'Bagaikan mawar merah yang tampak indah, namun kamu harus terluka untuk memetiknya.'
_______________________________________
"Huh??!"
Karena terkejut, Elina cegukan. Lise yang menyadari Elina cegukan pun langsung memberikan segelas air putih padanya.
Elina menerima segelas air itu dan langsung meminumnya sampai tandas.
"Terimakasih, Bu.." Ucap Elina setelah menghabiskan segelas air
Lise tersenyum kearah Elina sambil mengelus punggung putri semata wayangnya.
"Sepertinya, kau sangat terkejut" Terkekeh.
Elina menatap wajah Lise yang tampak cantik meski sudah berumur
'Pantas wajah Elina sangat cantik. Pabriknya saja tidak dapat di ragukan."
Sindirnya dalam hati."Putriku, Maafkan ayah karena telah menyeret mu masuk ke dalam dunia politik. Ayah telah menyetujui perjodohan ini tanpa memberitahu kepadamu, selaku pihak yang memutuskan untuk menerima atau tidak nya perjodohan ini. Ayah sungguh meminta maaf padamu, Putriku."
Elina yang mendengar penuturan Gema dengan nada menyesal pun hanya bisa menghela nafas berat.
Sejujurnya Elina tampak ragu, tapi ia kembali sadar bahwa ini hanyalah cerita novel. Dia berencana mengikuti alur cerita novel tanpa merusak sedikitpun cerita di dalamnya.
Dengan tekad yang membara-bara, Elina mengepalkan kedua telapak tangannya seakan-akan membawa bendera kelurusan yang mengartikan bahwa dia tidak akan berbelok dari niat awalnya.
"Kamu akan datang ke pesta dansa Kerajaan George untuk mewakili keluarga Calestian. Apakah kamu sanggup, sayang?"
Suara lembut itu berasal dari Lise.Tekad yang semula membara-bara kini tiba-tiba menciut. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, kini Elina menatap sang ibu dengan wajah memelas.
"Kamu harus hadir di pesta tersebut, sayangku. Karena kamu adalah satu-satunya Putri dari Keluarga Calestian. Kamu harus membiasakan diri untuk bersosialisasi dengan para bangsawan kelas atas. Masa depan Keluarga Calestian ada di tanganmu"
Elina yang mendengar penuturan dari sang ibu pun merasa bahwa hatinya terasa sesak dan ada sedikit keraguan.
Elina tidak akan pernah menolak jika itu menyangkut soal pesta, karena setiap pesta pasti akan menyediakan berbagai aneka makanan yang membuat dia betah berlama-lama di acara pesta. Apa lagi yang menggelar pesta tersebut adalah Keluarga Kerajaan. Tapi yang menjadi masalahnya adalah, dia tidak bisa berdansa! Ya, kalian tidak salah dengar. Elina tidak bisa berdansa!
Dengan ragu, Elina berhasil mengucapkan beberapa kata.
"y-ya Bu, Elina akan datang ke pesta tersebut"
Gema dan Lise yang mendengar Elina menyetujuinya pun langsung tersenyum cerah.
"Kalau begitu bersiaplah, Putriku. Kereta kuda yang akan kau tumpangi hampir selesai di periksa keamanannya."
"Pakailah gaun yang ada di atas tempat tidurmu. Para pelayan akan membantumu bersiap."
Elina menatap Gema dan Lise dengan heran.
"Kenapa terburu-buru? bukankah pestanya dilaksanakan beberapa minggu lagi?"
Lise yang mendengar penuturan sang anak pun terkekeh.
"Apa kamu sakit, Sayangku? pestanya malam ini"
*_____________________________________*
Gadis cantik dengan balutan gaun berwarna biru bergradasi putih, melambangkan kesucian. Rambut pirang sang gadis yang dibiarkan tergerai untuk menutupi punggungnya. Jepit mawar putih yang di letakkan di surai lembut sang gadis. Make-up tipis yang melekat di wajahnya, menambahkan kesan kecantikannya.
Elina, gadis yang tampak memukau itu kini tengah berjalan mendekati kereta kuda.
"Nona.. Biarkan aku membantumu"
Ucap sang kusir sambil mengulurkan tangannya.
Elina menerima uluran tangan dari sang kusir sambil tersenyum.
"Terimakasih"
Ucap Elina dengan lembut sambil menaiki tangga dan masuk ke dalam kereta kuda.
.
.
.Selama perjalanan, Fikiran Elina terus berkelana.
'ini bab keberapa ya? kapan pemeran pertama wanita akan muncul? kayaknya, aku bakal sedikit keluar dari alur. Aku tidak akan berusaha membuat putra mahkota mencintaiku, karena itu semua sia-sia. Di dalam cerita asli novel, Elina berusaha keras memenangkan hati sang Putra Mahkota. Tapi semuanya sia-sia karena Putra mahkota lebih memilih wanita pedagang buket bunga yang merupakan pemeran pertama wanita. Aku akan berusaha menghindari sang Putra Mahkota dan membuat jalan ceritaku sendiri, tanpa memisahkan pemeran pertama pria dan pemeran utama wanita."
Saking banyaknya fikiran, Elina tidak menyadari bahwa kereta kudanya telah sampai di halaman sebuah kerajaan yang kokoh. Dengan gemerlap lampu yang menerangi seisi kerajaan. Elina dengan jelas, bisa melihat keindahan kerajaan tersebut.
Elina turun dari kereta kuda nya dan hendak berjalan menuju aula dansa.
Akan tetapi, netra cantiknya menangkap sesosok pria yang sedang berdiri di tengah-tengah ribuan mawar merah, yang tidak jauh dari lokasi Elina berdiri.
'Siapa itu? Seorang Bangsawan? kenapa dia berdiri di sana? Apakah ada hal yang spesial dari bunga mawar itu?'
Rentetan pertanyaan terus berkecamuk di benak Elina. Ia terus memperhatikan sosok pria itu. Samar-samar ia dapat mendengar suara yang tampak lembut tapi mengandung makna tertentu.
*' Bagaikan mawar merah yang tampak indah, namun kamu harus terluka untuk memetiknya. Durinya yang tajam, tidak akan segan-segan melukai tanganmu. Begitu pun dengan politik. Sebesar apapun kau menolak, sekaras apapun kau mencoba menghindar. Kau tidak akan pernah berhasil. Haruskah aku membunuh Raja? Aku muak dengan semua yang beliau perintahkan. Pernikahan? Pernikahan bodoh apa lagi yang akan beliau ajukan padaku?! perlahan tapi pasti, Aku akan mengambil kekuasaannya. Aku akan melewati semua rintangan duri tersebut dan memetik mawar dengan tanganku sendiri. Ya, dengan tangan ku sendiri.'*
Ucap pria tersebut sambil meremas satu tangkai mawar merah dan membuat telapak tangannya berdarah karena terkena tusukan duri dari tangkai mawar merah tersebut.
Bukannya merasa sakit atau mengeluh. Tapi justru pria tersebut menyeringai lebar, bagaikan iblis yang menemukan tujuannya.
TBC
MAAF YAA KALO ADA YANG TYPO😓 AYO JAN MALAS NGE-VOTE💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Will be?
Romantizmjika asmaraloka kita tak bisa amerta dalam takdir buana. Maka, izinkan aku membuat takdir itu amerta melalui prosa yang tertulis di lembaran kosong nandikara. -Reyshaka Twich George