2

208 44 5
                                    

Cuss!

_


Malam telah tiba, dan Flona kini berada di kamar Reva, berbaring di atas kasur king size yang nyaman. Di sampingnya, Almira tampak sibuk dengan ponselnya, jemarinya lincah menelusuri layar, sementara Flona hanya menatap langit-langit kamar. Cahaya lampu hias biru yang redup memenuhi ruangan, memberikan nuansa yang mirip kamar laki-laki, sederhana namun nyaman. Pikiran Flona mulai melayang, mengarungi kejadian-kejadian yang dialaminya hari ini.

Fokusnya tertuju pada sosok yang kini tak bisa ia lupakan-Frenara, guru muda yang baru saja mengajarinya pagi tadi. Pelajaran Sejarah. Ah, Sejarah, pelajaran favoritnya! Frenara tidak hanya menarik perhatiannya karena materi yang ia ajarkan, tapi juga karena kehadiran dan sikapnya yang berbeda dari guru-guru lainnya. Sejak perkenalan di depan kelas, ada sesuatu tentang Frenara yang membuat Flona terus memikirkannya. Entah kenapa, meskipun interaksi mereka terbilang singkat, rasanya ada banyak hal yang tersimpan di balik senyuman dan pandangan mata Frenara.

Flona menghela napas panjang, memikirkan bagaimana kejadian hari ini berubah begitu cepat. Dari pagi hingga sore, ia sudah beberapa kali bertemu dengan Frenara, dan setiap kali itu pula, hatinya berdegup lebih cepat. Seolah-olah ada yang berbeda dengan perasaan ini-sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya.

"Mikirin apa, Flo?" tanya Almira tiba-tiba, tanpa menoleh dari ponselnya. Flona hanya tersenyum tipis, tak tahu harus menjawab apa.

"Nggak ada, cuma.. lagi kepikiran aja," jawab Flona pelan, mencoba menyembunyikan rasa gelisah yang mulai merayap di hatinya.

Kamar yang tenang, suasana malam, dan cahaya biru yang redup membuat pikirannya semakin tenggelam dalam bayangan Frenara, membuat Flona bertanya-tanya, apakah perasaan ini akan berkembang lebih jauh atau hanya sementara?

Flona terus tenggelam dalam pikirannya, seakan dunia di sekelilingnya menghilang. Tanpa ia sadari, pintu kamar terbuka, dan Reva masuk dengan langkah ringan. Tanpa membuang waktu, Reva langsung menuju kasur dan merebahkan tubuhnya, melepaskan lelah setelah seharian beraktivitas.

Almira, yang segera menyadari kehadiran Reva, langsung mengajaknya menonton video yang sedang ia putar di ponselnya. "Reva, sini dah, liat ini. Lucu banget, sumpah!" serunya sambil tertawa kecil. Reva, tak mau ketinggalan, setuju untuk ikut menonton, dan tak lama kemudian, keduanya asyik tertawa bersama, menikmati video tersebut, seolah dunia mereka hanya diisi oleh kesenangan saat itu.

Namun, di sisi lain, Flona seolah berada di dunia yang berbeda. Ia tidak mendengar suara tawa kedua temannya, tidak merasakan kasur yang semakin penuh, dan bahkan tidak sadar Reva sudah bergabung. Pikirannya sepenuhnya dikuasai oleh bayangan Frenara-guru muda yang sejak tadi pagi mengusik hatinya. Perasaannya tidak menentu, antara penasaran, kagum, dan entah apa lagi yang mengalir dalam hatinya. Sosok Frenara, dengan kacamata yang bertengger di hidung dan sikap tenangnya, terus menghantui benaknya.

Flona bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ia rasakan? Apakah ini hanya sekadar rasa kagum terhadap seorang guru baru, atau ada sesuatu yang lebih dalam dari itu? Hal-hal yang dulu sederhana kini terasa kompleks, dan ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi perasaan yang mulai tumbuh ini. Meski di ruangan yang sama dengan kedua temannya, pikiran Flona berada jauh, terpaut pada seseorang yang mungkin tidak menyadari dampaknya pada hati kecil Flona.

Flona yang sebelumnya tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba teringat akan sesuatu yang penting-ibunya yang tadi ikut mampir ke rumah Reva setelah mengantarkan makanan. Mendadak, pikiran tentang Frenara tergeser. Ia segera mencari keberadaan Reva dan melihat temannya yang masih duduk dekat Almira, keduanya asyik menonton video.

Young Teacher (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang