Bab 9 : Kecemburuan

3 1 0
                                    

(2 Bulan Berlalu)

Malam itu, Handara sulit memejamkan mata. Hatinya gelisah, pikirannya terus berkelana. Setelah beberapa saat membolak-balik tubuh di ranjang, ia memutuskan untuk bangun dan mencari udara segar di luar. Langkahnya tenang menyusuri koridor rumah yang sunyi, membawa dirinya keluar ke halaman. Angin malam yang sejuk menyapu lembut wajahnya, namun tidak cukup untuk meredakan kekhawatirannya. Tanpa sadar, langkahnya terus membawanya menyusuri jalan setapak di pekarangan, hingga ia tiba di dekat rumah kecil yang dijadikan tempat tinggal sementara bagi Nandru.

Saat itu, Handara mendengar sesuatu yang membuatnya terhenti suara tangisan lirih yang datang dari balik jendela rumah kecil itu. Suara itu begitu lembut, hampir seperti bisikan, namun penuh dengan rasa sakit yang terpendam. Handara berdiri di sana, tubuhnya membeku sejenak, sementara hatinya remuk mendengar Nandru menangis. Ia bisa merasakan kesedihan yang merasuk di setiap helaan napas tangis itu, mengingatkannya pada masa ketika ia sendiri harus menghadapi kehilangan yang mendalam. Ketika ayah Nandru tewas dalam kekacauan yang diciptakan para bandit, hidup pemuda itu seakan runtuh, segalanya hancur tanpa tersisa.

Handara menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang ikut merasa sesak. Ia tahu betapa beratnya hidup Nandru kini, berdiri di tengah kehancuran tanpa tahu harus berpegang pada apa. Keinginan untuk melindungi Nandru semakin kuat, membuatnya tidak ingin beranjak dari tempatnya berdiri. Meskipun hanya mampu berdiri diam di luar, Handara berharap kehadirannya, meski tak terlihat, bisa memberikan sedikit rasa nyaman bagi Nandru. Ia tidak mengetuk pintu atau memanggil, hanya berdiri di sana dalam kesunyian malam, mendengarkan dengan hati yang terbuka. Handara tahu, terkadang, kehadiran seseorang meskipun tidak bicara adalah hal yang paling dibutuhkan. Ia memilih untuk melangkah kembali ke kamarnya dengan perasaan bercampur aduk. Tiba-tiba ingatannya melayang pada masa lalu. Saat-saat ketika ia kehilangan istrinya. Perasaan kehilangan yang begitu dalam hingga rasanya seperti tersesat dalam kegelapan. Mendengar tangisan Nandru, seolah membangkitkan luka lama yang sempat mereda. Kesedihan itu muncul kembali, menyelimuti dadanya dengan berat yang sama seperti dulu.

Di kamarnya, Handara duduk di tepi ranjang, menatap ke arah jendela yang terbuka. Bulan bersinar terang, tapi rasanya seperti tak ada cahaya yang bisa menembus kegelapan hatinya. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dicintai dan betapa beratnya harus melanjutkan hidup ketika yang berharga hilang. Malam itu, Handara merasa dirinya kembali dipaksa menghadapi kenangan yang menyakitkan. Suara tangisan Nandru membawa ingatannya kembali ke momen saat ia harus merelakan sosok yang dicintainya pergi, tanpa bisa berbuat apa-apa untuk menahannya.

Di pagi yang masih dingin, Handara mengajak Nandru untuk memberi makanan kepada biksu keliling. Mereka berjalan menyusuri jalanan yang sepi, di mana udara segar dan aroma dedaunan mengisi suasana.

Handara membawa keranjang berisi makanan yang telah disiapkan: nasi, sayur, dan buah-buahan segar. "Hari ini kita akan berbagi kepada biksu yang lewat," ujarnya dengan penuh semangat.

Mereka terus berjalan hingga menemukan seorang biksu yang sedang melangkah perlahan, mengenakan jubah oranye yang mencolok di antara pemandangan pagi yang hijau.

Dengan hormat, Handara menyapa biksu itu. "Selamat pagi. Kami membawa makanan untuk Anda."

Biksu tersebut tersenyum, menerima keranjang dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih. Ini adalah berkah yang sangat berarti."

Setelah menerima keranjang makanan dari Handara, biksu itu memandang Handara dengan tatapan yang dalam. "Kebaikan yang kau tunjukkan kepada pemuda ini," katanya perlahan, "adalah cahaya yang menerangi jalan di dalam kegelapan."

Handara merasa tersentuh, tetapi juga sedikit bingung dengan kata-kata biksu itu. "Terima kasih, Saya hanya ingin membantu," jawabnya, berusaha merespons dengan sederhana.

Tertuju Padamu (BL) Ongoing☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang