Bab 1

368 5 0
                                    

Ibu,..

Jika ku ingat nama ibu, beliau adalah sosok yang sangat aku kagumi dan contoh teladan bagiku. Seperti matahari yang menyinari bumi di pagi hari, begitu hangatnya perhatianmu pada anakmu. Bagiku ibu adalah pelengkap keindahan duniawi, karena dia satu-satunya orang yang merawatku, menjagaku sampai seperti ini. Tanpanya dunia yang begitu indah ini akan terasa hampa tanpamu ibu.

Aminah, dia adalah ibuku satu-satunya orang tuaku berusia 43 tahun seorang single parents. Ibu menurut pandanganku sebagai seorang lelaki, beliau bertubuh montok dengan payudaranya ukuran 36b atau mungkin lebih karena saking besarnya, lebar pinggulnya aku perkirakan sekitar 50 cm benar-benar bahenol. Jika ibuku berjalan, kulihat pantatnya sampai bergetar juga payudaranya pun sampai ikut berguncang, padahal beliau pake bh yang ukuran payudaranya, tapi karena saking besarnya payudara ibu pernah kulihat bhnya tak muat menampung payudara ibuku yang montok. Siapapun yang melihat pinggul ibuku juga payudaranya saya menjamin langsung ereksi penis bapak-bapak tua maupun anak muda karena pesona ibuku yang kelewat batas auranya.

Sudah lebih 10 tahun ibuku menjanda, banyak bapak tua bahkan bujangan ingin menikahi ibuku. Tapi ibu selalu menolaknya karena ibu selalu teringat mendiang suaminya yang sudah meninggal dunia. Selain itu ibu ingin fokus mengurus aku yang sebenarnya aku sendiri sudah dewasa.

Sungguh alasan yang menurutku aneh, padahal aku sudah berusia 23 tahun tapi perhatian ibu padaku sungguh luar biasa. Pernah aku tanyakan kepada ibu kenapa tak mau menikah lagi? Alasannya ibu takut meninggalkan diriku dan pasti akan ikut suaminya kemanapun suaminya pergi, sedangkan ibu tak mau jauh dariku. Kedua, ibu masih bisa mencari uang dan dia bilang ada aku yang melindungi dirinya. Jadi ibu sama sekali tak ingin menikah lagi apapun yang akan terjadi.

Aku dan ibu tinggal di dekat gunung salak, tempat para pendaki yang ingin menikmati keindahan alam yang luar biasa pesonanya. Ditempat inilah saya bersama ibu hidup dari membuka warung kecil-kecilan. Warung yang terbuat dari papan kayu peninggalan almarhum ayahku dulu, kami teruskan dengan penuh kesabaran. Selama aku ada bersama ibu takkan ada yang berani macam-macam sama ibuku, karena aku sendiri berperawakan tinggi dan kekar seperti binaragawan, mungkin karena aku seorang pekerja keras, senang berolahraga dan pernah belajar ilmu beladiri.

Kehidupan kami sederhana tak bergelimang harta, aku dan ibu hidup dari berjualan makanan dan minuman yang biasa dijual warung-warung kecil. Selain itu diwaktu senggang aku suka pergi ke gunung memasang perangkap burung, lalu aku jual ke pasar dengan harga yang lumayan mahal. Uangnya aku belanjakan di pasar untuk memenuhi yang ada di warung, ibuku sangat senang melihat sifatku yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga.

Ibu sebenarnya tak mau jauh dariku, selain khawatir denganku, ibu juga takut ditinggal sendiri di warung. Hidup 23 tahun bersama ibu berdua bukankah waktu yang sebentar, dengan tubuh ibu yang serba besar seperti tubuh, payudara dan pantatnya yang bahenol ingin rasanya aku dudukan ibu dilahunanku sambil aku masukkan kontolku kedalam lobang pantatnya. Aku selalu berpikiran jorok jika melihat atau berdekatan dengan ibu, ingin sekali kurasakan seluruh tubuhnya kehangatannya, bau vaginanya, rasanya, semuanya ingin aku miliki ibuku seutuhnya. Untuk itulah aku suka cemburu jika ada pria lain yang mencoba mendekati ibuku. Pernah aku ungkapkan kepada ibu rasa cemburuku padanya, tapi ibu meyakinkanku bahwa takkan ada pria lain yang dapat menggantikan posisi almarhum suaminya dihatinya.

Aku pernah merayunya, "lalu apakah aku bisa menggantikan posisi ayah di hari ibu?"

Ibuku berkata, "arga, kamu satu-satunya lelaki yang menggantikan tanggung jawab ayahmu, merawat ibu, menjaga ibu, memperhatikan ibu dan ibu sangat menyayangimu.."

Aku hanya tersenyum kepada ibuku, lalu aku pegang tangannya dengan penuh rasa hormat aku cium tangannya dengan lembut.

Sebenarnya aku juga ingin bilang kepada ibu tentang perasaanku padanya, tapi hanya bisa didalam hati, "lalu apakah aku boleh menggantikan ayah menikmati tubuh ibu? payudara ibu juga memekmu Bu?" Tapi aku pendam dalam hati karena aku yakin ibu pasti akan marah kepadaku.

Ditempat ini aku dikenal berani, karena pernah melawan 4 orang yang mengacau ditempat ini. Tapi dengan warga sekitar aku orang yang ramah dan selalu menolong tetangga yang membutuhkan. Tidak pernah sekalipun saya mengganggu warga sekitar dan aku pun diangkat sebagai ketua keamanan di jalur ini pun bukan atas kemauanku sendiri, tapi hasil musyawarah para warga sekitar yang berjualan.

Selama tidak menyangkut harga diri keluarga aku dikenal ramah, tapi jika ada yang macam-macam sama ibuku mereka sudah tahu apa ganjarannya. Orang-orang disini respek terhadap masalah tetangganya, tapi bersikap biasa saja jika itu masalah pribadi.

***

Dengan Ibu Kandung (Inc_st Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang