Chapter 1: The Unexpected Letter

1 0 0
                                    

# Chapter 1: The Unexpected Letter

Musim panas di London tahun 1993 terasa lebih panas dari biasanya. Di sebuah rumah bergaya Victorian di pinggiran kota, dua gadis berusia 15 tahun dengan wajah yang nyaris identik sedang berada di kamar mereka masing-masing, menjalani rutinitas yang sangat berbeda.

Hermione Jean Granger duduk di meja belajarnya, serius membaca buku "Sejarah Hogwarts" untuk yang kesekian kalinya. Sementara itu, di kamar sebelah, Nicola "Nicki" Catherine Granger baru saja kembali dari pesta di rumah temannya pada pukul 2 pagi, masih mengenakan dress mini hitam dan sepatu hak tinggi.

"Party hard, live young!" gumam Nicki sambil melemparkan tas designernya ke atas tempat tidur. Dia baru saja menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman sekolahnya yang terpopuler. Nicki adalah Queen Bee di sekolah regulernya, berbeda dengan Hermione yang menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah sihir.

Nicki membuka jendela kamarnya, membiarkan angin malam masuk sembari menyalakan rokok - kebiasaan buruk yang dia sembunyikan dari orangtuanya. Tepat saat itu, seekor burung hantu cokelat tua mendarat di ambang jendelanya.

"What the..." Nicki terlonjak kaget, hampir menjatuhkan rokoknya. Burung hantu itu mengulurkan kakinya yang membawa sebuah amplop perkamen tebal. Dengan ragu, Nicki mengambil surat itu.

*Miss N. Granger
Kamar Kedua di Lantai Atas
12 Heathgate
Hampstead Garden Suburb
London*

"Ini pasti lelucon Hermione," gumamnya sambil membuka amplop tersebut. Namun begitu membaca isinya, wajahnya memucat.

SEKOLAH SIHIR HOGWARTS

Kepala Sekolah: Albus Dumbledore
(Order of Merlin, Kelas Pertama, Grand Sorc., Chf. Warlock, Supreme Mugwump, Konfederasi Internasional Penyihir)

*Dear Miss Granger,*

*Dengan ini kami informasikan bahwa Anda telah diterima di Sekolah Sihir Hogwarts. Meskipun tidak biasa menerima murid di usia 15 tahun, kemampuan sihir yang baru terdeteksi dalam diri Anda membutuhkan pelatihan segera.*

*Terlampir daftar buku dan peralatan yang diperlukan.*

*Tahun ajaran dimulai 1 September. Kami menunggu burung hantu Anda selambat-lambatnya 31 Juli.*

*Hormat saya,*
*Minerva McGonagall*
*Wakil Kepala Sekolah*

"HERMIONE!" teriak Nicki, berlari ke kamar kembarannya tanpa peduli ini sudah lewat tengah malam.

Hermione yang terbangun karena teriakan saudarinya tampak terkejut melihat surat di tangan Nicki. "Tidak mungkin..." bisiknya.

"Explain. Now." Nicki berkacak pinggang, masih dengan makeup sempurna dan pakaian pestanya.

"Well..." Hermione menghela napas panjang. "Sepertinya kau juga penyihir, Nicki."

"Like, seriously?" Nicki tertawa sinis. "I'm too fabulous untuk jadi penyihir. Maksudku, look at me!" Dia berputar, memamerkan penampilannya.

"Sihir tidak memandang penampilan, Nicki," Hermione memutar matanya. "Dan ini menjelaskan kejadian-kejadian aneh di sekitarmu."

"Seperti?"

"Seperti bagaimana kau selalu mendapatkan diskon besar di toko-toko mahal favoritmu? Atau bagaimana rambutmu selalu sempurna bahkan di hari hujan? Atau kenapa kau tidak pernah tertangkap saat menyelinap keluar malam-malam?"

Nicki terdiam. Memang benar, ada banyak hal 'kebetulan' yang menguntungkannya selama ini.

"Jadi... aku harus ke sekolah yang sama denganmu?" tanyanya ragu.

"Ya, dan kau akan mulai dari tingkat yang sama denganku. Tahun ketiga." Hermione tersenyum. "Kau akan bertemu Harry, Ron, dan yang lainnya."

"Harry Potter yang sering kau ceritakan itu?" Mata Nicki berbinar. "The famous one?"

"Yes, tapi Nicki..." Hermione menatap saudarinya serius. "Hogwarts bukan tempat untuk party dan shopping. Ini sekolah yang serius."

"Oh please," Nicki melambaikan tangannya. "I can do both. Lagipula, sekolah butuh sedikit... sentuhan fashionable, kan?"

Keesokan paginya, Mr. dan Mrs. Granger - yang sudah terbiasa dengan dunia sihir berkat Hermione - tampak tidak terlalu terkejut dengan berita ini. Mereka segera mengatur rencana untuk membeli perlengkapan sekolah Nicki di Diagon Alley.

"Tunggu," Nicki berhenti di tengah sarapan. "Apa di sana ada boutique?"

"Tidak, Nicki," Hermione menghela napas. "Tapi ada toko jubah Madam Malkin."

"Jubah? Like, those black boring robes you wear?" Nicki mengernyit. "No way. Aku akan mendesain ulang seragamku sendiri."

"Tidak boleh mengubah seragam sekolah, Nicki!"

"Watch me, sis."

Beberapa hari kemudian, keluarga Granger mengunjungi Diagon Alley. Nicki, dengan celana jeans designer dan crop top mahalnya, menarik perhatian banyak penyihir yang lewat. Dia tampak sangat tidak cocok dengan suasana klasik Diagon Alley.

Di Ollivanders, butuh waktu hampir dua jam sampai Nicki menemukan tongkat yang cocok - Holly wood, 11 inci, dengan inti bulu phoenix. "At least it's aesthetic," komentarnya sambil mengamati tongkat barunya.

Saat membeli buku di Flourish and Blotts, Nicki lebih tertarik dengan buku-buku mantra kecantikan dan fashion. "Ini akan berguna," gumamnya sambil menyelipkan beberapa buku tambahan ke keranjangnya.

"Nicki, fokus pada buku pelajaran!" tegur Hermione.

"Relax, sis. Aku bisa belajar darimu nanti."

Hari-hari berikutnya dihabiskan Nicki dengan mempersiapkan kepindahannya ke Hogwarts. Dia mengepak tiga koper besar berisi pakaian, makeup, dan aksesori - jauh lebih banyak dari yang diizinkan.

"Kau tidak akan butuh semua ini di Hogwarts," Hermione mencoba menjelaskan.

"Trust me, I will," Nicki bersikeras. "Dan omg, apa benar ada cowok cute bernama Draco Malfoy?"

"Nicki! Dia itu menyebalkan dan prejudice!"

"But is he hot?"

Hermione hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah saudarinya.

Akhirnya, tanggal 1 September tiba. Di Platform 9¾, Nicki menarik perhatian semua orang dengan kopernya yang pink mencolok dan penampilannya yang glamor. Beberapa anak laki-laki bahkan menabrak tiang karena terlalu fokus memperhatikannya.

"Ini akan jadi tahun yang menarik," gumam Hermione, setengah khawatir setengah geli melihat reaksi orang-orang terhadap kembarannya.

Di dalam kereta, Nicki bertemu Harry dan Ron untuk pertama kalinya. Keduanya tampak kebingungan melihat ada 'dua Hermione' - satu dengan rambut rapi dan seragam sempurna, satu lagi dengan rambut bergelombang sempurna, makeup flawless, dan pakaian yang lebih cocok untuk ke klub malam.

"Guys, ini saudari kembarku, Nicki," Hermione memperkenalkan. "Dia akan bergabung dengan kita di tahun ketiga."

"Hi boys," Nicki mengedipkan mata, membuat Ron tersedak Chocolate Frog-nya.

"Bloody hell," bisik Ron pada Harry. "Apa menurutmu dunia siap dengan dua Hermione?"

Harry menggeleng pelan. "Yang satu jenius buku, yang satu jenius fashion. Hogwarts tidak akan pernah sama lagi."

Sementara kereta melaju menuju Hogwarts, Nicki sibuk merapikan makeupnya sambil membaca "Mantra-Mantra Kecantikan untuk Penyihir Modern" yang dia beli diam-diam. Di sampingnya, Hermione tenggelam dalam buku Arithmancy-nya, sesekali melirik khawatir pada saudarinya.

Nicki Granger siap membawa revolusi fashion ke Hogwarts, dan tidak ada yang bisa menghentikannya - bahkan peraturan sekolah sekalipun.

mean girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang