'Apa motif dari gadis ini? Apakah dia menggunakan sihir untuk menggerakkan hatiku?'
_______________________________________
Semua bangsawan yang mendengar itu pun mulai berbisik-bisik.
Bisikan-bisikan itu bisa di dengar Elina yang tengah berdiri tanpa berkutik sedikit pun.
''Apakah yang dikatakan Putra Mahkota itu benar?"
"Apakah dia tunangan Putra mahkota?"
"Dari keluarga mana dia berasal?"
"Bagaimana bisa?"
"Sungguh tidak terduga"
Itulah sederetan bisikan yang dapat Elina dengar dari para bangsawan di aula dansa.
Tiba-tiba sebuah tangan memegang pergelangan tangan Elina.
"Apakah yang dikatakan Putra Mahkota itu benar? Apakah anda tunangan Putra Mahkota, Lady Calestian?"
Dapat Elina lihat dari sorot mata Leon. Sorot mata itu seakan menyampaikan sesuatu, seperti kekecewaan, keterkejutan dan.. keputusasaan?.
'Tapi kenapa?'
Leon memegang pergelangan tangan Elina, seakan itu adalah benda berharga yang akan di rebut oleh dunia.
Tanpa di sadari, Reyshaka berjalan mendekati Leon yang masih setia memegang pergelangan tangan Elina. Dan....
BRUKK!!..Reyshaka menendang Leon kearah pinggir yang membuat Leon secara spontan melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Elina.
Leon tampak meringis saat tubuhnya tersungkur ke pinggir karena tendangan Reyshaka yang kuat.
Elina yang melihat kejadian tersebut lantas tercengang dengan aksi berani Reyshaka di tengah meriahnya pesta. Bukan hanya Elina yang tampak tercengang melihat kejadian tersebut, tetapi semua bangsawan yang hadir di sana.
Elina menatap Reyshaka dengan tatapan tidak percaya.
"Yang Mulia, apa yang anda lakukan!?"
Tanpa di sadari, Elina meninggikan nada bicaranya.
Reyshaka yang mendengar nada bicara Elina, lantas menatap tajam sang empu.
"Apakah ini etika bicara anda pada keluarga Kerajaan, Lady Calestian?"
Elina tersentak dan langsung menundukkan kepalanya, merutuki dirinya yang telah lancang meninggikan nada suaranya.
"M-Maaf atas kelancangan saya, Yang Mulia Putra Mahkota"
Ucap Elina dengan nada gugup dan ketakutan.
Mendengar kata 'Maaf' serta nada gugup dan ketakutan Elina, menjadi pemicu gejolak tersendiri di dalam hati Reyshaka. Nada suaranya yang terdengar gugup dan ketakutan bagaikan alunan lagu di telinga Reyshaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will be?
Romancejika asmaraloka kita tak bisa amerta dalam takdir buana. Maka, izinkan aku membuat takdir itu amerta melalui prosa yang tertulis di lembaran kosong nandikara. -Reyshaka Twich George