"Yaa udah.. kalo kamu pengen peluk ibu peluk sekarang. Kamu aneh-aneh aja mintanya sayang ibu tegang ini?!"
"Saking sayangnya Arga sama ibu, membuat Arga ingin mengungkapkannya dengan cara Arga sendiri bu.. jadi boleh nih Arga peluk ibu?"
"Iyaa sayang, ayoo cepetan peluk ibu sebelum ibu berubah pikiran lho.." kata ibu menantang lalu tersenyum.
Aku berdiri lalu ku peluk ibu dari depan sehingga tubuhku merapat dengan ibu, tinggi ibu hanya 160 sedangkan aku 170 membuat aku bisa mencium keningnya dengan lembut. Ketika ku peluk, kepala ibu aku elus-elus lembut sebagai tanda rasa kasih sayangku kepadanya. Wangi shampo urang-aring dan kulit tubuhnya yang terasa segar mengeluarkan semerbak wangi sabun Lux bunga sakura membuat aku sangat bergairah.
Kontolku sepertinya menekan memek ibuku yang sembunyi dibalik handuknya yang tebal, ibuku merasakannya atau tidak, soalnya ibu hanya diam saja yang ku dengar hanya hembusan nafasnya saja yang terasa semakin berat. Tubuhnya yang pertama kali kupeluk terasa dingin karena sehabis mandi, kini suhu tubuhnya terasa hangat kurasakan. Karena merasa nyaman memeluk ibu uang wangi dan hangat, secara reflek aku mencium pundak dan lehernya "Aaahhh...!" Terdengar suara desahan ibuku keluar dari mulutnya. Tak ada larangan dari sikapnya atau melalui mulutnya, yang ada ibu malah diam seakan membiarkanku melakukannya.
Ketika ku ciumi pundak dan lehernya, ibu semakin memelukku erat seakan tak mau dilepaskan. Aroma tubuhnya yang begitu segar semakin menaikkan libido seksualku. Aku berkata lirih kepada ibu sambil menciumi lehernya, "wangi sekali tubuhmu bu... Arga suka... Ohhh ibuku sayang..." Kutekan punggungnya kearahku sehingga payudaranya yang besar menekan dadaku.
Sebenarnya aku sangat sange sekali, tapi aku tak mau berbuat nekat kepada ibu, aku takut nanti ibu membenciku. Benar saja, ketika kujulurkan lidahku menjilati lehernya, ibu sedikit menjauh. Untuk saat ini biarlah aku hanya memeluk tubuhnya saja. Setelah ku peluk ibu kucium keningnya, tiba-tiba tubuhnya langsung melemah dan aku mendengar ibu menarik nafas dalam ketika bibirku mendarat di keningnya. Mulut ibu terlihat menganga sambil memandangku kaku dengan mata yang sayu dan pipinya yang memerah entah karena malu, sange atau gugup, masih menjadi misteri.
Tanganku memegang kedua pundaknya yang terasa lembut di telapak tanganku. aku berkata kepada ibuku, "makasih ya Bu, Arga tahu ibu sangat menyayangiku. Maaf tadi Arga cium kening ibu, menjilat leher ibu... abisnya Arga sayang banget sama ibu."
"Ibu juga sangat menyayangi kamu Arga, kamu bikin ibu deg-degan tadi ihh.. tapi gpp ibu gak merasa risih kok.. ya sudah ibu mau ke kamar dulu yaa udaranya dingin banget.."
"Gak sekalian Arga temenin ibu?"
"Nggak ahh.. takut nanti kening ibu dicium lagi.. hihihi..."
Ibu lalu pergi masuk kedalam kamarnya sambil ku perhatikan goyangan pantatnya yang bahenol, awas saja, Nanti pantat itu akan aku siksa dengan kontolku suatu hari nanti. Kontolku sebenarnya tegang banget tadi pas meluk ibu, apalagi ketika aku menciumi pundak dan lehernya disertai jilatan kecil ibu membiarkanku. Tapi untungnya ibu diam saja tak melarangku, ibu pergi dengan pipinya yang memerah sambil meninggalkan senyuman untukku. Mudah-mudahan saja ini pertanda awal aku akan mendapatkan kepercayaan untuk menikmati tubuh ibuku. Ya?! Mudah-mudahan saja.
Paginya aku seperti biasa membuka warung dan ibu menggoreng macam-macam gorengan, adonannya sudah ibu buat setiap sore, sehingga malamnya tinggal istirahat saja. Sikap ibu kepadaku terasa hangat, obrolanku dengannya semakin kemasalah privasi dan perasaan pribadi masing-masing. Aku merasa senang karena ibuku tidak kaku berhadapan denganku, terlihat biasa saja tidak mempermasalahkan kejadian semalam.
Malam kedua, sejak aku memeluknya tadi malam, aku meminta pada ibuku untuk memeluk tubuhnya lagi tentunya sehabis ibu mandi dan hanya memakai handuk. Kali ini pelukanku agak lama sambil mengelus punggungnya. Rambutnya yang basah dan tubuhnya yang wangi sabun membuatku ingin sekali mengajak ibuku bersetubuh, kontolku sudah uring-uringan ingin masuk kedalam tubuh ibuku. Tapi aku sebisa mungkin berusaha mengontrol nafsuku yang membuat dadaku terasa sesak.
Ku cium lagi keningnya ibu, lagi-lagi ibu menarik nafasnya dan kurasakan ada desahan kecil yang keluar dari mulut ibu. Bulu tangannya sampai bergidik ketika aku cium keningnya, tapi ibu tidak berusaha menghindar atau melawan, dirinya hanya diam dengan pipinya yang berubah warna dari putih menjadi agak kemerahan.
Selama seminggu itu aku maraton semakin sering memeluk ibu, dan mencium keningnya, menciumi pundaknya juga lehernya. Sehingga kegiatan rutinku itu kepada ibu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan. Pernah aku sengaja sehari dimalam hari sehabis ibu mandi tidak aku peluk, dan tidak menunggunya ditengah rumah. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka ibu, ku lihat ibu menghampiriku dengan masih memakai handuknya ibu duduk di ranjangku. Aku pun duduk di tengah kasur, karena aku merasa tidak sopan jika ibuku duduk dipinggir ranjang sedangkan aku tiduran.
Baru saja aku duduk, ibuku berkata, "Sehabis ibu mandi... ibu lihat tak ada kamu di ruang tengah... Kok tumben kamu tidak nungguin ibu sayang? Gak meluk ibu lagi? Kamu udah bosan sama ibu?" Kata ibu sambil memegang tanganku. Ku rasakan telapak tangannya begitu dingin, mungkin karena ibu baru saja mandi.
"Sebenarnya Arga ingin selalu memeluk ibu setiap hari, karena rasa sayangku pada ibu... tapi Arga takut ibu merasa risih dan marah sama Arga Bu... Alasan lainnya Arga ingin tahu apakah ibu membutuhkan Arga atau tidak? Makanya Arga nungguin ibu disini... Maafkan Arga yaa Bu?! Arga sayang ibu.." ku mendekatinya kupegang tangannya lalu aku cium.
"Kamu tega banget sama ibu Arga, padahal ibu ingin sekali dipeluk kamu. Pas ibu lagi ingin disayang-sayangnya kamu malah ninggalin ibu pergi ke kamar... Ibu udah mandi sampai dua kali di sabun agar tubuh ibu wangi dan kamu pun betah berlama-lama memeluk ibu" mata ibu berkaca-kaca seperti meminta belas kasihan, mungkin juga ibu merasa sedikit kecewa karena sudah membersihkan tubuhnya tapi aku tak lagi memeluknya.
"Jadi ibu gak merasa risih dipeluk Arga Bu? Gak marah?" Kataku mulai tersenyum bahagia.
"Kalo ibu marah, kesal, risih... kamu pasti tahu dong gelagat ibu bagaimana..? Tapi nyatanya ibu diam kan? Tak melarang kamu?" Ibu meyakinkan aku bahwa dirinya sama sekali tidak masalah dipeluk olehku.
Karena merasa mendapat ijin aku pun duduk dipinggir ranjang sama seperti posisi ibuku yang sedang duduk, lalu aku pun memeluk ibu di samping ranjangku, tercium dari tubuhnya harum wangi sabun yang ini pakai membuatku merasa nyaman dan mengundang nafsu birahiku. Hidungku aku tempelkan ke kulit lehernya, lalu aku hirup sekuat-kuatnya sehingga membuat ibuku tegang, terlihat dari urat lehernya yang menegang dengan bulu di sekitar lehernya yang ikut berdiri, "seperti biasanya tubuh ibu wangi sabun, Arga suka wanginya Bu.." kataku berbisik sambil menciumi lehernya sampai ke pundak.
Bersambung di Karya Karsa, link ada di komentar :
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Ibu Kandung (Inc_st Warning)
Teen FictionAminah, dia adalah ibuku satu-satunya orang tuaku berusia 43 tahun seorang single parents. Ibu menurut pandanganku sebagai seorang lelaki, beliau bertubuh montok dengan payudaranya ukuran 36b atau mungkin lebih karena saking besarnya, lebar pingguln...