'yang benar saja, apakah ia habis dipukuli hingga kepalanya bergeser? atau otaknya sudah tak berfungsi lagi dengan baik?'
mau bagaimana pun isi hati caine. caine tetap saja melakukan hal yang diarahkan oleh jendral. setelah mengatarkan baju ganti jendral ke pemandian, caine segera kembali ke kamar dan membuatkan kasur untuk jendral tidur nantinya.
waktu yang dihabiskan rion untuk mandi cukup lama, bahkan caine saat ini sedang termenung didepan cermin sembari menyisir rambutnya yang panjang. tanpa caine sadari, rion sudah masuk kedalam kamar dan menatap caine yang sedang melamun.
"apa yang sedang kau pikirkan?" suara yang sangat berat secara tiba-tiba masuk kedalam pendengaran caine. dan itu membuat dirinya terkejut.
"astaga, tidak ada jendral aku tidak memikirkan apa pun. apakah kau ingin tidur? apabila iya tidur lah dahulu, aku masih harus merapikan pakaian ku yang baru saja ku cuci"
rion yang mendengarkan hal itu sedikit mengerutkan dahinya.
"bukan kah itu tugas pelayan?"
"iya, tetapi aku ingin melakukan nya sendiri, aku tak ingin pakaian ku disentuh oleh siapa pun" ujar caine sembari masih menyisir rambut nya. jujur rambut nya sangat panjang dan ini sedikit membuat caine risih tetapi mau berbuat apa, ini bukan tubuhnya.
Caine masih sedikit tidak nyaman berbicara dengan 'rion' pada masa ini, karena mau bagaimana pun status mereka saat ini berbeda. dan caine menjalani kehidupan 360° yang sangat berbeda dengan kehidupan nya dimasa depan.
"aku akan menemani mu"
caine tak terlalu menghiraukan perkataan rion. setelah selesai menyisir rambut nya, ia langsung berjalan ke arah tumpukan pakaian yang belum sempat ia sentuh.
"aku dengar kau pingsan setelah jatuh dari kuda, apakah kau tak apa?"
Caine menoleh ke arah rion, ia tersenyum tipis "aku tak apa, jendral aku sudah mengatakan nya beberapa kali disaat perjamuan makan siang, apakah jendral tidak bosan menanyakan hal tersebut berulang-ulang kepada ku?"
mendengar penuturan caine. rion hanya terkekeh pelan, seolah-olah ia merasa bodoh karena terus bertanya hal yang sama.
"aku hanya khawatir"
"bagaimana kabarmu jendral? diriku tadi tak sempat bertanya hal tersebut kepada mu"
"aku baik, hanya saja luka perang ku bertambah lagi" rion hanya menanggapi ucapan caine dengan santai.
saat ini jarak rion dan caine sedikit jauh. caine berada dipojok kamar, sedangkan rion duduk diatas kasur yang sudah disiapkan oleh caine tadi.
"jendral terlihat sangat tampan ketika memakai hanfu" tanpa caine sadari kata-kata tersebut terucap begitu saja dari bibirnya.
'SIAL MAKSUD KU BUKAN BEGITU, TIDAK BUKAN ITU BUKAN AKU ADUH APA BAGAIMANA INI'
setelah menyadari hal itu, caine sedikit panik tetapi ia mencoba terlihat tenang. untung saja kamar ini diterangi oleh lilin yah walaupun ada sinar bulan yang masuk melalui celah-celah jendela. setidaknya wajah panik nya tidak terlalu terlihat jelas oleh rion.
"ya terimakasih, kau juga sangat indah ketika memakai pakaian ini" caine tidak menyangka bahwa rion akan menjawab nya dengan kata-kata tersebut.
tanda tanya terus menerus masuk kedalam pikiran caine. sebenarnya bagaimana hubungan orion hael dan selir laki-laki nya ini?. apa alasan orion hael membawa nya kesini. sial bahkan 'ingatan' pria ini tak pernah muncul sedikit pun didalam mimpi atau pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPORARY [BL]
Teen Fictionkisah seorang laki-laki yang secara tiba-tiba terlempar jauh kebeberapa abad, dan ia memasuki raga seorang laki-laki yang menjari selir seorang jendral barat.