Pagi harinya Chanyeol menuntun putranya turun untuk sarapan, di pundaknya ada tas milik Renjun karena pagi ini putranya akan kembali ikut ke sekolah milik keluarga iparnya tersebut.Lebamnya masih sangat keliatan walaupun sudah tidak separah kemarin.
Pagi ini Chanyeol sendiri yang turun tangan menyiapkan putra manisnya tersebut.
"Selamat pagi" ujar Chanyeol sembari menggandeng tangan Renjun.
"Waahh Injun hyung sudah siap ya, mau sekolah lagi" ujar Chenle tadi dia sengaja tukar tempat duduk dengan Jisung tadi.
"Kolah le" ujarnya sembari tersenyum.
"Eehh dahinya lebam ya" ujar Jaemin yang baru menyadari ada lebam kebiruan di kening Renjun.
"Ketinggalan kejadian legend, siapa suruh kabur" sindir Mark sembari menyantap makanannya.
"Mark chenle sama Jisung papa tambah uang jajan kalian ya nanti minta mama atau mau papa transfer aja" ujar Chanyeol menatap ketiga putranya.
"Transfer aja pa tambahannya, kita pegang uang saku biasanya aja yang cash" Mark menatap kedua adiknya yang mengangguk setuju.
"Kok cuma mereka sih pa" ujar Haechan yang tidak terima mereka bertiga mendapat uang tambahan.
"Kalian bertiga mau juga?" Tanyanya membuat Haechan mengangguk semangat.
"Oke uang saku kalian hari ini papa potong, siapa suruh kabur dari tanggung jawab, kan udah sepakat kemarin malah kabur" Chanyeol rasanya ingin tertawa melihat raut masam ketiga putranya.
"Injun makan yang banyak ya sayang" Chanyeol mengusap kepala putranya manisnya yang sangat lahap memakan sarapannya yang memang sepertinya khusus di buat oleh istrinya.
"Kalau udah selesai langsung berangkat nanti kesiangan kalian" Chanyeol menatap ke enam putranya yang hanya mengangguk patuh dan mulai meninggalkan meja makan.
Setelah Renjun selesai makan, Chanyeol mengandeng putranya keluar bersama Wendy yang kini membawa tas putranya tersebut.
Namun baru saja mereka membuka pintu mereka justru terkejut melihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu sekarang.
"Pagi kesayangan om" Reno langsung tersenyum cerah saat melihat Renjun yang keluar sedangkan Chanyeol justru langsung berwajah masam.
"Ayo sama om" baru saja Reno hendak meraih tangan Renjun namun Chanyeol langsung menggeplak tangan itu.
"Najis nyentuh putraku" ujarnya membuat Reno hanya mendengus mendengarnya.
"Lagian kok bisa sih duda gak laku ini yang jemput, mending aku anterin sendiri aja, ayo sayang" ujar Chanyeol.
"Eehhh gak bisa gitu dong, kita sudah besti ya Jun, nanti Yoona ngamuk nya ke gue tiang ayo lah" Reno menghalangi langkah Chanyeol yang hendak menuntun Renjun.
Wendy sendiri langsung menyerahkan tas putranya pada Reno.
"Titip ya Reno, jangan dengarkan orang ini" ujar Wendy saat melihat Renjun yang sudah menggandeng tangan Reno.
"Om kolah" ujar Renjun saat melihat Reno yang masih adu tatap dengan papanya.
"Iya ayo sekolah sayang" Reno memberikan senyum mengejeknya saat melihat Chanyeol yang sudah berwajah masam.
"Sayang itu Renjun di bawa duda gak laku itu loh yang" ujar Chanyeol dengan memelas sedangkan Wendy sudah tidak perduli dengan drama suaminya dan lebih memilih masuk, pagi ini dia harus pergi ke butik.
Chanyeol yang di tinggalkan sendiri hanya mendengus pelan dan mulai memasuki mobilnya saat sang supir sudah menunggu.
Di perjalanan Renjun tampak anteng melihat keluar jendela di mana juga banyak anak anak sekolah yang berangkat, kebetulan hari ini hari senin, nanti juga di sekolahnya pasti upacara.
"Itu kepalanya kenapa, kok lebam sih" Reno menyingkirkan rambut Renjun saat melihat lebam di kening anak itu.
"Jun atuh om, cakit" ujarnya membuat Reno sedikit tersenyum.
"Nanti om belikan ice cream ya, Injun udah jadi anak pintar, mau main sama om gak nanti ikut om pulang, di sana ada mpus loh ada dua" ujar Reno, biarlah Chanyeol tantrum anaknya dia bawa pulang.
"Mpus, Jun mau" Renjun langsung menatap omnya dengan berbinar.
"Kalau gitu hari ini Injun harus jadi anak pintar oke" ujar Reno.
"Oke"
"Anak semanis ini malah ketemu nenek lampir" ujarnya pelan melihat bagaimana mata berbinar itu terus terlihat senang menatap keluar jendela.
Sesampainya di sekolah miliknya suasana sudah sangat ramai dan sepertinya mereka tengah persiapan untuk upacara.
Reno sendiri menggandeng tangan Renjun turun dan berjalan menuju ruangannya, mereka tidak akan ikut upacara karena gak mungkin Reno meninggalkan Renjun.
Selama upacara berlangsung Renjun hanya terdiam menatap dari jendela bagaimana mereka melakukan upacara di lapangan.
"Om" ujarnya, kenapa dia tidak ikut berkumpul di sana.
"Panas sayang om gak mau Injun kecapean, di sini aja ya, liat om punya susu buat Injun" Reno mengeluarkan susu kotak rasa coklat dan strawberry dari dalam tas nya.
Renjun sendiri langsung menerima susu kotak tersebut dengan di bantu om nya itu tadi.
Setelah di rasa upacara selesai, Reno mulai membawa Renjun ke kelas tempatnya mengajar hari ini.
"Selamat pagi Injun"
"Pagi bu gulu" ujar Renjun sembari tersenyum.
"Lucu banget sih, mau ikut om ya" ujarnya.
Memang beberapa guru yang mengajar sudah mengenal Renjun saat Reno membawa Renjun berkeliling waktu itu.
Renjun sendiri hanya mengangguk dengan semangat.
Sedari tadi Haechan sudah menggerutu tidak jelas, rasanya dia mendapatkan karma karena kemarin kabur.
Pagi tadi motor Jeno tiba tiba mogok membuat mereka terpaksa mendorong tidak lebih tepatnya Haechan hang pindah ke motor Jaemin sedangkan Jeno tetap menaiki motornya dengan jaemin yang mendorong dengan kakinya.
"Lain kali ogah ngikutin saran nih anak, yang ada apes kita" ujar Jaemin.
Jeno sendiri hanya diam mendengar gerutuan dari kedua saudaranya itu.
"Motornya udah di bengkel" ujar Mark yang baru datang dengan Lucas di belakangnya.
"Mangkanya jadi anak tuh yang nurut, entar pulangnya tungguin hyung" ujarnya, Mark sebenarnya ingin tertawa tapi juga kasian melihat ketiga adiknya tersebut.
Namun Mark langsung mengernyit bingung saat Jeno justru mengadahkan tangannya.
"Bayarin biaya bengkelnya hyung" ujarnya pelan.
"Iya hyung yang bayar, udah bentar lagi hyung ada kelas" Mark langsung meninggalkan mereka bertiga, sedangkan Lucas sudah tertawa tadi mendengar cerita dari Mark saat Jeno menghubungi nya.
"Injun duduk sini ya, ini bukunya om keluarin hm" Reno sempat mengusak rambut Renjun sebelum dirinya mulai menerangkan pelajaran nya.
Sekarang Renjun berada di kelas dua belas bersama omnya.
"Om" panggilnya membuat Reno yang tengah menerangkan langsung terhenti dan menghampiri keponakannya.
"Pensilnya patah ya, bentar hm, kalian ada yang bawa rautan ga" Reno menatap semua muridnya hingga salah satu murid perempuan mengangkat tangannya.
Setelah selesai Reno menyerahkan pensil itu kembali pada Renjun.
Renjun sangat fokus belajar menulis huruf huruf dengan benar sambil sesekali mengejanya jangan lupakan susu kotak yang juga dia bawa, bahkan semua murid sepertinya tidak fokus dengan Reno malah fokus dengan Renjun yang tampak sangat serius kali ini.
Sebenarnya mereka semua bahkan sepertinya seluruh orang yang ada di sekolah ini penasaran dengan Renjun tapi yang mendapat giliran pertama kali bukan kelas mereka.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...