#18

908 186 24
                                    

Grep!

Haram menoleh menatap lengannya yang di genggam oleh Pharita, gadis itu hanya menunjukkan ekspresi wajah datar padahal Pharita terlihat jelas memberikan senyuman manis penuh kasih sayang.

"Kau akan kemana?" Tanya Pharita, Haram melepaskan genggaman tangan Pharita dan berbalik begitu saja meninggalkan sang kakak.

Pharita menghela nafas namun tak menyerah begitu saja, ia mengikuti langkah sang adik yang keluar dari rumah dan berjalan menyusuri trotoar komplek. Haram berusaha tak memperdulikannya yang terus saja berceloteh, mengajaknya berbicara, hingga akhirnya Pharita tersenyum lebar kala mengetahui jika sang adik berbelok arah menuju sebuah minimarket dengan antusias ia kembali mengikuti Haram yang telah masuk.

"Haram-aa, apa yang ingin kau beli?" Tanya Pharita namun Haram masih tetap mengacuhkannya, gadis itu berjalan kearah rak berisikan banyak kemasan mie instan dan memasukan beberapa kemasan ramyeon pada keranjang belanja di tangannya

"M-mengapa kau membelinya banyak sekali? Haram-aa, kau tidak boleh terlalu banyak memakan ramyeon, lambungmu—" Ucapannya terhenti kala Haram menatapnya dengan tatapan datar yang menghunus, Pharita di buat gelagapan kemudian kembali bungkam sementara Haram meneruskan aktivitasnya

Gadis itu melirik kearah rak camilan kemudian meraih beberapa bungkus disana, Haram meliriknya dan tersenyum sinis melihat Pharita yang sibuk memasukan camilan kesukaan para saudarinya kemudian kembali melangkahkan kaki menuju rak lain. Pharita melirik kepergian Haram, ia meraih beberapa bungkus biscuit kesukaan Haram dan mengejarnya menuju kasir.

"Aku yang akan membayar itu" Ujar Pharita menunjuk keranjang belanja Haram

"Tidak, aku akan membayarnya sendiri" Timpal Haram tegas pada si pegawai kasir yang terlihat bingung namun kemudian menganggukkan kepala

"Totalnya 10 ribu won, Ahgasii" Haram menganggukkan kepala kemudian menyerahkan lembaran uang kertas bernominal sesuai yang di minta, meraih kantung belanjanya dan berjalan keluar dari sana tanpa berniat menunggu sang kakak

Pharita menatap sendu pada punggung sang adik yang berjalan menjauh, ia menundukkan kepala dan memejamkan mata sesaat sebelum akhirnya suara si kasir menyadarkannya, gadis itu melakukan pembayaran kemudian bergegas pergi untuk mengejar sang adik.

Senyumannya mengembang saat melihat Haram yang ternyata masih berada tak jauh dari minimarket tersebut, si gadis kelima Park ternyata dengan sengaja memelankan langkahnya untuk menunggu sang kakak. Ia kembali berjalan normal saat Pharita telah berada di sebelahnya.

"Kau menungguku?" Tanya Pharita dengan senyuman cantik, Haram meliriknya sesaat kemudian melirik kantung belanja di tangan sang kakak dan mengambil alihnya

"Kau sangat manis, uri Haramie"

Haram tak bereaksi tentang apapun, meski nyatanya ia teramat senang saat Pharita memujinya dan beberapa hari ini terus berusaha untuk dekat dengannya namun rasa kecewanya telah terlanjur membengkak dan Haram tak ingin lagi menaruh harapan pada siapapun termasuk Pharita. Ia hanya akan diam dan tak ingin bersuara juga berekspresi lebih banyak dari yang biasa ia lakukan.

Pharita masuk terlebih dahulu ke dalam rumah, disana ternyata kedua orang tua dan para gadis lain tengah berkumpul seraya menyaksikan kartun sore hari. Haram melirik mereka yang menyambut riang kedatangan Pharita kemudian menaruh kantung belanjaan milik sang kakak di atas meja dan berbalik hendak pergi namun Pharita kembali menahan lengannya.

"Kemarilah, nikmati sore bersama kami" Ajaknya dengan senyuman hangat, pandangannya mengedar pada wajah-wajah yang menunjukkan ekspresi sendu, tangan kiri Haram terangkat guna melerai genggaman tangan Pharita di lengan kanannya kemudian meneruskan langkah

Babymonster Rami || So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang