Cuss!
_
Tengah malam telah tiba, suasana di ruang tengah rumah Reva terasa tenang setelah kegaduhan dan tawa yang berlangsung sepanjang malam. Lampu redup di ruangan itu memancarkan cahaya lembut yang menerangi wajah ketiga gadis yang masih berkumpul. Di antara mereka, Reva sudah tertidur pulas di lantai dengan selimut seadanya, sementara Almira terlihat tertidur di ujung sofa, kepalanya bersandar dengan mata terpejam.Flona, di sisi lain, masih terjaga. Ia duduk bersandar di sofa, memandangi kedua temannya yang terlelap, dan membiarkan pikirannya berkelana. Di keheningan malam, ia kembali merenungkan kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Tatapan matanya melunak ketika memikirkan Frenara, membayangkan sosok gurunya yang kini terasa semakin jauh. Ada rasa kecewa yang perlahan hadir, namun ia coba halau dengan mengingat tekad yang sudah ia tanamkan dalam hati.
Suara detik jam terdengar samar di ruangan yang sunyi, mengiringi suasana tenang yang melingkupi mereka. Flona memejamkan mata sejenak, merasakan kehangatan persahabatan yang menemaninya. Malam itu, meskipun hati kecilnya masih bergulat dengan perasaan yang tidak pasti, Flona merasa sedikit lebih kuat. Keheningan ruang tengah menjadi saksi bisu dari tekad barunya, bahwa ia tidak akan mudah menyerah.
Dalam diam, ia menarik nafas panjang, membiarkan ketenangan menyelimuti pikirannya.
Flona melangkah pelan menuju pintu utama rumah Reva, merasakan udara malam yang segar dan sejuk di kulitnya. Suara gemericik air dari kolam kecil di halaman menambah suasana tenang malam itu. Setelah membuka pintu dan melangkah keluar, ia terpesona oleh keindahan langit malam yang berhiaskan bintang-bintang berkilauan.
Ia berjalan menuju taman, mendekati ayunan yang tergantung di bawah dahan pohon besar milik keluarga Reva. Ayunan itu bergetar lembut ditiup angin, seolah mengundangnya untuk duduk. Flona merasakan ketenangan saat duduk di ayunan, menatap ke arah pohon-pohon yang berdiri kokoh di sekelilingnya. Suasana malam yang hening membuatnya bisa merenung, membiarkan pikiran dan perasaannya melayang ke berbagai arah.
Dengan pelan, ia mulai mengayunkan ayunan, merasakan setiap gerakan membawa beban pikirannya sedikit demi sedikit. Kejadian sore hari kembali terlintas dalam pikirannya—pertemuan Frenara dengan laki-laki itu, tawa mereka, dan bagaimana itu membuatnya merasa bingung. Namun, di tengah kebisingan emosinya, ia terus berusaha melupakan semua kejadian sore tadi.
Flona mendongak, memandangi langit malam yang membentang luas di atasnya, dihiasi bintang-bintang yang tampak tenang dan abadi. Langit malam selalu menjadi hal yang istimewa baginya—seperti sahabat setia yang selalu hadir tanpa meminta apa-apa, hanya memberi ketenangan. Setiap kali ia merasa gundah atau penuh pikiran, memandangi luasnya langit membuatnya seolah-olah terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, yang tidak menuntutnya untuk mengerti sepenuhnya.
Dari ayunan itu, ia menghela napas, membiarkan dinginnya malam mengendap di dalam dirinya. Langit dan bintang-bintang adalah simbol ketenangan yang ia sukai, sama seperti prinsipnya untuk tidak menyerah begitu saja. Meski hatinya dipenuhi perasaan tak menentu, malam ini ia tahu bahwa ada kekuatan dalam ketenangan yang ia temukan di bawah naungan langit malam.
Dan malam itu pun, Flona memilih duduk tenang di ayunan taman, membiarkan langit malam yang luas dan dipenuhi bintang menjadi pelipur hatinya. Udara malam yang sejuk menyentuh wajahnya, memberikan ketenangan yang begitu ia rindukan. Ia menikmati setiap detik yang berlalu, seolah seluruh kegundahan yang sempat ia rasakan memudar di balik kerlip bintang.
Setelah merasa cukup menikmati malam, Flona akhirnya bangkit dari ayunan. Ia berjalan perlahan kembali ke dalam rumah, melewati lorong hingga sampai ke ruang tengah, di mana Reva dan Almira sudah tertidur tenang. Ia tersenyum kecil, bergabung bersama teman-temannya di ruang tengah, lalu perlahan membiarkan kantuk menyelimuti dirinya, bersiap menghadapi hari esok yang penuh cerita baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Teacher (FreFlo)
Teen Fiction[ On going -slow up- ] Flona Arunika yang baru saja menjadi siswi kelas 12, tiba-tiba merasa tertarik dengan salah satu guru baru yang tergolong masih muda di sekolahnya, yang tak disangka menjadi wali di kelasnya sendiri. "Guru muda, aku datangg~"...