Bagian 1

8 3 0
                                    

Nur dan keempat temannya baru saja turun dari mobil ketika bel sekolah berbunyi. Mereka berlima berjalan dengan anggun, bergaya seperti model dengan penampilan anak SMA yang sedang tren.

Mereka adalah Lidya, Ara, Vera, dan Hanun, anggota geng yang dikenal sebagai Arestascia. Karena kelihaian Nur dalam bertarung dan balapan, teman-temannya memilihnya sebagai pemimpin geng.

Awalnya, Nur merasa ragu. Ia ingin menjauh dari dunia gelap seperti balapan karena mengingatkannya pada kejadian masa lalu. Namun, demi mencari kesenangan, ia melakukan apa saja untuk menghilangkan kerisauan dari masalah yang dihadapinya.

"Nur, Arsya ngajak tanding nih. Lo ikutan nggak? Lumayan loh dapet lima juta kalo menang." Kata Vera sambil menunjukkan selembar kertas yang isinya tantangan untuk tanding balapan motor.

"Terus bonusnya jadi pasangan Kak Nata lagi! Gila! Menang banyak nggak sih kalo gitu? Lo pasti bisa lah Nur." Timpal Lidya. "Lo pake motor sport gue aja."

"Iya, bapaknya aja CEO, punya banyak restoran juga lagi. Terus.. terus, dia demen sama lo nggak sih, Nur?" Tutur Hanun.

"Aku nggak butuh pacar." Balas Nur singkat. Malas menanggapi.

"Tapi lo butuh uang Markonah!" Semprot Vera.

"Nggak salah, sih!"

"Hei, Nur, tetap stay halal ya! Di tengah gempuran ayang-ayangan. Kita nggak butuh ayang, karena ada Allah Maha Penyayang! Nah, karena gue belum punya gandengan dan cowok yang gue suka itu cuman fiksi, nggak nyata, nggak hidup di dunia nyata, jadi gue ajak adek gue aja deh!" ungkap Ara, yang memang suka mengidolakan tokoh-tokoh fiksi yang tidak nyata.

"Ya, ya. Udah ah gue harus cepet-cepet ke kelas. Sebelum kena omel Bu Indah. Yuk Ver!" Ajak Nur seraya menarik lengan Vera. Berlari cepat tanpa memperdulikan orang yang kena tabrak olehnya, hingga..

"Aduh!" Seorang gadis yang tidak sengaja bertabrakan dengan Nur menumpahkan kuah bakso di seragamnya, dan itu membuat Nur kesal.

"Kamu? Liat nih baju aku jadi kotor kan? Kalo jalan tuh yang bener, pake matanya!" Ketus Nur.

"Maaf Kak, nggak sengaja." Ucap gadis itu sambil menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan Nur yang merupakan kakak kelasnya.

"Halah, bohong kamu! Pasti sengaja, kan?" Tuduh Nur.

"Enggak Kak. Bukannya karena Kakak juga, ya? Udah tau ini di sekolah, tapi main lari aja, tabrak sana-sini nggak pake hati," jawab gadis itu dengan berani.

"Eh bocil, berani ya lu ngelawan besti gue?" Vera mendorong bahu gadis itu kasar.

"Eits, santai Mbak, jangan kasar. Dia udah minta maaf, kenapa lo masih nyari perkara? Biar apa?" Safira yang melihat kejadian itu mendekat, melerai, membela gadis itu.

"Besti doang kan? Bukan Tuhan." Lanjut Safira dengan senyum sinisnya.

"Palpale... palpale... eee," Andika menghentikan ucapannya ketika mendapat tatapan horor dari Vera.

"Oh, tatapanmu seakan membunuhku," Andika berkelit, mendramasitir.

"Lo?!" Sebelum aksi ribut dimulai lagi, tiba-tiba Bu Cantika datang dengan mulut ceriwisnya memberhentikan aksi perdebatan itu.

"ASTAGHFIRULLAH.. ANAK MUDA ZAMAN SEKARANG KERJAANNYA RIBUUUT TERUUUS! AKHLAKNYA MINUS.. BUKANNYA MASUK KELAS MALAH RIBUT GITU. NGGAK MALU HAH?????!!" Suara Bu Cantika menggelegar.

"Yuk Nur masuk kelas, sebelum harimau di depan kita depresi ama kelakuan kita." Ajak Vera kalem berjalan meninggalkan Bu Cantika yang menampakkan wajah judes. Sejudes-judesnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merakit Habbah menuju Jannah (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang