Bab 2

299 3 0
                                    

Aku sangat menyayangi ibuku, perasaan ibu pun malah melebihi kasih sayangku karena beliaulah yang mengandung, melahirkanku, menyusuiku dan merawatku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sering aku tiduran di pangkuannya jika warung sudah tutup sambil tangan ibu mengusap-usap kepalaku mengusap pipiku. Ketika tiduran di lahunan nya sambil menghadap perut ibu, sekilas aku mencium wangi sabun sirih yang berasal dari memeknya ibuku. Membuat aku betah berlama-lama tiduran di lahunan nya. Ibu entah menyadari atau tidak perbuatanku juga sikapku kepadanya, tapi ibu masih mengelus kepalaku dengan penuh perasaan sayang. Ibu tidak menyadari bahwa aku sangat sange kepadanya, ingin sekali aku jilati memeknya, ku hisap klentitnya ku hamili dirinya. Tapi khayalan hanyalah tinggal khayalan semata, takkan mungkin jadi kenyataan. Karena tak mungkin seorang ibu mau disetubuhi oleh anaknya sendiri jika bukan karena saling suka sama suka, atau memang sangat beruntung untuk menyetubuhinya.

Ditempat ini banyak pendaki yang istirahat numpang minum kopi dan nyeduh mie instan. Aku sering membantu ibu melayani para pendaki dan tak jarang kami sering diberi oleh-oleh dari mereka. Aku dan ibu sangat bersyukur, walau hidup serba sederhana tapi kami merasa cukup dengan keadaan hidup yang seperti ini.

Ibu pernah berkata kepadaku disela-sela kesibukan melayani pengunjung, dia duduk di sampingku, "Selama bersama kamu Arga, ibu merasakan hidup ini begitu bermakna. Kamu satu-satunya orang yang membuat ibu semangat untuk hidup, menikmati kehidupan yang sederhana bersama orang yang disayangi membuat ibu merasa bahagia.." ibu melirik sambil tersenyum, senyumannya ibu membuatku membalas senyumannya. Tingkah ibu kepadaku selalu membuat kontolku berontak, ingin sekali kumasukkan lidahku kedalam mulutnya juga kontolku kedalam memeknya. Pasti nikmat sekali jika aku sampai bisa menyetubuhinya, menyatukan dua kelamin antara anak dan ibu kandung hingga spermaku membaur dengan cairan didalam tubuhnya, bahkan sampai bisa membuat ibuku mengandung anakku. Sungguh aku mengharapkan ibu menjadi istriku, tak ada wanita lain yang bisa menggantikan pesona ibu didalam hatiku.

Meskipun ibu tak secantik wanita-wanita yang ada di kota, tapi sensasinya itu yang membuatku tergila-gila padanya. Menindih Nya, menyatukan kelamin, menyatukan mulut, hingga menyatukan sperma dengan sel telurnya sampai mengandung dan melahirkan bayi dari hubungan anak dan ibu. Sungguh niatku, harapanku ini begitu mulia karena selain melanjutkan keturunan dari ayah, tentunya aku akan menjaga ibuku dan akan selalu bersamanya melindunginya.

Sejujurnya aku sangat mencintai ibuku, ingin sekali aku menjadi suaminya, tapi aku tak berani mengungkapkannya. Tak mungkin seorang anak menjadi suami bagi ibunya sendiri, aku paham itu. Tapi perasaan ini tak bisa aku membohongi diriku sendiri untuk memiliki ibu seutuhnya. Seperti halnya lelaki lain yang tertarik dengan pesona ibu, aku pun malah lebih tersiksa hidup serumah dengan ibu, melihat tubuhnya itu yang membuatku ingin sekali mencicipi tubuhnya meskipun hanya sebentar saja.

Seperti biasa setelah jam 10 malam warung kami tutup, ku lihat ibuku habis mandi dan melewatiku dalam keadaan memakai handuk mau masuk ke kamar. Tubuhnya yang terlihat segar sehabis mandi, rambutnya yang panjang terurai basah, payudaranya yang menyembul ke atas juga pantatnya yang bahenol membuatku terpesona melihatnya.

Ketika melewatiku ibu tersenyum kepadaku dan berkata, "Arga, kamu kok liatin ibu kayak gitu sih.. ibu malu loh diliatin kamu..." kata ibu sambil menyilangkan tangan kanannya menutupi payudaranya yang montok menyembul.

"Wajar dong Bu, Arga liatin ibu. Habis Nya aku mempunyai seorang ibu yang selain cantik dan penyayang, tubuh ibu itu enak dilihatnya bahenol banget Arga suka. Lelaki mana coba bu yang tak ingin memiliki ibu?, Arga juga ingin memiliki ibu" Kataku sambil tersenyum.

Ibuku bukannya melangkah kedalam kamar malah melangkah ke arahku dan sekarang tepat di depanku berdiri sosok tubuh ibuku yang berbalut handuk putih. Wangi harum sabun Lux dari tubuhnya, sebenarnya membuatku ingin menerkam ibuku tapi aku tahan sebisa mungkin.

"Arga, setiap ibu pasti menyayangi anaknya, apalagi kamu putra ibu satu-satunya yang ibu punya, kasih sayang ibu tercurahkan semuanya untuk kamu nak...emang ibu masih seksi ya sayang?" Kata ibu yang kini menurunkan tangannya dan menempatkannya disamping, ibu sepertinya ingin meminta pendapatku tentang tubuhnya itu.

"Tentu Bu, ibu dimata Arga adalah wanita yang benar-benar sempurna. Kalaulah ibu bukan ibuku tentu ibu akan aku nikahi Bu.." kataku dengan penuh semangat mengatakannya.

Ibu hanya terdiam dan berekspresi cemberut manja seperti gadis Jepang yang terlihat imut dan menggemaskan. Sikapnya itu membuat kontolku dibalik celanaku ngaceng hebat, jika saja akal sehatku dikalahkan nafsuku sudah pasti aku masukkan seluruh batang kontolku masuk kedalam memeknya yang sedang bersembunyi dibalik handuknya itu.

"Arga, kamu mah bikin ibu kesel ihh... Masa kalau ibu bukan ibu kamu... Lagian kamu mau emang menikahi wanita tua seperti ibu jika ibu bukan ibu kamu?" Ibu menatapku sehingga aku dengannya saling berpandangan.

"Iya tentu saja Bu, Arga akan memperistri ibu kalaulah ibu bukan ibu Arga.... maafkan kata-kata Arga Bu... itu hanya seandainya saja. Bu, boleh Arga peluk ibu? Gemes banget lihat ibu pake handuk, ini Arga memohon sama ibu... Bahagia sekali bila ibu mengizinkannya"

"Tapi ibu belum pake baju Arga, masa dipeluk pas ibu pake handuk. Malu ahh.." ibu menutupi dadanya dengan tangan yang disilangkan.

"Yaahh katanya sayang... padahal Arga bukan orang lain lho Bu.. Arga putra ibu yang ibu sayang kan? Apa ibu takut sama arga?" Kata-kataku membuat ibu menghampiriku, posisi handuknya itu sejengkal diatas lutut. Membuatku ingin sekali mengungkapkan nya lalu mencium memeknya. Pahanya yang besar putih mulus juga pundak dan lehernya yang putih semakin membuat kontolku tak terkendali, tegang setegang-tegangnya!

Dengan Ibu Kandung (Inc_st Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang