Dua

5.3K 540 59
                                    

" Permisi Bu, Den Junanya nangis Bu, katanya nggak mau berangkat sekolah. " Ucap Siti setelah mengetuk kamar Aruna dan dipersilahkan untuk masuk.

" Loh kenapa Bi? " Tanya Aruna yang lagi sibuk memoles lipstick di bibirnya didepan cermin.

" Katanya mau diantar sekolah sama Mama. Saya uda coba bujuk, tapi tetap nggak mau. "

" Astaga, saya ada kelas pagi Bi, tolong di bujuk lagi ya Bi, biar Juna mau berangkat. Karena saya nggak akan keburu kalau harus antar Juna, yang ada saya bakalan telat. "

" Baik bu, saya coba lagi. " Balas Siti lalu pergi meninggalkan kamar Aruna.

Setelah Siti berlalu, bukannya tenang dan ingin berangkat sekolah, kini malah suara tangisan Juna semakin keras, bahkan Aruna bisa mendengarnya, karena pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat. Mau tidak mau, akhirnya Aruna memilih menyelesaikan acara make-up nya dan menghampiri Juna.

" Hei anak Mama kenapa? Kok pagi-pagi uda ngambek kayak gini hmm? " Tanya Aruna lembut sambil berjalan mendekati Juna yang berbaring di lantai.

" Bangun sayang, nanti bajunya kotor loh. Juna kenapa? Cerita sama Mama. " Tanya Aruna lembut.

" Juna mau di antar sama Mama hiks... " Jawab Juna yang hampir tak jelas karena isaknya. Salsa menghembuskan napasnya berat. Beginilah menghadapi anak kecil. Kemarin dia tampak seperti orang dewasa, hari ini dia sudah kembali sesuai dengan umurnya.

" Juna, kan Juna tau kalo Mama cuma bisa antar Juna pas mama libur sayang. Sekarang kan Mama harus pergi ke kampus. Kalau Mama antar Juna, nanti mama bisa telat. Juna di antar Nenek dan Kakek dulu ya. Maukan? "

" Nggak mau! Pokoknya Juna mau sama Mama. Juna mau kayak teman-teman Juna yang sekolahnya di antar Mama Papanya. " Aruna memejamkan matanya seraya mengatur napasnya agar tidak kehilangan kesabarannya.

" Yauda oke, ayo Mama antar Juna. " Ucap Aruna sambil menangkup wajah Juna.

" Tapi Mama minta, Juna stop menangis kalau mau Mama anter. " Sambung Aruna dan Juna pun seketika berhenti menangis. Salsa mengusap air mata Juna dengan tangannya, lalu membawa anaknya berdiri.

" Sebentar Bu, saya panggil suami saya dulu ya, biar mobilnya disiapin. " Ucap Siti.

" Nggak usah Bi. Saya berangkat sendiri aja sekalian mau ke kampus soalnya. Nanti tolong ingetin Pak Dadang aja ya Bi supaya jangan sampai telat jemput Juna. "

" Baik Bu. "

" Sini Mama rapikan dulu seragamnya. " Juna mendekat, lalu Aruna merapikan seragam Juna yang berantakan akibat Juna yang sempat mengamuk. Aruna pun sedikit heran dengan Juna pagi ini, karena tak biasanya Juna tantrum jika ingin berangkat ke sekolah, tapi dia hanya bisa sabar.

***

Kini mereka sudah di mobil. Aruna mengendarai mobilnya dengan tergesa, namun tetap hati-hati sambil terus menatap jam yang ada di mobilnya.

" Juna kenapa nak? Kok tumben Juna marah-marah? " Tanya Aruna lembut.

" Semalam Juna mimpi Ma, Juna mimpi diketawain teman-teman karena katanya Juna tidak punya family. Juna mau teman-teman tau Juna punya family. " Jawab Juna menjelaskan.

Mendengar alasan Juna tantrum pagi ini, seketika sedikit rasa emosi yang Aruna tahan pada Juna meliap entah kemana.

Aruna hanya bisa mengusap kepala Juna dengan lembut tanpa membalas ucapan anaknya. Aruna mewajarkan sikap tantrum Juna tadi. Namanya anak kecil, pasti ada saja tingkahnya.

Orang dewasa saja kadang bisa bad mood seharian hanya karena mimpi, apalagi anak kecil yang masih belum mengerti cara mengontrol emosinya.

" Sabar ya sayang, Mama pasti akan kembalikan semua hak kamu. " Batin Aruna berbicara.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang