#1

2.6K 190 46
                                    

Selamat Membaca :)














"Apa tidak ada cara lain lagi, Dokter Han?"

"Maafkan aku Tuan Lee, kita tidak ada waktu lagi. Putuskan sekarang, Nyonya Chaeyoung atau putri bungsu kalian yang akan di selamatkan"

Mark Lee, pria berusia 43 tahun tersebut nampak terjebak dalam rasa gelisah dan ketakutan yang mencekik, pilihan antara istrinya atau anak bungsunya yang akan di selamatkan adalah pilihan yang paling sulit di hidupnya. Pria itu menatap ke arah luar ruangan di mana putri-putri kecilnya tengah menangis di temani oleh pengasuh mereka.

Tatapannya lekat pada gadis kecil bersurai blonde satu-satunya di antara gadis lain yang memiliki surai hitam, Mark membaca gerak bibir mungil berbentuk hati si gadis dan mengejanya.

"A-dik bayi"

Tatapannya teralih pada gadis kecil lainnya, ia pun menatap gerak bibir mereka yang serempak menggumamkan kata, "Eomma"
Mark meremas kepalan tangannya, wajahnya semakin memerah dengan kedua mata yang berembun pekat. Dokter Han mengikuti arah pandangnya, dan terpaku pada gadis bersurai blonde yang semakin histeris di sana. Ia mengiba, tatapan si gadis kecil nampak penuh pengharapan bahwa ia harus menyelamatkan adik bungsunya.

"Tuan Lee"

"Selamatkan- anakku" Lirihnya, Dokter Han menatapnya lekat kemudian menganggukkan kepala dan meminta si pria menunggu di luar ruang tindakan.

"Appa hiks.."

"Adik bayi hiks.. Aku ingin adik bayiku, Appa"

"Haram-aa, tenanglah jangan terus menangis"

"Aniyaa~ Aku ingin melihat Adik bayiku, Ahjumma" Si gadis bersurai blonde menggelengkan kepala dan berlari ke arah pintu ruangan yang tertutup, mengetuk-ngetuk pintu seraya terus memanggil adik bayinya yang masih berada dalam kandungan Chaeyoung.

Mark Lee memberikan isyarat pada pengasuh saat hendak menghampiri gadis itu, ia berjalan dan terduduk bersimpuh di dekat tubuh mungil anaknya.

"Haram-aa, kau ingin Adik bayimu?" Tanya Mark parau, gadis kecil itu menoleh dan mengangguk

"Nde, Appa"

"Apa kau tak ingin Eomma?"

"Juga Eomma dan Adik bayi, Appa" Mark mengusap air mata di wajah gadis mungilnya

"Kemarilah peluk Appa, jangan mengganggu Paman Dokter yang sedang mengobati Adik bayi dan Eomma" Ia menatap pintu yang tertutup kemudian membawa langkahnya mendekat pada Mark dan memeluknya.

"Hentikan tangisanmu sayang, jika kau terus menangis, Paman Dokter tidak bisa bekerja dengan baik"

"Mianhae Appa"

Pria itu tersenyum, ia bangkit seraya menggendong Haram dan kembali ke tempat anak-anaknya yang lain berada.
Ruka sebagai anak tertua menjulurkan kedua tangan mengambil alih Haram dari Mark dan mendudukkan si gadis di pangkuannya. Mark tersenyum kemudian menatap yang lainnya.

"Yeonie, Rora, Asa, Rita, kalian tidak boleh menangis dan tidak boleh berisik. Paman Dokter sedang bekerja, berdo'a lah agar Eomma dan Adik bayi kita selamat, nde?"

"Nde Appa" Ia mengalihkan pandangan pada gadis yang paling kecil disana, gadis pemilik mata bulat dengan kedua pipi gembil yang berusia 3 tahun 5 bulan.

Aurora namanya, balita kecil yang belum tahu apa-apa itu kini berada pada pangkuan anak ketiganya, Asa.
Sementara saudari kembar Haram, Ahyeon kini bersandar lemas di tubuh anak keduanya Pharita.
Sedikit lega karena kini keenam putrinya tak lagi mengeluarkan tangisan dan lebih tenang dari sebelumnya.

Babymonster Rami || So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang