Sebelumnya perkenalkan namaku Valleta Rafsatya. Kalian bisa panggil Valle atau Leta, umurku baru menginjak usia 18 tahun, aku juga seorang pelajar di SMK Teuku Umar. Di sini aku akan menceritakan seseorang yang membuatku penasaran dengan kehidupannya.
Valleta tersenyum sembari mulai menulis kisahnya di dalam Diary kecil yang sudah terisi penuh oleh beragam cerita yang ia buat. Semua kisahnya dimulai dari pertemuannya dengan seorang lelaki tampan dan baik.
Flashback on
Kini gadis SMK itu tengah menunggu bus untuk bisa mengantarkan nya ke sekolah. Ia tersenyum apa bila ada yang lewat ataupun menyapanya. Ketika bus yang ia tunggu datang Valleta masuk dan mencari tempat untuk bisa ia tempat kan.
Valleta tersenyum ketika melihat ada 1 kursi kosong di belakang, tapi di sana ada satu lelaki yang duduk di dekat jendela tengah terpejam dengan telinga yang ditutupi oleh headset. Valleta mencoba meminta izin untuk duduk disamping laki-laki itu.
Tapi, sepertinya laki-laki itu tak mendengarkan dan akhirnya dengan terpaksa ia duduk di samping laki-laki itu tanpa dapat izin. Lagian bangku yang kosong hanya tinggal ini saja, jika ia berdiri akan sangat melelahkan.
Disetiap perjalanan ia terus menoleh kesamping dan menatap Laki-laki itu dengan takjub. Kalau dilihat-lihat seperti nya ia tinggi, rahangnya begitu jelas, hidung mancung, bibirnya gak tebal dan gak tipis. Pokoknya Perfect banget. Valleta tersenyum ketika laki-laki itu menyenderkan kepalanya ke jendela.
10 menit berlalu dan akhirnya Valleta sampai di sekolah, ia menatap laki-laki itu kembali dan tersenyum sembari berkata. "Terimakasih Mas."
Setelahnya Valleta turun dari bus ia terus menoleh menatap bus itu yang sudah mulai melaju, laki-laki tadi berhasil membuatnya penasaran.
"Kalau beneran jodoh pasti ketemu lagi hehe," gumamnya.
Flashback off
Setelah menceritakan apa yang ia alami ke dalam buku Diary, Valleta tertidur dengan buku serta alat tulis lainnya yang berantakan. Malam berganti pagi kini Vale tengah merapikan kamarnya setelah mengerjakan shalat subuh, ia juga sudah rapih dengan seragam sekolah serta membawa tasnya.
Setelah kamarnya rapi, Valleta kaluar dan menuju dapur untuk menyiapkan bekal. Dia tidak sarapan pagi ini tetapi, ia menyiapkan bekal untuk di sekolah. Sekarang sudah jam 06:30 WIB sudah saatnya ia berangkat sekolah.
Kalau kalian bertanya kemana kedua orang tua Valetta, maka jawabannya adalah mereka berdua sudah tidak ada. Kedua orang tua Valleta meninggal sejak usia Vale 14 tahun saat itu ia baru kelas 2 SMP. Ayahnya meninggal terlebih dahulu di karenakan sakit kanker, sedangkan ibunya tidak lama kemudian menyusul karena sakit.
Vale anak sebatang kara sejak saat itu, ia harus menghidupi dirinya sendiri untungnya rumah yang ia tepati saat ini memang benar-benar milik ibunya, jadi ia tidak perlu harus pindah kontrakan maupun harus bayar kontrakan. Ayah Vale pun ternyata sudah menyiapkan uang untuk Vale sendiri, jika di tanya kemana saudara dari ayah ibunya, maka jawabannya mereka semua sengat jauh dari kota yang Vale tepati saat ini.
Vale bekerja paruh waktu di setiap pulang sekolah, ia bekerja sebagai pelayan di suatu cafe dan alhamdulillah uang hasil jerih payahnya sangat cukup untuk ia bertahan hidup.
Kini Vale tengah menunggu bus yang akan mengantarnya sekolah, ketika bus yang ia tunggu datang, Vale berdiri dan ingin masuk. Tapi, tiba-tiba dari belakang bus tersebut ada sebuah motor yang sepertinya jatuh. Vale mengurungkan niatnya untuk naik tanpa sadar kakinya malah melangkah untuk melihat seseorang yang jatuh dari motor itu.
Ada 3 warga yang membantu laki-laki itu, setelah para warga memarkirkan motor si laki-laki tersebut, Vale menyipitkan mata, ia merasa seperti kenal dengan sosok tersebut. Dan bener saja laki-laki ini yang kemarin satu bus sama dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
VALLETA RAFSATYA
Teen FictionTidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada tanda-tanda kecurigaan, tiba-tiba mengatakan bahwa semuanya hanya buatan? Lantas, aku harus percaya sama siapa lagi? Bagaimana caranya aku bisa menggambarkan emosiku? Bagaimana caranya agar mereka tahu ba...