Kellan terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Kepalanya berdenyut hebat, dan pandangannya masih kabur. Ketika ia mencoba mengangkat tubuhnya dari tanah, rasa nyeri di rusuknya membuatnya tersentak. Pukulan yang diterimanya tadi malam terasa membekas, seakan-akan tiap inci tubuhnya memohon untuk beristirahat, tapi pikirannya terus mendesak agar ia tetap sadar.
la bisa merasakan darah kering di sudut bibirnya, dan pipinya masih terasa bengkak akibat tamparan keras yang diterimanya. Tangan kanannya bergetar saat ia menyentuh bagian perutnya yang terasa sangat sakit, sepertinya ada memar di sana, mungkin lebih buruk dari sekadar lebam biasa. Nafasnya berat, setiap hembusan terasa menyakitkan, dan ada rasa besi di tenggorokannya-darah.
Di sekelilingnya, lorong tempat ia jatuh masih sunyi, hanya ditemani oleh dinginnya malam yang menusuk kulit. Kellan berusaha mengingat apa yang terjadi. Wajah terakhir yang ia lihat muncul sekilas di benaknya, membawa kebencian yang mendalam dalam setiap pukulan yang orang itu layangkan. Rasa takut dan marah bercampur menjadi satu dalam pikirannya.
Dengan susah payah, kellan mencoba berdiri. Kakinya gemetar, dan setiap langkah terasa berat, seperti menanggung beban yang terlalu besar. Namun, ia tahu ia harus pergi dari tempat itu, mencari bantuan sebelum tubuhnya menyerah pada rasa sakit yang terus meningkat.
Kellan melangkah tertatih-tatih, berusaha melawan rasa sakit dan ketakutan yang membelenggu. Di dalam hatinya, ada kekuatan kecil yang masih tersisa. Tekad untuk bertahan, untuk melawan, meski dunia di sekelilingnya terasa begitu gelap dan tak bersahabat.
Kellan tidak megingat apapun mengapa dirinya bisa berada di tengah-tengah jalan sempit ini. Seingatnya terakhir kali berada dalam gedung dimana ada sadler dan juga ashley.
Mengingat ashley, bagaimana nasibnya? Apakah akan bernasib sama dengan dirinya. Pikir kellan.
Hatinya dipenuhi kegelisahan. Ia tahu waktu semakin sempit, dan jika tidak segera bertindak, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan ashley. Namun, ia tidak tahu harus mengarahkan dirinya ke jalan yang mana. Sementara tidak tahu posisinya ada dimana.
Kellan merasa terperangkap dalam pusaran pikiran yang tak memberinya ruang untuk bernapas.
Kellan mencoba mengingat kemabali ingatanya sebelum berada disini. Namun nihil ingatan terakhirnya adalah ketika dirinya di bius kemudian dirinya setangah sadar dan berakhir pingsan.
Di tengah kekalutannya, kellan mencoba menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, ketenangan itu tak pernah datang. Ia merasa terasing di dunianya sendiri, terjebak di antara kenyataan yang tak bisa ia ubah dan harapan bahwa ashley baik-baik saja kini terasa mustahil untuk digapai.
"Kellan?". Panggil seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Dan menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Kellan merasa janggal. Wajah pria itu tak dikenalnya sama sekali, namun tatapannya seakan mengenalinya. Semakin lama, perasaan tidak nyaman merambat di punggungnya. Kellan berusaha mengingat-ingat, mencoba mencari di sudut memorinya, tapi tak ada satu pun ingatan tentang pria itu. "Siapa dia? Mengapa dia menatapku seperti itu?" pikirnya dalam hati.
Pria itu tidak bergerak, tetap berdiri di tempat yang sama, masih dengan tatapan yang sama pula. Kebingungan menyelimuti kellan. Apakah pria itu sengaja mengawasinya? Atau hanya kebetulan saja mereka saling tatap? Kellan mulai resah. Dalam kebingungannya, ia ingin sekali menanyakan langsung, tetapi langkahnya tertahan oleh rasa takut akan jawaban yang mungkin didapat. Yang mungkin saja orang itu salah satu orang sadler yang di utus untuk mencarinya.
Orang itu mulai memberikan diri untuk berjalan mendekat. Dengan langkah pelan berderai air mata. Kelan terkejut dengan apa yang yang di lihatnya.
"Kellan ini aku Grey".
KAMU SEDANG MEMBACA
halcyon
RandomDrug Enforcement Administration Korea atau Penegak Hukum Narkoba Pemerintah sedang mencari kartel narkoba yang sedang mengegerkan masyarakat korea dan sebagian penjuru dunia. K yang di duga sebagai dalang dari kasus narkoba itu di tangkap. Tetapi d...