2. A Hope for Alleruza

44 25 62
                                    

Halo semuanya!!
Sebelumnya aku minta tolong koreksi tulisan aku kalau ada yang salah, thank u<3

Halo semuanya!!Sebelumnya aku minta tolong koreksi tulisan aku kalau ada yang salah, thank u<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan, Agate membuka matanya. Sinar matahari masuk melalui jendela kamar. Dia melamun sejenak, merasa sangat lelah dan terasa pegal di seluruh tubuhnya.

"Sudah bangun?" panggil Ruby sembari membawa nampan dengan makanan di atasnya. Ruby meletakkan makanan tersebut di meja samping kasur.

Agate mengerutkan keningnya. "Apa yang terjadi padaku?" ia bertanya dengan wajah bingung.

"Kau demam, kemarin kau pulang dengan tubuh basah kuyup akibat hujan yang tiba-tiba turun, kau tidak ingat?" Ruby menyuapi adiknya dengan bubur hangat yang sudah ia masak. Agate menggeleng pelan sambil menerima suapan dari kakaknya.

Agate terus memikirkan kejadian yang ia rasa nyata, ketika kaki sapi menginjak seluruh tubuhnya. Masih ia ingat rasa aspal yang menggesek wajahnya; suara orang-orang yang berteriak ketakutan; dan rasa hangat dari tangan Arzott yang menggenggam tangannya. Mau dipikir bagaimanapun, jika itu memang benar-benar terjadi, setidaknya ia memiliki tulang yang patah atau lecet di wajahnya.

Agate mengambil cermin genggam dari meja, ia menatap wajahnya dengan seksama dan tidak menemukan sedikitpun lecet.

"Fokuslah makan Agate, kau harus sembuh sebelum minggu depan." Ruby memberikan sebuah amplop ke tangan Agate.

Agate membuka amplop putih itu lalu membacanya. "Kepada yang terhormat, Laurel Agate Edelweiss, atas kehendak dari Yang Maha Kuasa. Kami dari penyelenggara Our Melody menyampaikan bahwa engkau," Agate berhenti sejenak dengan mata melotot. Dia melirik ke arah Ruby sejenak lalu kembali menatap kertas di tangannya.

"DINYATAKAN LOLOS!" teriak Agate. Dia langsung meloncat-loncat di atas kasur meski kakinya masih sakit. Ruby yang melihat adiknya kegirangan pun ikut bahagia, impian Agate untuk menjadi musisi terkenal sepertinya akan terwujud.

"BERISIK SEKALI KAU, EDELWEISS!" teriak Hanaze mengejutkan semua orang di sekitarnya. Agate berhenti, tubuhnya terjatuh dari kasur karena tidak seimbang. Ruby yang khawatir segera menolong Agate untuk kembali berdiri.

"Sudah kubilang, kan? Dia itu orang paling menyebalkan di dunia!" bisik Agate. Dengan wajah yang penuh ekspresi kesal, dia hendak melemparkan mangkuk berisi bubur ke rumah Hanaze melalui jendela namun Ruby menahan tangannya.

Ruby tertawa kecil, lalu memeluk adiknya. "Istirahatlah. Kakak harap kau bisa jadi orang terkenal dan membelikan kakak oven yang mahal!" ucapnya sambil bercanda, meski sorot matanya penuh harapan.

Agate membalas pelukan kakaknya sambil tersenyum. Sungguh bahagia dirinya memiliki kakak seperti Ruby, seorang penyabar dan perhatian.

***

Agate membaringkan dirinya di sofa empuk Azora karena kelelahan akibat perjalanan yang panjang. Dia memilih untuk mempersiapkan diri di rumah sahabat kecilnya itu yang terletak di pinggir kota Alleruza, agar tidak mengganggu maupun terganggu oleh orang lain.

Magical MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang