan sayangi sebagai seorang artis yang dia urus, kini berbicara tentang perasaan yang lebih dalam. Hubungan yang lebih dari sekadar profesionalisme.

"Hubungan yang lebih?" Lisa mengulang, suaranya terdengar sedikit gemetar.

Jennie mengangguk lagi, lebih tegas kali ini. "Ya. Hubungan yang spesial. Hubungan yang intim, intens, dan... serius." Jennie menatap Lisa dengan tatapan yang sangat kuat, penuh dengan keyakinan. "Aku ingin kita saling memiliki, Lisa. Sebagai sepasang kekasih."

Perkataan Jennie terasa begitu pasti, begitu menekan hati Lisa. Sisi profesionalnya seolah berteriak menolak, memberi tahu bahwa ini adalah ide yang buruk. Namun di sisi lain, ada sesuatu yang lebih kuat di dalam dirinya yang sulit untuk diabaikan. Perasaan terhadap Jennie sudah terlalu dalam untuk disangkal. Sejak ciuman pertama mereka, semuanya mulai berubah—dan sekarang Jennie ingin memperjelas perubahan itu.

Lisa terdiam, mencoba mencerna semuanya. Dia menggigit bibir bawahnya, matanya tak bisa lepas dari tatapan Jennie yang begitu intens. Perasaan tertekan muncul di dadanya, bercampur dengan rasa takut akan apa yang akan terjadi jika dia mengambil langkah ini.

Jennie menggeser kursinya lebih dekat, jarak di antara mereka semakin tipis. "Lisa," bisiknya dengan lembut, namun penuh penekanan, "Aku tahu ini mungkin membuatmu terkejut. Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini. Setiap kali aku bersamamu, aku merasa lebih hidup. Aku merasa... aman, bahagia, dan itu sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya."

Kata-kata Jennie menusuk hati Lisa. Dia ingin mengatakan sesuatu, menanggapi perasaan Jennie, tapi lidahnya terasa kelu. Sebelum dia bisa merespons, Jennie sudah mengambil langkah lebih dulu. Dia mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Lisa dengan lembut, jarinya membelai pipi Lisa dengan kehangatan yang membuat jantung Lisa semakin berdebar.

Dan dalam sekejap, bibir Jennie bertemu dengan bibir Lisa. Ciuman itu lembut, manis, dan penuh rasa. Lisa merasakan detik-detik itu berjalan lambat, seperti dunia di sekeliling mereka menghilang. Perasaannya yang selama ini terpendam meledak dalam satu momen yang begitu intens. Bibir Jennie begitu hangat, dan ciuman itu membawa perasaan yang selama ini tak berani diungkapkan.

Lisa terkejut, namun tubuhnya merespon dengan alami. Dia membalas ciuman itu, meskipun dalam hati masih ada pergolakan. Ciuman itu semakin dalam, semakin intens, dan perasaan keduanya tercurah tanpa perlu kata-kata. Jennie menutup matanya, menyerahkan segalanya pada momen itu, sementara Lisa akhirnya membiarkan dirinya larut dalam perasaan yang selama ini dia pendam.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya melepaskan diri. Jennie tersenyum kecil, matanya bersinar penuh kebahagiaan. "Aku ingin kita bersama, Lisa," katanya dengan nada lembut tapi penuh keyakinan. "Mulai hari ini, aku ingin kita saling memiliki."

Lisa terdiam, jantungnya masih berdetak kencang. Tapi melihat senyum Jennie yang begitu tulus, dia tahu bahwa perasaannya tak bisa terus disangkal. Meskipun dia masih ragu dengan konsekuensi dari hubungan ini, dia tahu bahwa Jennie adalah seseorang yang tak bisa dia abaikan begitu saja. Mereka berdua sudah terlalu dekat, terlalu dalam.

"Aku...," Lisa membuka mulutnya, namun Jennie menghentikannya dengan satu tatapan penuh arti.

"Jangan khawatirkan apa yang akan terjadi nanti," kata Jennie lembut. "Kita akan melalui ini bersama."

Hari-hari berikutnya berjalan dengan lebih baik dan menyenangkan bagi keduanya. Perubahan terlihat jelas pada Jennie. Setiap hari, Jennie tampak lebih ceria dan penuh semangat. Dia sering tersenyum lebar, wajahnya bercahaya setiap kali Lisa berada di dekatnya. Bahkan di sela-sela latihan atau rekaman, Jennie mulai sering menyanyikan lirik-lirik cinta, seolah menggambarkan perasaannya yang sedang jatuh cinta.

Di satu kesempatan, Jennie bernyanyi pelan saat mereka berada di studio rekaman. Suaranya lembut, dan kata-kata lagunya menggambarkan rasa cinta dan kehangatan yang dia rasakan. Lisa hanya berdiri di dekat pintu, mendengarkan Jennie dengan senyum tipis di wajahnya. Di dalam hatinya, Lisa tahu bahwa Jennie sedang menyanyikan lagu untuknya.

Namun, meskipun Jennie semakin terbuka dengan perasaannya, Lisa tetap menjaga sikap profesionalnya. Dia masih bersikap dingin dan tak banyak bicara jika tidak perlu. Meskipun perasaannya terhadap Jennie semakin kuat, Lisa tetap berusaha menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan perasaan pribadi. Dia tidak ingin hubungan mereka mengganggu pekerjaan Jennie atau menciptakan masalah di antara mereka.

Suatu malam, setelah hari yang panjang, Lisa mengajak Jennie keluar makan malam. Mereka memilih restoran yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota dan para penggemar. Di bawah cahaya lilin yang redup, Jennie tersenyum manis, tampak begitu bahagia.

"Kamu tahu, Lisa," Jennie berkata sambil menatap mata Lisa, "Aku selalu merasa nyaman berada di dekatmu. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya seperti... kamu adalah rumahku."

Lisa terdiam sejenak, hatinya bergetar mendengar kata-kata Jennie. Di satu sisi, dia merasa senang bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi Jennie, tapi di sisi lain, ada ketakutan yang masih mengintai di hatinya. Bagaimana jika hubungan ini berakhir buruk? Bagaimana jika segalanya berubah?

Namun sebelum Lisa bisa larut dalam pikirannya, Jennie menggenggam tangannya di atas meja, memberikan sentuhan hangat yang menenangkan. "Jangan khawatir, Lisa. Kita akan menghadapi ini bersama," ucap Jennie lembut, seolah bisa membaca pikiran Lisa.

Lisa menatap Jennie, dan untuk pertama kalinya sejak mereka berciuman, dia merasa tenang. Mungkin memang inilah jalannya, mereka bersama-sama menghadapi segala rintangan yang akan datang.

Di saat itulah Lisa tahu, hubungan mereka baru saja dimulai.

(Bersambung)

█▓▒F░O░L░L░O░W▒▓█
┊┊┊▕▔╲▂▂▂╱▔▏
╭━━╮╭┈╮⠀╭┈╮╭━━╮
╰╰╰┃▏╭╮⠀╭╮▕┃╯╯╯
┈┃⠀┃▏┈┈▅┈┈▕┃⠀┃
┈┃⠀┃▏┈╰┻╯┈▕┃⠀┃
┈┃⠀╰█▓▒░M░E░▒▓█

Keyzg25

Diam Diam MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang