Satu

92 16 7
                                    

tw//verbal sexual abuse—please read with care and prioritize your well-being.

"Selamat datang di Sunda Kelapa Expo, Pak. Perkenalkan, nama saya Binar. Kali ini saya yang akan menemani Bapak selama menjalankan itinerary sesuai jadwal yang sudah ada di dalam ruang exhibition nanti ya, Pak," sapa Binar ramah kepada seorang klien yang baru datang. "Sebelumnya saya izin memastikan... apa benar nama Bapak... Pak Haris dari PT. Jiwa Karya?"

"Betul sekali Mas Binar. Kita langsung ke dalam saja ya, karna sebentar lagi saya mau ada meeting di tempat lain," sambut klien tersebut sambil memeriksa jam dari layar ponselnya.

"Baik Pak, silakan ikuti saya," sahut Binar sembari berjalan sedikit mendahului Pak Haris dan mengarahkannya pada aula utama tempat acara dilaksanakan.

Hari ini, Binar kebetulan mendapat tawaran untuk bekerja sebagai staff acara pameran yang sedang diselenggarakan selama 3 hari. Sesuai penjelasan dalam tawaran tersebut, tugas Binar hanya memandu klien yang telah mendaftar untuk mengunjungi booth-booth sesuai jadwal yang disesuaikan dengan preferensi mereka dan menemani mereka berbincang dengan para supplier yang membuka booth di acara pameran ini. Cukup mudah, pikir Binar begitu. Berbekal pengalamannya bekerja di bidang yang sama beberapa tahun lalu (ketika dirinya masih menjadi mahasiswa), Binar pun tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran tersebut.

"Di situ jadwal pertama saya kemana, Mas?" tanya Pak Haris begitu terpaan angin dingin yang dihasilkan oleh pendingin ruangan super besar yang ada di dalam aula meniup wajah mereka berdua. 

"Pertama kita ke... GreenTech Global Solutions dulu ya, Pak. Mari, di sebelah sini," jawab Binar sopan.

"Kalo nggak salah, di situ juga ada... wise, wise, apa gitu ya? Aduh, saya lupa namanya. Sebentar," kata Pak Haris sambil menyalakan ponsel yang belum sampai lima menit masuk ke kantong celananya itu untuk mengecek jadwal yang dia miliki sendiri di ponselnya.

Binar mengernyitkan alis. Dia pun otomatis juga langsung menelisik urutan booth-booth yang akan dikunjungi oleh klien yang satu ini dengan seksama. Wise, wise... oh!

"NatureWise Innovations maksudnya, Pak?" tanya Binar memastikan.

"Nah! Itu dia," seru Pak Haris, "kita ke sana dulu aja. Saya mau ketemu sama temen saya di sana soalnya," usulnya tiba-tiba.

"Er... tapi berdasarkan itinerary, NatureWise Innovations letaknya di urutan ketiga pukul 12 siang nanti, Pak.... Kita jalan mengikuti jadwal ini ya," balas Binar sambil menyodorkan kertas jadwal perjalanan mereka ke hadapan Pak Haris supaya dia bisa ikut melihat.

"Iya, saya tau. Tapi saya mau ketemu temen saya sebentar dulu ya. Nggak apa-apa kan? Toh, nanti juga setelah itu kita balik lagi ngikutin jadwal," ucap Pak Haris enteng, "atau gini aja Mas. Kamu tuker aja jadwal pertama saya sama yang ketiga. Fair, kan?"

Duh, repot banget ini bapak-bapak. Tinggal ngikutin jadwal apa susahnya sih? Temennya juga nggak bakal pergi kemana-mana orang acaranya masih sampe malem, gerutu Binar kesal.

"Err... kayaknya sih bisa Pak. Jadi kita ke NatureWise dulu ya?" kata Binar pada akhirnya, menyanggupi usulan dari Pak Haris.

"Iya. Ayo, saya harus jalan kemana ini?" tanya Pak Haris tidak sabar. 

Binar membuang napas dengan senyuman terpaksa yang terbit di wajahnya kemudian. Seharusnya bukan begini sih, sistemnya. Tapi karena Binar orangnya malas berkonflik, jadi untuk sekali ini dia toleransi permintaan dari kliennya itu. 

Tidak lama kemudian, sampailah Binar dan Pak Haris di booth pertama mereka. Kalau keduanya mengikuti SOP, seharusnya Binar duluan yang bicara pada pemilik booth itu untuk menjelaskan tentang situasi di mana urutan perjalanan terpaksa ditukar seperti ini. Namun, sesampainya di depan booth, Pak Haris yang mungkin terlalu bersemangat, langsung menerobos masuk sambil berseru memanggil nama temannya yang juga merupakan pemilik booth itu.

Not for Sale [Doshin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang